Berita tentang Nepal lumayan bikin saya merinding. Puluhan anak muda meregang nyawa hanya karena mereka turun ke jalan melawan korupsi, setelah pemerintah memberlakukan larangan media sosial.Â
Yang turun ke jalan itu bukan aktivis tua, bukan ormas besar, tapi generasi Gen-Z, yaitu anak-anak muda yang biasanya kita lihat sangat akrab di media sosial. Sekarang, mereka justru ngelempar batu di depan parlemen.
Kita hormati tujuan mereka melawan korupsi. Namun, Nepal jadi contoh tragis bagaimana energi besar anak muda bisa berubah jadi chaos kalau gak punya arah yang jelas.Â
Dari awalnya marah soal korupsi dan larangan medsos, berubah jadi bentrok dengan polisi, korban berjatuhan, parlemen dibakar, pemerintah tumbang, dan penjarahan di mana-mana. Semua itu terjadi karena tuntutan jelas, tapi struktur gerakan lemah, kepemimpinan gak kelihatan, dan kepentingan lain gampang banget masuk.
Saya ingat lagi Indonesia akhir Agustus kemarin. Ribuan orang, mayoritas anak muda, memenuhi jalanan di berbagai kota. Isu yang diangkat macam-macam, mulai dari ekonomi, pendidikan, sampai politik.Â
Medsos jadi ruang mobilisasi, tagar trending, video viral, bahkan fitur live TikTok pun sempat diblokir. Rasanya kayak deja vu kalau kita bandingin sama Nepal.Â
Bedanya, di sini belum separah itu, tapi potensi ke arah sana? Ada. Dan justru itu saya berdoa semoga Gen-Z Indonesia tak bernasib seperti Nepal.
Nepal sebagai Cermin Buram
Kita bedah dulu kasus Nepal, biar jelas kenapa ini relevan. Awalnya, pemerintah Nepal nge-ban 26 platform medsos. Alasannya sih administratif banget, yaitu platform-platform tersebut belum daftar resmi di negara tersebut.Â
Tapi publik curiga, larangan itu cuma trik buat bungkam gerakan anti-korupsi yang udah rame di sana. Gen-Z yang sehari-hari hidup di medsos jelas ngamuk. Apalagi, korupsi di Nepal udah kayak rahasia umum, sama seperti di sini. Elite politik pesta pora, rakyat sengsara.
Tagar dan video viral tentang Nepo Kids, anak pejabat yang pamer mobil mewah, liburan ke luar negeri, jadi bensin tambahan. Bayangin, kontrasnya terlalu kasar. Anak pejabat main Gucci, anak rakyat ngantre kerjaan serabutan.Â