Medsos itu pedang bermata dua. Dia bisa jadi alat mobilisasi, tapi juga jebakan distraksi. Jangan cuma bikin konten marah yang gampang dimentahkan.Â
Gen-Z harus naik level jadi knowledge producer, misalnya bikin thread yang argumentatif, bikin video edukatif yang bisa disebar ulang di WA grup bapak-ibu, bikin infografis yang gampang dicerna, nulis di platform-platform user generated content (USG) kayak Kompasiana, Retizen, Indonesiana, Kumparan, dan lainnya.Â
Ingat, kekuatan digital bukan hanya untuk viral, tapi untuk membentuk opini publik yang tahan lama.
4. Perluas Aliansi
Gerakan anak muda sering gagal karena merasa cukup dengan lingkarannya sendiri. Padahal sejarah 1998 ngajarin kita bahwa mahasiswa menang karena bisa gandeng buruh, aktivis LSM, jurnalis, bahkan tokoh agama.Â
Semakin luas basis dukungan dan jaringan, semakin sulit gerakan dipatahkan. Aliansi ini juga bikin tuntutan anak muda gak dianggap "ngambek" belaka, tapi sebagai bagian dari arus besar perubahan sosial.
5. Belajar dari Sejarah
Kita gak bisa copy-paste gerakan reformasi '98, tapi kita bisa belajar prinsipnya. Di sana ada keberanian, solidaritas, jaringan. Bedanya, sekarang Gen-Z punya senjata tambahan berupa teknologi digital.Â
Kenapa gak digabungin aja keduanya? Aksi lapangan yang nyata dengan narasi digital yang masif. Energi jalanan ditambah energi online pasti jadi kombinasi yang bikin pemerintah gak bisa pura-pura tuli sama generasi muda.
6. Jaga Independensi
Ini yang paling susah tapi paling penting. Janganlah kita jadi alat siapapun. Politik Indonesia penuh predator yang jago numpang nama.Â
Kalau ada tokoh politik datang merapat, sambut kritis. Jangan otomatis nerima atau nolak mentah-mentah. Saring semuanya.
Independensi itu bukan berarti anti-elite total ya, tapi berarti punya otonomi dalam menentukan arah gerakan. Tanpa independensi, Gen-Z hanya akan jadi "pemanis demokrasi," bukan motor perubahan.
Gen-Z Indonesia sebenarnya sedang berada di persimpangan sejarah. Mereka bisa memilih jadi generasi yang hanya dikenang karena viral, atau jadi generasi yang bikin fondasi politik baru yang lebih bersih, lebih inklusif, dan lebih tahan banting.Â