"Duh, baru nikah, masa langsung hidup pakai spreadsheet?"
"Aku tuh bukan anti-menabung. Tapi kalau disuruh bikin budget mingguan, kepalaku langsung gatal!"
Kalimat-kalimat di atas mungkin terdengar konyol, tapi justru mewakili suara mayoritas pasangan muda di Indonesia. Setelah menikah, segala hal yang tadinya bisa dijalani "santai" perlahan berubah. Tagihan muncul, dompet mulai bersuara, dan saldo rekening minta perhatian ekstra.
Sialnya, sebagian besar dari kita bukan lulusan akuntansi. Bahkan, buka Excel aja malas setengah mati.Â
Apakah budgeting itu wajib?
Sebelum melanjutkan, mari kita luruskan dulu definisi budgeting. Budgeting itu artinya membuat rencana pengeluaran berdasarkan pemasukan yang dimiliki. Biasanya dilakukan lewat tabel, presentase, atau software.
Apakah wajib? Tidak.
Apakah penting? Iya.
Lalu bagaimana nasib kita yang alergi Excel, takut sama Google Sheet, dan bosan banget sama metode "catat semua pengeluaran harian"? Tenang, ini bukan akhir dunia.
Anti-budgeting bukan berarti kamu tidak bertanggung jawab. Ini cuma soal gaya kelola. Ada orang yang cocok dengan sistem angka-angka rinci. Ada juga yang merasa lebih nyaman dengan sistem otomatis, intuitif, dan fleksibel.
Ekonom Richard Thaler (peraih Nobel Ekonomi) pernah bilang dalam teorinya soal behavioral economics. Katanya, kebanyakan manusia bukan robot rasional. Mereka butuh sistem keuangan yang menyesuaikan kebiasaan, bukan memaksakan rumus.