Nah, kasus-kasus seperti ini bisa bikin perusahaan atau pemberi kerja berpikir dua kali. Mereka bisa jadi lebih selektif, lebih curiga, bahkan bisa saja menutup keran rekrutmen untuk WNI.
Ini kayak restoran yang pernah kecolongan pelanggan kabur nggak bayar. Besok-besok, semua pelanggan disuruh bayar duluan sebelum makan. Padahal mayoritas pelanggan jujur, tapi gara-gara satu orang, semua jadi dicurigai.
3. Hubungan Diplomatik Bisa Tegang
Jangan salah, urusan kriminal di luar negeri nggak cuma berdampak ke individu, tapi juga bisa membuat hubungan antarnegara jadi sensitif.
Bayangkan pejabat Jepang harus menelepon YouTuber untuk membahas kelakuan oknum WNI. Itu artinya, kasus ini sudah masuk radar pemerintah.Â
Bisa jadi nanti ada aturan-aturan baru yang lebih ketat, misalnya pengawasan ekstra kepada orang Indonesia yang masuk Jepang. Ini jelas bikin repot, bukan?
Kenapa Ada Orang Indonesia yang Masih Nekat Berbuat Begitu?
Pertanyaan ini sering muncul, kenapa sih masih ada yang berani macam-macam di negeri orang?
Jawabannya bisa beragam, mulai dari tekanan ekonomi, ketidaktahuan aturan, atau memang karakter pribadinya bermasalah. Tapi alasan apapun, tetap nggak bisa dijadikan pembenaran.
Orang-orang seperti ini seakan lupa pepatah lama, "Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung."
Mereka lupa bahwa ketika bekerja di luar negeri, yang dibawa bukan cuma badan dan tenaga, tapi juga bendera merah putih di punggung mereka.
Sama seperti atlet yang berlaga di luar negeri, mereka mewakili Indonesia. Bedanya, kalau atlet membawa harum nama bangsa, orang-orang yang bikin ulah malah mempermalukan bangsanya sendiri.
Jenis Pelanggaran yang Bisa Memicu Blacklist di Jepang
Jepang pernah dan secara rutin melakukan blacklist terhadap warga negara asing yang melanggar hukum atau aturan imigrasi mereka. Jepang memiliki daftar hitam imigrasi (Immigration Blacklist) yang diberlakukan untuk mencegah orang-orang tertentu masuk kembali ke Jepang. Ini berlaku untuk siapa saja, tidak pandang bulu, termasuk WNI.