Mohon tunggu...
Mutia Ramadhani
Mutia Ramadhani Mohon Tunggu... Mutia Ramadhani

Certified author, eks-jurnalis ekonomi dan lingkungan, kini berperan sebagai full-time mom sekaligus novelis, blogger, dan content writer. Founder Rimbawan Menulis (Rimbalis) yang aktif mengeksplorasi dunia literasi dan isu lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Belajar Sejarah Gerabah Kasongan yang Mendunia dari Taman Pintar Yogyakarta

7 Juli 2025   14:51 Diperbarui: 14 Agustus 2025   11:29 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni membuat gerabah di Yogyakarta (Foto: Freepik)

Permintaan tak hanya datang dari wisatawan domestik, tetapi juga importir asing yang membawa contoh desain dari negara asalnya, seperti patung tentara Cina, guci bergaya Timur Tengah, atau ornamen khas Thailand, semua bisa dikerjakan oleh perajin Kasongan.

Desa yang dulunya sepi kini menjelma menjadi destinasi wisata budaya. Wisatawan datang tak hanya untuk membeli keramik, tapi juga untuk menyaksikan proses pembuatannya. 

Sanggar-sanggar tumbuh subur, lapangan pekerjaan tercipta, dan kehidupan masyarakat pun meningkat. Anak-anak Kasongan kini banyak yang bersekolah tinggi, bahkan ke luar negeri, membawa kebanggaan akan akar budaya mereka.

Meski begitu, keberhasilan ini bukan tanpa tantangan. Globalisasi mendatangkan produk impor serupa dari Tiongkok dengan harga murah. Akan tetapi, produk Kasongan tetap bertahan karena satu hal, yaitu karakter.

Kerajinan Kasongan bukan produk massal. Ia lahir dari tangan-tangan telaten, dengan sentuhan artistik yang tak bisa ditiru mesin.

Kreasi Gerabah Kasongan yang berkarakter (Foto: Visiting Jogja)
Kreasi Gerabah Kasongan yang berkarakter (Foto: Visiting Jogja)

Perubahan selera pasar pun direspons cepat oleh para perajin. Dari desain tradisional ke bentuk-bentuk modern. Dari fungsional ke dekoratif. Bahkan, Kasongan kini dikenal memproduksi seni keramik berorientasi ekspor dan gaya hidup, bukan sekadar alat rumah tangga.

Di tengah perubahan zaman yang serba cepat, seni gerabah Kasongan justru menjadi simbol kebangkitan nilai lokal. Ketika dunia jenuh akan produk seragam, Kasongan menawarkan sesuatu yang otentik, produk budaya yang hidup, punya cerita, dan bisa disentuh.

Sosiolog seni Arnold Hauser menyebut karya seperti ini sebagai folk art, seni rakyat yang lahir dari keseharian, bukan dari istana atau galeri. Justru karena itulah, ia memiliki daya tahan luar biasa. Ditopang oleh komunitas, dijiwai oleh tradisi, dan terus hidup karena terus dibutuhkan.

Kini, Kasongan bukan hanya nama desa. Ia adalah identitas budaya, penanda peradaban, dan bukti bahwa tanah liat pun bisa menjelma emas. Asal digenggam dengan cinta, kreativitas, dan semangat belajar dari masa lalu.

Anak-anak antusias melukis gerabah (Foto: Docpri)
Anak-anak antusias melukis gerabah (Foto: Docpri)

Kenangan yang bisa dibawa pulang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun