Sore itu, sekitar pukul empat, Jalan Malioboro masih dipenuhi keramaian. Rombongan turis lokal dan mancanegara berlalu-lalang, pedagang kaki lima menjajakan dagangan, dan lalu lintas yang padat tak terelakkan.
Di tengah hiruk-pikuk khas Yogyakarta, kendaraan kami melaju mantap menuju titik nol kilometer, tepatnya ke sebuah bangunan tua yang telah berdiri sejak abad ke-18 bernama Museum Benteng Vredeburg, atau dikenal juga sebagai Vredeburg Fort Museum.
Memasuki kawasan Benteng Vredeburg, kami lihat rombongan pengunjung di dalam satu per satu justru keluar dari area benteng. Ya, sesi kunjungan siang di benteng penuh sejarah itu sudah berakhir.
Kini, tiba saatnya sesi kunjungan malam yang berlangsung pukul 16.00-20.00 WIB. Kami sengaja memilih kunjungan malam karena ingin merasakan suasana berkunjung ke museum dengan cara berbeda. Ternyata, keputusan kami tak salah.
Langit berganti warna menjadi jingga, lalu perlahan menggelap. "Night at Museum" adalah sesuatu yang baru dari museum ini setelah direvitalisasi. Dan percayalah, suasananya jauh berbeda. Lebih magis, lebih hidup, dan seolah menyimpan bisikan sejarah yang menunggu untuk diceritakan.
Senja di Benteng Vredeburg
Begitu memasuki gerbang utama, kami disambut dua meriam besar yang menghadap lurus ke arah Kraton Yogyakarta. Bukan kebetulan. Konon, ketika benteng ini dibangun pada tahun 1760 oleh Belanda, posisinya memang sengaja dibuat untuk memantau dan, jika perlu, menyerang kraton. Strategi kolonial klasik, tampil seolah menjaga, tapi diam-diam mengancam.
Saat lampu-lampu taman menyala, suasana berubah seperti masuk ke dunia lain. Pendar cahaya di antara bangunan bata kapur, tembok setebal dua meter, dan pepohonan tua yang menjulang, menciptakan suasana yang sulit dijelaskan. Bukan menyeramkan, tapi menggugah rasa penasaran.
Anak-anak kami yang biasanya cepat bosan kalau diajak ke museum, justru malam itu jadi paling semangat. Kami minta didampingi seorang guide karena memang kami ingin tahu seluk beluk Benteng Vredeburg ini sedetail mungkin.
Anak-anak kami pun terkagum-kagum melihat video mapping yang diproyeksikan ke dinding benteng, menampilkan metamorfosis sejarah benteng dari era kolonial hingga masa kemerdekaan.