Di antara kita mungkin pernah mengalami, hanya karena mengutip si A kita langsung dituduh sebagai (simpatisan) kelompok ini dan itu. Atau menerima -biasanya WAG (WhatsApp Group)- pesan yang mendiskreditkan kelompok tertentu.
Mereka yang kurung batok alias kurang piknik, entah literasinya maupun wawasannya tak urung akan terjebak dalam pusaran 'polarisasi' yang dangkal tersebut. Meski tetap tak sedikit pula orang yang sebenarnya punya keilmuan akademis yang mumpuni namun malah ikut jadi pemain demi ambisi dan keuntungan pribadi.
Manusia adalah jenis makhluk sosial, yang satu sama lain ada saling ketergantungan. Baik langsung maupun tidak langsung. Dengan dinamika saling bergantung itu, akhirnya manusia membentuk sebuah koloni. Sebuah kelompok.
Dan sudah menjadi watak dalam kehidupan yang berkelompok akan muncul sikap untuk saling membantu, saling menolong, merasa senasib sepenanggungan. Hingga yang terburuk adalah ikut pula memusuhi, menyerang, kelompok lain yang dianggap sebagai 'musuhnya'.
Apakah ini membenarkan asumsi dari seorang filsuf Inggris, Thomas Hobbes (1588-1679) ketika mengutip Plautus (184 SM) yang menyebut perilaku ini sebagai homo homini lupus, yaitu manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Selain tentunya sebagai homo homini socius, manusia adalah teman bagi manusia lainnya.
Dua Senjata
Diakui atau tidak, polarisasi sekarang ini, terutama di media sosial tampak begitu banal. Antar kelompok saling serang satu sama lain. Dan keberpihakan itu cenderung lebih mengedepankan sikap emosional ketimbang alasan rasional.
Kecenderungan untuk memihak pada kelompoknya dan menyerang kelompok lain secara membabi buta dan berlebihan itu bahkan bisa membuat seseorang/kelompok menjadi tidak ragu-ragu lagi untuk berbohong! Menebar hoax. Sungguh miris.
Dalam kamus KBBI daring, kata 'bohong' mempunyai dua arti: (1) tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang sebenarnya; dusta. (2) bukan yang sebenarnya; palsu (biasanya mengenai permainan).
Merebaknya hoax bak senjata ampuh untuk menebar ketidaksukaan/kebencian terhadap pihak dan kelompok lain. Kebenaran dan kebohongan kadang bisa bertukar posisi ketika ada kesesuaian  dengan kepentingan kelompoknya.
Senjata hoax atau kebohongan yang ditembakkan itu bisa dipilah dalam dua jenis: pertama, berbohong dan kedua, membohongkan.