Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Sosial Masjid

14 Juni 2021   11:03 Diperbarui: 14 Juni 2021   11:10 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memakmurkan Masjid

Dalam setiap tausiyah ataupun kajian-kajian agama tentunya kita sering mendengar kata-kata untuk senantiasa memakmurkan masjid. Yang biasanya dibarengi dengan nukilan Q.S. at-Taubah/19:18, "Sesungguhnya hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka  merekalah yang termasuk golongan  orang-orang yang selalu mendapatkan petunjuk." 

Dari tulisan-tulisan tentang makna memakmurkan masjid -penulis mohon maaf kalau salah- ada dua simpulan yang terkait dengan makna tersebut. Pertama, senantiasa mendatangi masjid untuk salat, ber-itikaf, dan syiar. Kedua, membangun masjid.

Kembali ke tulisan pembuka perihal untuk lebih memperhatikan fasilitas toilet, kamar mandi, dan tempat wudu, bahkan kalau bisa jangan selalu dikunci. 

Tentunya ini harus disikapi sebagai otokritik dalam 'membangun masjid' sebagai pelaksanaan memakmurkan masjid. Karena bagaimanapun juga, masjid punya fungsi sosial dalam ruang lingkup masyarakat yang dinamis.

Fungsi sosial masjid yang paling sederhana -terutama masjid yang berada di jalur lintasan jalan raya- seperti membantu mereka yang kebelet ingin buang hajat dalam perjalanan yang seringkali terlupakan.

Biasanya ada bantahan, jangan samakan masjid dengan toilet umum! Cari saja SPBU! Masjid itu tempat suci! Plis deh, siapa pula yang menyandingkan seperti itu.

Cobalah sesekali mampir ke sebuah desa. Ada contoh yang bisa ditiru. Meski bangunannya sederhana dengan fasilitas selain tempat wudu, ada kamar mandi, dan toilet yang terbuka sepanjang waktu! Siapapun boleh memakainya. Seorang sales roti ke warung-warung di kampung itu merasa terbantu ketika kebelet. Masjid yang benar-benar me-refleksi-kan jiwa sosial masyarakatnya yang guyub dan komunal.

Sementara ada juga masjid  yang tak mempedulikan kebersihan toiletnya, padahal bangunannya bagus.  Selain itu, tak sedikit pula masjid  yang selalu terkunci pagarnya karena belum masuk waktu salat. Pun di sebuah kompleks perumahan, para  'musafir' terpaksa salat di teras sebab pintu masjid kembali terkunci begitu salat berjamaah selesai. Persis seperti kehidupan masyarakatnya yang bercorak individual. Alias nafsi-nafsi.

Pendek kata, seperti juga yang diunggah di twitter, kini SPBU-lah yang menjadi 'teman terbaik' dalam perjalanan. Di mana kita bisa salat, berteduh, istirahat, dan buang hajat. Bahkan mandi sekalipun. Yang oleh orang-orang tua kita dahulu hanya ditemukan di masjid.

Bogor,  14 Juni 2021  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun