Mohon tunggu...
Mohammad Adrianto Sukarso
Mohammad Adrianto Sukarso Mohon Tunggu... Lainnya - Apapun Yang Menurut Saya Menarik

Lulusan prodi Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta yang sekarang sudah mendapat pekerjaan di bidang menulis. Masih berharap punya tekad untuk menulis lebih bebas di platform ini.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ingin Produktif Kala Pandemi, Hindari Pola Pikir Toxic Productivity!

22 Agustus 2021   19:30 Diperbarui: 25 Agustus 2021   13:15 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toxic productivity membuat kita selalu merasa kurang (Sumber: unsplash.com/Carl Heyerdahl)

Perlu dipahami, bahwa gaya hidup produktif bukanlah terus-terusan bekerja dan menerbengkalaikan kegiatan lain. 

Perlu adanya keseimbangan antara kehidupan di dalam dan di luar pekerjaan. Ini penting untuk menjaga kesehatan tubuh supaya terhindar dari penyakit, dan juga agar pikiran tetap segar serta terhindar dari stres maupun penyakit mental lainnya. 

Namun, bagi orang-orang dengan toxic productivity, mereka tidak memiliki pemikiran seperti itu.

Orang-orang dengan toxic productivity akan merasa bersalah jika tidak menggunakan waktu mereka untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat. Bagi mereka, kehidupan harus didedikasikan untuk tetap produktif.  

Jika ada waktu luang, sebaiknya digunakan untuk tetap menyibukan diri dengan kegiatan-kegiatan yang menurut mereka berguna baik buat diri sendiri, maupun untuk orang lain. Akibatnya, mereka sering merasakan kelelahan berkepanjangan karena kurang beristirahat. 

Lebih buruk, hal tersebut bisa menyebabkan munculnya penyakit seperti darah tinggi, malnutrisi, hingga jantung. 

Toxic productivity juga dapat berimbas terhadap kesehatan mental. Kelelahan emosional dapat menimbulkan stres serta rasa cemas berlebihan, akibat terus-menerus mengejar target yang tidak kunjung selesai.

Pola pikir seperti ini sudah banyak ditemukan dalam berbagai golongan masyarakat. 

Suka tidak suka, peran media sosial dalam menyebarkan kesuksesan orang lain bisa dibilang cukup besar dalam menanamkan pemikiran toxic productivity. 

Namun, tentu kita tidak dapat menyalahkan mereka yang mengunggah pencapaian mereka. 

Sebaiknya, kita melakukan introspeksi terhadap diri sendiri, dan memastikan untuk tidak mengikuti gaya hidup seperti itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun