Mohon tunggu...
Made Vina Maharani
Made Vina Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

saya memiliki hobby membaca AU

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kontribusi Kampus dalam Pengurangan Emisi Karbon, Kampusku Harus Mampu!

30 Juni 2023   22:49 Diperbarui: 1 Juli 2023   10:43 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Hey, siapa kita? Kita penghuni Bumi, yang seharusnya sadar dan ikut berperan dalam menjaga Bumi. Mengapa? Kerena suhu rata-rata permukaan bumi didapati telah meningkat sebanyak 1oC dalam 300 tahun terakhir yang disebabkan oleh banyaknya buangan gas karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan manusia dalam data yang didapat dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Kelebihan panas yang terperangkap dalam atmosfer menyebabkan suhu bumi semakin meningkat. Peningkatan suhu bumi diakibatkan oleh berbagai aktivitas penduduk dalam mengkonsumsi energi yang salah satunya dari kegiatan belajar mengajar di kampus.

Kampus penyumbang gas rumah kaca? Ya, kampus adalah salah satu penyumbang emisi karbon. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), kampus sebagai lembaga penyedia layanan pendidikan merupakan salah satu sektor yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK) dalam jumlah cukup besar. Mengapa demikian?  Karena kegiatan kampus berlangsung secara terus menurus dan semua aktivitasnya membutuhkan energi. Kampus seharusnya mampu mengurangi emisi karbon, mengingat kampus sebagai wadah pendidikan dapat mengubah gaya hidup konsumtif energi melalui pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia yang paham serta peduli terhadap keberadaan Bumi sebagai lingkungan alam manusia.

Emisi karbon adalah suatu ukuran dari aktivitas manusia yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Emisi karbon diukur dari berapa banyak product (GRK) yang dihasilkan, dan dihitung dalam ukuran unit CO2. Salah satu aktivitas kampus yang emisi karbon adalah kegiatan perkuliahan, kekurangan pohon dan ruang terbuka hijau (RTH) memengaruhi banyaknya emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer bumi. Ruang terbuka hijau (RTH) memiliki fungsi penting dalam menyerap gas karbon yang dihasilkan dari kegiatan  manusia.

Kegiatan kampus yang yang dapat menambah jumlah emisi karbon dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu aktivitas primer dan aktivitas sekunder. Aktivitas primer merupakan aktivitas kampus yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil seperti menggunakan transportasi umum maupun pribadi dan kegiatan memasak di setiap dapur di lingkungan kampus. Adapun aktivitas sekunder yang menghasilkan emisi karbon secara tidak langsung seperti penggunaan barang elektronik dan pemakaian sumber daya listrik untuk keperluan kampus seperti penggunaan AC, proyektor, kipas angin dan lain-lain.

Dampak buruk dari emisi karbon di kampus sangat signifikan. Pertama, emisi karbon dapat menyebabkan kenaikan suhu bumi yang ekstrim. Hal ini dapat menyebabkan cuaca ekstrem dan bencana alam seperti banjir dan kekeringan. Kedua, jejak karbon dapat menyebabkan berkurangnya sumber air bersih di bumi. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya emisi karbon dan berpotensi membuat suhu bumi meningkat dan naiknya permukaan air laut. Ketiga, emisi karbon dapat menyebabkan kekeringan. Studi menunjukkan bahwa kebijakan ketahanan iklim pada 4 sektor prioritas (air, kesehatan, kelautan perikanan, dan pertanian) berpotensi menurunkan risiko kehilangan PDB hingga 50.4% pada tahun 2024.

Salah satu cara untuk mengurangi emisi karbon di kampus adalah dengan mengurangi penggunaan energi fosil. Kampus dapat menggunakan energi terbarukan seperti energi surya atau angin untuk menghasilkan listrik. Selain itu, kampus juga dapat memperbaiki sistem transportasi dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan meningkatkan penggunaan transportasi umum atau sepeda. Kampus juga dapat memperbaiki sistem pengelolaan sampah dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan meningkatkan daur ulang.


Pengurangan emisi karbon di kampus tidak hanya bermanfaat untuk lingkungan, tetapi juga dapat menghemat biaya operasional kampus. Dengan mengurangi penggunaan energi fosil, kampus dapat menghemat biaya listrik dan bahan bakar. Selain itu, dengan meningkatkan penggunaan transportasi umum atau sepeda, kampus dapat mengurangi biaya perawatan kendaraan. Kampus juga dapat mengedukasi mahasiswa dan staf tentang pentingnya mengurangi emisi karbon. Kampus dapat menyediakan program pengurangan emisi karbon dan mengajak mahasiswa dan staf untuk berpartisipasi dalam program tersebut. Selain itu, kampus juga dapat menyediakan fasilitas yang mendukung pengurangan emisi karbon seperti tempat parkir sepeda dan pengisian ulang kendaraan listrik.

Dalam rangka mengurangi emisi karbon di kampus, perlu dilakukan identifikasi dan analisis emisi karbon yang dihasilkan dari berbagai kegiatan di kampus. Dengan mengetahui sumber-sumber emisi gas rumah kaca, kampus dapat menentukan strategi pengurangan emisi karbon yang efektif dan efisien. Kampus juga dapat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program pengurangan emisi karbon yang telah dilakukan untuk mengetahui dampaknya terhadap lingkungan dan biaya operasional kampus.

Life cycle assesment juga dapat menjadi salah satu solusi kampus dalam menanggulangi emisi karbon. Life cycle aseesment  dapat mengatur kebijakan yang dilakukan oleh kampus dalam memperbaharui tatanan rumah tangganya dalam menggunakan energi. Mulai dari dari kegiatan administrasi pendidikan ataupun kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan administrasi pendidikan harusnya yang didesain mengikuti perkembangan teknologi contohnya dengan dengan meminimalisir penggunaan kertas. Kampus dapat memaksmalkan pemanfaatan media komunikasi seperti email dan dan website yang dimiliki oleh kampus. Sedangkan kegiatan belajar mengajar di kelas dapat dilakukan dengan meminamilir perjalanan mahasiswa dan dosen. Civitas akademika harusnya memanfaatkan kendaraan umum sebagai mode transportasi. Kegiatan-kegiatan seperti materi dan buku dapat menngunakan elearning.

Dalam berita yang dilansir dari  www.detik.com , hanya terdapat 20 kampus dari 4.004 kampus di Indonesia yang termasuk dalam kategori Green Campus yang versi UI GreenMetric 2022. Hal ini merupakan cerminan bahwa kampus di Indonesi belum sepenuhnya mendukung pengurangan emisi karbon. Sepatutnya dalam era saat ini, semua kampus harus semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, mengurangi emisi karbon di kampus menjadi hal yang sangat penting. Dengan mengurangi jejak karbon di kampus, kampus dapat memberikan contoh yang baik dalam menjaga lingkungan dan mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

Prihatmaji, Y. P., Fauzy, A., Rais, S., & Firdaus, F. (2016). Analisis Carbon Footprint Gedung Perpustakaan Pusat, Rektorat, dan Lab. Mipa Uii Berbasis Vegetasi Eksisting Sebagai Pereduksi Emisi Gas Rumah Kaca. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship (AJIE), 1(2), 148-155.

Kasman, M., Riyanti, A., & Apriani, N. R. (2020). Estimasi Jejak Karbon dari Aktivitas Kampus Universitas Batanghari. Jurnal Daur Lingkungan, 3(2), 42-46.

detikedu, "20 Universitas Hijau Indonesia Versi UI GreenMetric 2022, Ada Kampusmu?" selengkapnya https://www.detik.com/edu/perguruan-tinggi/d-6457426/20-universitas-hijau-indonesia-versi-ui-greenmetric-2022-ada-kampusmu.

Sagala, S., Sutrisno, E., & Andarani, P. (2017). Kajian Jejak Karbon Dari Aktivitas Kampus Di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (Doctoral dissertation, Diponegoro University).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun