Mohon tunggu...
little fufu
little fufu Mohon Tunggu... Jurnalis - Pembelajar aktif

manusia sanguin kholeris yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

How to Merangsang Anak untuk Berpikir ala Jerome Bruner

5 Maret 2020   07:53 Diperbarui: 17 Juni 2021   05:49 2072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui Bagaimana Merangsang Anak untuk Berpikir ala Jerome Bruner (unsplash/taylor-wilcox)

Tidak jauh beda dengan teori Vygotsky, menurut Bruner (dalam Dahar:2011), inti dari belajar adalah bagaimana cara seseorang untuk memilih, mempertahankan, serta mentransformasi informasi secara aktif.

Belajar menurut Bruner sendiri adalah suatu proses yang bersifat aktif dimana memungkinkan manusia untuk melakukan eksplorasi serta menemukan hal-hal yang baru selain dari informasi yang telah diterimanya. 

Dahar (2011), juga menyebutkan di dalam bukunya, Bruner mengatakan bahwa proses pembelajaran akan semakin baik jika Guru memberikan kesempatan siswa untuk belajar menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman yang sekiranya sering anak-anak jumpai di lingkungan sekitar mereka. 

Proses belajar sendiri dibagi menjadi tiga oleh Jemes Bruner, yaitu tahapan informasi (penerimaan informasi), tahapan transformasi (pengubahan materi), dan tahapan evaluasi (penilaian mater). Ketiga tahapan di atas, ama tidaknya tergantung pada pada hasil yang diharapkan, motivasi yang dimiliki oleh peserta didik, rasa kepo, dan dorongan anak untuk menemukan sendiri.

Baca juga : Peran Guru dalam Mengoptimalisasi E-learning untuk Meningkatkan Literasi Peserta Didik

Tidak hanya itu, Jerome Bruner juga berpendapat bahwa seorang anak akan mengalami perkembangan dengan melalui tiga tahapan perkembangan mental yang bisa disebut dengan konsep tiga mode representasi, yang akhirnya menjadi ciri khas dari teori yang dimiliknya. Tiga tahapan perkembangan mental itu ialah enaktif, ikonik, dan simbolik.

  • Enaktif

Pada tahapan ini, tindakan menjadi on point. Anak harus terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga anak dapat secara langsung melihat objek yang dipelajari dengan konkret (objek asli atau miniatur) dan secara tidak langsung mengajak anak untuk aktif dalam pembelajaran.
Contohnya, seorang guru ingin memberikan materi tentang bagaimana bentuk gajah. Jika tidak memungkinkan mengajak anak untuk karya wisata ke kebun binatang, guru dapat memberikan miniatur dari gajah seperti boneka gajah. Sehingga, ketika peserta didik telah ditunjukan bentuk nyata dari gajah, anak dengan sendirinya akan melalui tahapan melihat dan mengamati bentuk gajah tersebut.

  • Ikonik 

Pada tahapan ini, gambar atau visualisasi yang menjadi on point. Pada tahapan ini, akan terjadi suatu proses dimana pengetahuan akan direpresentasikan atau diwujudkan kembali dengan bayangan visual imagery (visual), gambaran, atau diagram yang menggambarkan situasi konkret yang sebelumnya terjadi pada tahap enaktif. Jika pada tahap enaktif, anak akan melihat serta mengamati objek, maka pada tahap ikonik anak akan mulai memanipulasi dari objek yang telah ditelaah.
Contohnya, jika sebelumnya guru menunjukan bagaimana bentuk gajah, pada tahap ini guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik tentang bagaimana bentuk dari gajah, mempresentasikan wujud objek, yang kemudian murid akan menjelaskan ciri-ciri dari gajah sesuai dengan apa yang telah mereka amati.

  • Simbolik

Pada tahapan ini, bahasa atau auditori sebagai penciri tahapan ini. Apabila telah sampai pada tahap ini, maka murid dapat merepresentasikan dalam bentuk simbol-simbol yang abstrak. Simbol apapun, baik verba (huruf-huruf, kata-kata, atau kalimat), menggunakan lambang matematika, atau lambang abstrak lainya.
Pada tahap simbolik, murid sudah memiliki kemampuan untukmemanipulasi simbol-simbol secara langsung dan level meningkat menjadi tidak lagi ada hubungannya dengan objek-objek.
Contohnya, Guru memberikan pertanyaan, jika Guru membawa boneka gajah sebanyak empat, maka ada berapa jumlah kaki seluruhnya. Maka, siswa akan secara langsung berpikir dan menghitung. Jika satu gajah memiliki empat kaki, jadi ada berapa jumlah kaki di empat ekor gajah. kemudian, berlanjut pada tahap selanjutnya yaitu dengan menghitungnya seperti 4+4+4+4=16. Jadi, mereka menyimpulkan bahwa terdapat 16 kaki untuk empat ekor gajah.

Secara garis besar, teori Jerome S. Bruner meliputi belajar dengan melakukan penemuan atau yang biasa disebut discovery learning. Apabila teori Jerome Brunner ingin diterapkan secara langsung, terlebih pada anak usia dini, maka berikut penerapan-penerapannya (Rahman, 2019):

  • Pembelajaran berbasis Lingkungan, seperti berkunjung ke kebun binatang.
  • Pembelajaran dengan melakukan percobaan, seperti eksperimen mencampurkan warna.
  • Pembelajaran dengan pemecahan masalah, seperti main cocok bangun datar.

Jadi, dapat disempulkan inti pembehasan dari teori Jemes S. Bruner adalah proses belajar melalui pengalaman secara langsung memiliki dampak yang  sangat penting dan berpengaruh terhadap kualitas dan hasil belajar yang baik. Bagaimana? Minat untuk menerapkannya? Semoga bermanfaat.

Daftar Sumber:
Dahar, R. Wilis. 2011. Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Eirlangga.
Rahman, H. 2019. Model-model Pembelajaran Anak usia Dini: Teori dan Implementasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun