Mohon tunggu...
MAD KHATULISTIWA
MAD KHATULISTIWA Mohon Tunggu... Nelayan - muhammad al dilwan

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inovasi Pembelajaran Geografi Zaman Now Bikin Siswa Ketagihan

21 Agustus 2018   11:46 Diperbarui: 21 Agustus 2018   12:20 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
inspiredcreativeexpressions.com

Geografi adalah mata pelajaran yang cukup membosankan dibanyak sekolah. Siswa menganggapnya sebagai pelajaran yang membuat mereka banyak menghafal nama-nama tempat beserta lokasinya. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan agar stigma negatif yang kurang tepat ini segera Sirna?

Berdoalah kepada tuhan agar tidak dipertemukan dengan siswa-siswa seperti itu. Atau malah sebaliknya, siswa yang berdoa agar tidak dipertemukan dengan guru yang membosankan. Namun bila ingin menjadi dambaan siswa, beranjak dari kebiasan lama melalui membaca konteks maupun teks adalah jalan terbaik.

Baca juga: Jalan Terjal Memahami Geografi

Suatu pagi di bulan Agustus ini, saya berkesempatan membaca buku yang ditulis Risnani, padahal saya membelinya sejak beberapa bulan yang lalu.

Buku ini semacam media pertemuan pikiran ketika raga tak sempat berjumpa. Ditulis untuk berkomunikasi dan bertukar pengalaman.

Perjumpaan sebagaimana pembelajaran tidak mesti berlangsung dalam ruang kelas. Ia dapat berlangsung di mana saja, termasuk di kamar, salah satu ruang paling privat dari manusia. Kurikulum pembelajaran yang saya lakukan terbangun atas kerelaan memanfaatkan waktu.

Saya membaca buku itu di atas kasur yang terbungkus kain merah motif bunga. Dingin dan teduh suasananya. Radit di kamar sebelah turut menjaga stabilitas gelombang bunyi dengan bersemedi di depan meja kesuksesan sembari menyusun Tesis fenomenalnya.

Risnani berbagi kisah petualangannya dalam menghadapi siswa SMA 1 Torjun, Sampang Madura, yang memiliki kompleksitas masalah pembelajaran. Kasus guru seni yang wafat tidak lama setelah dipukuli siswanya terjadi di tempat ini. 

Di SMA 1 Torjun ada sebuah kelas yang dijuluki sebagai "pasar tumpah". Para Guru mengeluhkan kesemrawutan siswanya. Sebelum dan sesudah mengajar di kelas ini kepiluan kerap menggerogoti perasaan.

Namun, ada seorang guru yang merasakan hal berbeda. Ia tidak pernah mengalami nasib buruk itu, malah siswanya menunjukkan keseruan dalam pembelajaran. Guru datang ke kelas dengan gembira dan meninggalkan kelas dalam keadaan siswa bersuka ria.

Guru itu memahami duduk persoalan, mengerti jalan keluarnya, serta berani berimprovisasi. Ini adalah kunci suksesnya.

Permasalahan pembelajaran yang dihadapi tidak terlepas dari kondisi geografis, sosial, dan perkembangan teknologi yang berdampak langsung terhadap tumbuh kembang siswa.

Risnani menjelaskan liku petualangan melalui deskripsi yang rapih di dalam 119 halaman dari bukunya. Penjelasannya merupakan perpaduan teori, hasil penelitian dan tentu saja narasi pengalaman baik yang ia alami maupun yang dipelajarinya dari orang-orang di sekitarnya, termasuk kisah keikhlasan perjuangan guru Seni itu.

Ia juga menuliskan rintangan yang menghadangnya, strategi jitu apa yang dipilih, bagaimana hasilnya, dan apa yang perlu diperbaiki dari strateginya itu.

Petualangan itu tertuang dalam bukunya yang berjudul "13 Strategi Pembelajaran Geografi Berbasis Lingkungan".

Salah satu inovasi yang Risnani tawarkan agar pembelajaran tak lagi garing di sekolah adalah penggunaan strategi "Berburu". Strategi semacam ini tentu sulit ditemukan di perguruan tinggi, karena kebanyakan penelitian geografi berkutat dalam eksperimen model pembelajaran yang sudah menggunung atau sekadar mengombinasikan beberapa model. Parahnya lagi, penelitian itu hanya dimaksudkan untuk meraih gelar. Setelah itu, cerita berakhir penuh debu di rak perpustakaan.

Baca juga:Hasil Penelitian Mahasiswa Berdebu di Perpustakaan

Strategi berburu dalam pembelajaran geografi hanya akan mudah didapati melalui inovasi guru di lapangan. Inovasi ini bersumber dari pengalaman langsung, bukan sekadar berasal dari teori-teori pembelajaran atau hasil penelitian universitas yang menjemukan itu.

Strategi berburu lahir dari kecenderungan siswa di era digital. Risna resah dengan siswanya yang lebih getol dengan gawainya ketimbang buku pelajarannya. Kondisi dimana siswa tenggelam dan larut dalam dunia maya. 

Untuk mengatasi persoalan, Risnani tidak menghilangkan apa yang digandrungi siswa zaman now, malah menjadikan gawai itu sebagai bagian dari pembelajaran.

Strategi berburu yang diterapkan berbuah manis. Siswa yang dikeramatkan menjadi siswa teladan. Siswa yang tadinya membisu di kelas, kini kegirangan mengikuti pembelajaran, ia bahkan berusaha menjadi yang terdepan.

Selain strategi berburu, dalam bukunya yang terbit di 2018 ini, masih akan ditemukan strategi pembelajaran lain, yang kalau dijadikan judul penelitian di univesitas akan ditolak dosen pembimbing. Strategi itu di antaranya dinamai dengan angin tornado, kereta, dan apalagi yah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun