Mohon tunggu...
M Abd Rahim
M Abd Rahim Mohon Tunggu... Guru/Dai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

GPAI SMK PGRI 1 SURABAYA, Ingin terus belajar dan memberi manfaat orang banyak (Khoirunnas Anfa'uhum Linnas)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Bersemi, Kembali dari Tanah Suci

16 November 2022   05:34 Diperbarui: 16 November 2022   11:51 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri/diolah dengan canva.com

Cinta Bersemi, Kembali dari Tanah Suci

Oleh: M. Abd. Rahim

***

Kabarku diajak Pak Sugi Umroh, ramai diperbincangkan di sekolah. Aku mulai menjadi buah bibir di mana-mana. Di kantin sekolah, di kelas dan di ruang guru, dan tetangga sebelah.

Sementara di sekolah, teman-temanku banyak yang ngurusi hasil magangnya. Karena ada kasus dan bermasalah, mereka belum selesai membuat laporan magang. Disebabkan mereka sering tidak masuk dan bolos ketika magang. 

"Dit, di mekkah tidak boleh sembarangan bicara, apalagi berbicara buruk dan kotor." Pesan Pak Sugi saat di Bandara

"Lebih baik kita membaca sholawat, minta ampunan dan doa sebanyak-banyaknya untuk kebaikan kita dan keluarga kita" Ketua rombongan melanjutkan.

Kabar ini juga sampai ke telinga Dea putri pak Haji. Di hari itu ia mulai ada rasa rindu ingin bertemu, dan sudah lama tak mencicipi pisang kipas buatanku. Selama Aku magang mengabaikannya, karena ingin fokus ke kerja. Begitu juga Dea sibuk ujian akhir semester di sekolahnya.

Saat masih magang Dea pernah chat ke ponselku, tapi belum kubalas. Dan diwaktu ada acara di Hall pada saat itu baru kubalas.

Dea sempat membalasnya. Tapi setelah itu, karena kesibukan Aku tidak membaca chatnya lagi. Atau tertutupi oleh pesan-pesan baru yang lain

***

Di tanah suci Aku berusaha ibadah dengan baik, dan melakukannya sesuai syarat dan rukunnya. Tak disangka di sana Aku menjumpai Pak Alif. Ia sempat cerita bahwa ia bisa pergi umroh juga berkah dari hasil toko onlinenya. Aku semakin bahagia bisa pertemu Pak Alif, tapi sayang beda rombongan. 

Di suatu malam aku berusaha mengunjungi Pak Alif, tapi tak bertemu. "Ya Allah, mudahkanlah segala urusanku dan keluargaku. Dan izinkanlah Aku bertemu Pak Alif lagi" Doaku dalam hati

Tak lama, Pak Alif menemuiku. Mengajakku di suatu tempat yang ijabah segala doa. Beliau menjelaskan, "Ada beberapa tempat yang ketika berdoa diijabah oleh Allah, diantaranya ketika tawaf, ketika di Muzdalifah, ketika di sumur zam-zam, ketika di Shafa dan Marwa, ketika di makam Ibrahim, di Padang Arafah, dan di Mina."

Selama 14 hari di sana, kugunakan sebaik mungkin bersama pak Alif, juga bersama rombongan pak Sugi. Selama itu juga kukunjungi tempat-tempat tersebut.

***

Ketika Mas Kris datang ke rumahku, tidak menjumpaiku dan ibuku. Karena kami masih berada di tanah suci.

Sebenarnya Ayahnya Mas Kris adalah teman SMAnya Radit dulu. Mereka saling mencintai, tapi masing-masing orang tua mereka berkehendak lain. 

Oleh karena itu Ibu Radit di Makkah berdoa untuk dirinya dan keluarganya. Agar Radit mempunyai ayah baru, dan menemaninya di kala sendirian. 

Di tanah suci segala doa diijabah oleh Allah, ayahnya mas Kris mendatangi rumahnya. Namun Allah maha segalanya mengatur makhluknya dengan sebaik-baiknya. Berharap dipertemukan di hari yang tepat.

Empat belas hari berlalu ...

Ketika aku sudah pulang ke tanah air, dan kembali di rumah. Mas Kris beserta ayahnya mengunjungi kedatangan kami pulang dari ibadah di tanah suci.

"Alhamdulillah, akhirnya walau hidup pas-pasan kita bisa pergi ke rumah Allah." Kata Ibuku

"Njih Bu, Alhamdulilahirobbil alamin." Jawabku

***

Malam telah menciptakan keindahan, dilengkapi cahaya bulan dan bintang-bintang bersinar teduh, seteduh hati ibuku.

"Assalamualaikum." Suara Mas Kris sambil mengetuk pintu

"Waalaikumsalam Wr.Wb." Jawab ibuku dari dalam rumah. Ketika dibuka, ada sosok pria yang dikaguminya semenjak dulu. Hati ibuku berdebar-debar, dan senyum yang merekah serta sedikit meneteskan air mata.

"Apakah benar kau Khoirul Anam?" Ibuku terpana, dan masih menghafal benar nama sosok pria tersebut

"Iya benar Bu Nur Laily Sukmawati!" Jawabnya sambil senyum merekah. Keduanya masih saling mengenal, dan keduanya tak lupa nama satu dengan lainnya. Itulah bukti cinta yang masih tersimpan dalam hati.

"Silahkan masuk Mas Anam!" Perintah ibuku "Ini putramu?" 

"Iya Bu Nyai Nur Laily, namanya Kristiano Budi Anam. Dia sering cerita tentang Radit anak ibu."

"Oh, ya!" Ibuku merasa ada yang kembali tulang rusuknya. Begitu juga bunga-bunga cinta di taman hatinya mulai tumbuh kembali dan mekar berseri.

Aku bahagia melihat ibu bahagia, tidak seperti malam biasanya. Malam ini indah mengiringi kebersamaannya. Ibuku ternyata sudah berkomunikasi batin, sejak kami berada di tanah suci. Tak lama Dea dan orang tuanya juga mengunjungiku.

***

Surabaya,  15 Oktober 2022

Naskah ke-15, tantangan dari dokjay 30 hari Menulis di Kompasiana 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun