Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

JNE Perkenalkan Wisata Kuliner Nusantara dalam Satu Klik

29 Mei 2015   16:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama JNE, ada inovasi baru menikmati kuliner tidak harus dengan bepergian, kita cukup pesan oleh-oleh khas nusantara (pesona) dalam satu klik (lihat pesonanusantara[dot]co[dot]id). Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), merupakan perusahaan jasa pengiriman dan logistik yang berperan sebagai supporter “connecting happiness”. JNE berusaha mempertemukan antara produsen pencipta kreativitas konten dengan para penggunanya. Pengetahuan itu saya peroleh ketika mengikuti acara Roadshow Kompasiana Blogshop bareng JNE di kampus Universitas Brawijaya (UB) Malang pada 12 Mei 2015 yang berlangsung mulai pukul 14.00-16.30 Wib.

[caption id="attachment_421216" align="aligncenter" width="490" caption="Dok. Pribadi (Booth JNE, Contoh Pesan Oleh-oleh Nusantara/Pesona)"][/caption]

Bertajuk “Inovasi Strategi Bisnis di Media Online”, acara ini diisi oleh pemateri berpengalaman di bidangnya, yaitu Nurulloh (Content & Community Editor Kompasiana), Wahyu Aditya (Founder HelloMotion, Inc Jakarta), dan Andre Vincent Wenas (Chief Human Capital Officer JNE Jakarta). Acara berlangsung meriah, dipandu oleh moderator Wardah Fajri dari Kompasiana. Sekitar 100 mahasiswa UB dan 50 kompasianer hadir dalam acara ini. JNE yang berdiri sejak 1990 itu juga memamerkan booth “pesona” yang menjadi salah satu produk unggulan kuliner.

[caption id="attachment_421217" align="aligncenter" width="560" caption="Dok. Pribadi (Paling kiri Mbak Wardah, Pak Andre, tuan rumah UB, Wahyu Aditya, dan Nurulloh)"]

14328895321599060529
14328895321599060529
[/caption]

Materi pertama disampaikan oleh Nurulloh dari Kompasiana. Ia menyajikan topik content marketing berbasiskomunitas. “Konten adalah raja”, demikian ia menegaskan pentingnya konten. Agar produk yang dijual laku, maka pebisnis online harus mampu mengembangkan konten yang “menarik” dan “bermanfaat”. Content marketing adalah sebuah jalan agar konten yang diciptakan itu sampai di tangan user secara memuaskan. Demikianlah cara Nurulloh mendefiniskan content marketing.

Lebih lanjut, ia memberikan trik dan tips untuk mencapai keberhasilan berbisnis konten. Pertama, buat konten yang tidak mainstream, yaitukonten yang belum diangkat oleh media. Kedua, gunakan data dan gali pengalaman. Tanpa data, user mungkin ragu. Oleh karena itu, sertakan testimoni sebagai salah satu cara agar pembaca belajar mengenali produk melalui pengalaman orang lain. Ketiga, gunakan gaya naratif. Berceritalah seolah pembaca diajak berkomunikasi mengenai manfaat produk tanpa merasa digurui. Kempat, update konten secara berkala sehingga pelanggan tahu hal-hal terbaru dari produk yang ditawarkan. Kelima, libatkan pembaca dalam percakapan, misalnya pembaca diberi ruang untuk bertanya, komplain, dan memberi masukan berharga. Demikian penanggung jawab Conten & Community Editor Kompasiana itu membagi pengalamannya. Bagi pengembang konten pemula, pengetahuan ini sangat bermanfaat.

Creative Visual Content dan Crowd Sourcing

Pembicara kedua menyuguhkan topik “creative visual content” atau konten gambar kreatif. Dengan gaya story telling, Wahyu Aditya berhasil menyedot perhatian peserta. Forum terasa hening sesaat, semua mata tertuju pada apa yang dituturkan sang nara sumber. Founder HelloMotion sejak tahun 2004 ini, mendeskripsikan betapa pentingnya “our brands like images”. Menurutnya, sebuah brand itu layaknya gambar. Tanpa disertai gambar, sebuah konten terasa mati dan sulit diajak komunikasi. Logo misalnya, selain memiliki makna filosofi, juga harus menarik dan tidak kaku. Karena itu, dia yang Alumnus SMAN 3 Malang itu kembali menegaskan urgensi prinsipcreative visual contentdalam karyanya: “Sila Ke-6: Kreatif Sampai Mati”. Wow!. Atas penjelasannya yang disampaikan dengan narasi bergambar itu, tak pelak peserta meresponnya dengan tepuk tangan meriah.

Wahyu Aditya yang juga juri tetap Festival Asiagraph Tokyo, Jepang sejak tahun 2008 itu melanjutkan penjelasannya tentang pentingnya Crowd Sourcing. Aditya mendefinisikan crowd sourcing sebagai aliran dari sumber penemuan (sourcing) hingga diterima pasar itu jalannya rumit (crowd). Namun jalan itu mesti dilalui dan ditemukan. Demikian kata Wahyu yang juga pernah menjadi tokoh pilihan majalah Tempo tahun 2009. Menurut pengakuannya di hadapan peserta, dia baru menemukan jalan hingga diterima di berbagai instansi pemerintah membutuhkan waktu lebih dari 4 tahun. Siang malam dia mengotak-atik produk dunia visual content, dunia animasi, kemudian membagikan pengetahuannya ke publik. Mas Wahyu juga menunjukkan contoh beragam logo yang pernah ia ciptakan, kemudian ia bagikan secara gratis lewat beragam media sosial.

Wahyu Aditya menjelaskan, bahwa sebuah produk selalu diawali dari adanya penemuan atau ide. Agar temuan itu sampai ke pasar dan laku, dibutuhkan kreativitas dan teknologi. Jadi kalau diurutkan, pertama dimulai dari adanya penemuan. Agar diterima pasar, diperlukan kreativitas bagaimana publik tahu manfaat dari temuannya itu. Selain itu, diperlukan teknologi, agar produknya dapat diserap oleh pasar. Tetapi jalan untuk sampai ke sana kita belum tahu pasti, itu jalannya rumit. Justru karena itulah, kita harus bersabar sampai benar-benar diterima pasar, artinya terus bekerja sampai produk temuannya laku di pasar. Demikian kiranya intisari dari konsep crowd sourcing yang disampaikan oleh Wahyu Aditya.

Demikian halnya, dengan Hello Motion Academy Jakarta yang Wahyu dirikan. Untuk benar-benar diterima pasar seperti sekarang ini, dia harus bersabar sampai menemukan jalannya. Terhitung sampai tahun 2015, ia telah menggeluti passionnya di dunia industri kreatif (visual content dan animasi) selama 14 tahun. Mak tak heran, jika ia sering diundang sebagai dosen tamu S2 animasi di berbagai kampus nasional dan internasional, seperti yang tertulis dalam brosur HelloMotion Academy yang dibagikan kepada peserta.

[caption id="attachment_421221" align="aligncenter" width="504" caption="Dok. Pribadi: Wahyu Aditya (bertopi)dan sebelah kanannya Pak Andre Vincent Wenas (baju kotak2) beserta tim JNE"]

1432890662973566503
1432890662973566503
[/caption]

Mengapa Dijual Secara Online?

Andre Vincent Wenas, merupakan narasumber terakhir. Sang praktisi bisnis jasa kurir ini,berbicara mengenai media online business innovation. Intinya, inovasi yang ditawarkan JNE sebagai perusahaan jasa kurir bertujuan untuk “connecting happiness” (menghubungkan kebahagiaan). Komunitas bahagia tercipta, karena terhubungkan oleh JNE. Jadi JNE itu posisinya sebaga supporter UKM, demikian Chief Human Capital Officer JNE Jakarta itu menjelaskan.

Menurut Pak Andre, produk bisnis yang dipasarkan secara online yang paling banyak adalah bisnis apparel. Termasuk dalam kelompok apparel adalah produk baju, batik, desain kaos, dan sejenisnya. Di bawah peringkat produk apparel, baru kemudian ada beragam jenis produk hand phone (HP) yang banyak dijual secara online.

Masih menurut Pak Andre, ada beberapa alasan mengapa produk-produk itu dijual secara online. Pertama, pasti hemat waktu. Pembeli tidak perlu datang langsung ke toko penjual. Kedua, pengguna internet yang sering disebut netizen, menurut data yang disebutkan Pak Andre teridentifikasi sekitar sekitar 75 juta orang. Dari jumlah itu, baru sebanyak 12,8% yang memanfaatkan bisnis dengan media online. Selebihnya (87,2 %) tergolong netizen potensial. Apa maknanya? Segmen pasar bisnis online masih terbuka lebar.

Ketiga, bisnis online mempertaruhkan reputasi. Sebagaimana dijelaskan oleh GM JNE Windhu Abiworo, awalnya JNE didirikan oleh 9 orang pada tahun 1990. Nekat, sebab 9 orang itu belum pernah pergi ke seluruh Nusantara, tetapi berani mengirim barang ke seluruh kota di Indonesia. Mereka berani ambil risiko. JNE berani menerima risiko double, yaitu ketika menerima titipan barang dan saat mengirimkan barang. Ketika ada risiko, berarti ada peluang. Berani mengambil risiko yang diperhitungkan, itulah karakter wirausaha.

[caption id="attachment_421220" align="aligncenter" width="448" caption="Blogger Kompasianer Malang (Dok.Group Fb Bolang)"]

143289032595340875
143289032595340875
[/caption]

Sebelum acara ditutup sekitar pukul 16.30 Wib, dalam forum itu ada acara seru-seruan. Peserta berfoto-foto ria, bareng panitia dari JNE dan narasumber. Ada juga bagi-bagi hadiah, tentu buat mereka yang paling berprestasi, seperti paling lancar ucapkan “5 sate 10 tusuk” sebanyak 10x; atau dia yang paling keren membuat komentar via Twitter yang ditayangkan saat acara berlangsung. Selamat buat mereka yang dapat hadiah keren dari JNE.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun