Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tjiptadinata Effendi adalah Penulis Teladan

10 Januari 2021   21:02 Diperbarui: 11 Januari 2021   06:42 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa artinya? Itu sebuah pencapaian yang luar biasa produktif. Beliau konsisten menulis. Tulisannya pun diterima oleh orang lain. Bukankah kebahagiaan seorang penulis adalah saat tulisannya menemukan pembacanya?

Tulisan Beliau itu mudah dipahami, menyentuh, dan sarat nilai. Setidaknya, itu yang saya rasakan. Tak berlebihan kiranya, jika kompasianer senior bernama Tjiptadinata Effendi itu adalah sosok penulis teladan.

Wajar kiranya, jika Pak T.H Salengke misalnya, merespon tulisan Beliau dengan mengatakan, "Terima kasih telah mengingatkan, Pak. Salam Takzim".

Begitu tulis seorang kompasianer senior yang sedang tinggal di negeri Jiran, merespon tulisan Pak Tjiptadinata Effendi  berjudul "Di Atas Langit Masih Ada Langit" di kolom komentar.

Sementara kompasianer Nita Kris Noer, memberikan komentar atas tulisan yang sama tersebut seraya mengatakan: "Sepenuhnya sepakat atas artikel ini, Pak Tjip. Salam hormat dan hangat selalu, Bapak. Terima kasih telah berbagi artikel ini". 

Begitu responnya disertai emoji pray, kedua telapak tangan menyatu.

Sejauh yang saya tahu, Beliau selalu membalas setiap komentar kompasianer yang meresponnya. Saling berbalas komentar semacam itu sekilas terkesan biasa saja. Tapi boleh jadi, hal biasa yang keluar dari hati, justru hal itu dapat memberikan efek yang luar biasa.

Saya merasakan, kedua contoh komentar di atas itu bukanlah sekedar lips service. Komentar itu memberi pertanda bahwa diantara keduanya ada rasa saling menghormati. Saling menghargai. Ada kepercayaan diantara para pihak. Kita. Bukan aku. Bukan aku saja yang ada di sini. Kita saling ada.

Bila dicari, sangatlah banyak contoh-contoh komentar lain yang baik di Kompasiana. Komentar yang bermakna. Komentar yang menguatkan. Komentar yang mengandung kritik cerdas dan arif. Komentar yang memuat kritik keras namun solutif. Bukan kritik yang meniadakan. Tapi kritik yang masih menyisakan ruang optimisme.

Ketika mencermati fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara kita belakangan ini, rasanya harapan itu begitu dibutuhkan.

Bila budaya saling menghargai itu kuat, kiranya bangsa kita akan lebih cepat berkembang menjadi banga besar yang maju dan pantas menjadi contoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun