Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tasyakuran Bolang di Kedai Bernuansa Romantis

24 Mei 2017   11:19 Diperbarui: 24 Mei 2017   16:36 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendahara Bolang menuju kasir Papimoon Coffee & Resto/Dok. Pribadi

Papimoon Coffee & Resto berkonsep homy, desain ruangannya seperti area kondangan nan romantis. Saya memesan secangkir minuman Red VelvedLatte, sejenis kopi susu berlapiskan warna merah di bagian atasnya. Susu dalam minuman ini lebih dominan dibanding kopinya.

Red Velved Latte, salah satu menu minuman di Papimoon Coffee/Dok. Pribadi
Red Velved Latte, salah satu menu minuman di Papimoon Coffee/Dok. Pribadi
Harganya 15k/cangkirRasanya berasa seperti kopi susu lucu-lucu gitu, kwkkk. Teman lainnya pilih strawberry latte,danentah apalagi namanya. Di tempat ini, kami nyruput bareng sesuai pesanan masing-masing.

Minuman sejenis Kopi Latte, tersedia di Papimoon/Dok. Pribadi
Minuman sejenis Kopi Latte, tersedia di Papimoon/Dok. Pribadi
“Kawan-kawan, sebaiknya digunakan apa dana kita”, tanyaku pada mereka sambil nyruput secangkir minuman berhiaskan bunga merah, entah apa nama bunga itu.

Seorang teman merespon, kita belikan “camera drone” aja, yang harganya miring, kan kalau jalan-jalan kita bisa ambil gambar dengan hasil terbaik.

“Kita buat investasi, meskipun nilainya kecil”, sahut lainnya. “Apapun bentuknya,sebagian harus dibuat berbagi”, teman lain menimpali. Sepakaaaaattt! Begitu kata mereka, nanti biar dihitung apa anggarannya cukup, hehe :).

Lengkaplah suasana kebersaman pada malam itu. Namun, serasa ada yang kurang, Mbak Erent tak bisa hadir. “Have fun ya man teman”, maaf gak bisa ikut”, demikian Mbak Erent kirim pesan via group WA. Saya menjawab, “Dilain kesempatan, semoga bisa bersama-sama lagi berbagi suka dan duka”.


Serentak pesan lain bersahutan: “Iya Mbak Erent…”, begitu Mbak Desy langsung merespon. Sedangkan Mbak Lilik kirim tanda jempol berderet tiga, tanda memberi dukungan.  Jawaban Amiiin diserta simbol senyum sejurus kemudian datang membalasnya.

Barangkali, itulah secuil narasi tentang kebersamaan, tentang menyatukan rasa komunitas. Maka tak heran, jika teman-teman bilang: “Bolang itu hati”, seperti kata Mas Selamet Hariadi saat kita berada di Camilo kala itu. “Sing penting ngumpul”,begitu kata Mbak Rara saat bersama di Hutan Kota Malabar ketika menyiapkan video untuk acara ICD 2017. Sementara Mas Herry bilang, Bolang itu spontanitas, tetapi selalu punya target!. Kayake benar semua tuh, pikirku.

Qua Vadis Pegiat Komunitas Kompasiana?

Mungkin sebagian orang ada yang berpendapat, ikut komunitas Kompasiana itu dapat apa? Sebagian non kompasianer ada yang punya persepsi, “ikut Kompasiana ibaratnya hanya jadi anggota fun page doang!” Nah… tuh? Apa yang harus diperbuat oleh para pegiat komunitas Kompasiana?

Seperti diketahui, Kompasiana itu memiliki puluhan komunitas, tersebar di seluruh Indonesia. Ada komunitas yang suka makan-makan (KPKGerebek). Ada yang peduli perempuan (Ladiesiana), suka berwisata (Koteka), pengguna Commuter Line (Clik),pecinta film(KOMiK),penyuka humorcerdas(Planet Kenthir), penggemar Fiksi keren (Fiksiana Community dan RTC), dan lain sebagainya. Ada pula komunitas berdasarkan daerah seperti Ambonia, Koneck, Bolang, K-Bandung, KJOG,dan lain lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun