Mohon tunggu...
mohammad endy febri
mohammad endy febri Mohon Tunggu... Administrasi - Orang awam

Asuh fikiran, lahirkan keyakinan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Syeikh Ahmad al Fathani dan Sejarah Percetakan Riau Lingga

2 Oktober 2016   20:36 Diperbarui: 2 Oktober 2016   20:49 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibelakang pesatnya budaya tulis ini, pastilah dipelopori para intelektual muslim masa itu. Kala itu, semenanjung Melayu dijajah oleh Inggris dan Hindia Belanda (Indonesia) dijajah oleh Belanda. Organisasi Al Fathaniyah yang didirikan oleh SAF di Mekah merupakan organisasi politik Melayu pertama yang didirikan pada tahun 1290 H/ 1873 M. Organisasi ini jauh mendahului berdirinya Syarikat Islam (1912 M) yang didirikan oleh H.O.S Tjokroaminoto.

Dari murid – murid SAF inilah, lahir berbagai organisasi level daerah di nusantara. Seperti di Riau Lingga (Penyengat), berdiri Jamiyah ar Rusydiyah yang kemudian dikenal dengan Rusydiah Kelab dan Jamiyah al Khairriyah. Perkumpulan cendikiawan muslim.

Al Fathaniyah dan Ar Rusydiyah, bila diterjemahkan dalam kosakata Melayu, tidak terdapat perbedaan makna yang signifikan menurut Tok Dil. Al Fathanah dalam bahasa arab kadang digunakan dengan kata al fithnah yang artinya kepandaian, kecerdasan atau kecerdikan. Sedangkan al rusydu dapat diartikan sebagai akal, fikiran, atau mengikuti petunjuk. Organisasi ini sama – sama meneruskan semangat SAF.

Dari seluruh penjelasan diatas, bersumberkan karya Tok Dil atau Wan Mohd Shaghir Abdullah, dapat kita pahami bahwa warga Melayu Kepulauan Riau khususnya, telah lama merasakan manfaat percetakan serta memiliki wadah aktualisasi yang efektif, mempromosikan ide sekaligus memberi pemahaman baru kepada publik. Hal ini membuktikan bahwa cendikiawan dunia Melayu masa itu telah memahami pentingnya arti publikasi ide melalui tekhnologi cetak, agar dapat memberi pengajaran, manfaat dan pendidikan. Betapa kesadaran semacam itu telah jauh melampaui zamannya.

Sejarah pasti mengapung dengan bermacam ragam versinya. Tulisan yang bersumber dari Tok Dil putera kelahiran Midai Natuna 17 Agustus 1945 ini, dapat dilihat dibukunya dari Jilid I hingga Jilid III. Seorang penulis dan peneliti kitab Islam ternama Malaysia yang memfokuskan diri pada kajian ulama Asia Tenggara dan kerap menjadi pembicara seminar nasional dan internasional di Kerajaan Malaysia. Karena keterbatasan ruang, untuk mengetahui naskah – naskah Islam nusantara milik Allahyarham Tok Dil (wafat pada 12 April 2007) yang terkait tulisan ini, dapat menghubungi percetakan Khazanah Fathaniyah di Kuala Lumpur, milik penerusnya.  II (Tulisan ini diterbitkan di Jembia, Batam Pos 2 Oktober 2016) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun