Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Taksu

9 Maret 2019   15:14 Diperbarui: 9 Maret 2019   15:18 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : http://www.infobudayabali.com

Kutukankah ini?

Atau inikah takdir yang harus aku jalani?

Oh Sang Hyang Widhi.

Aku pasrah...

Bunyi -- bunyian gamelan Bali mengalun cepat. Nampak Rangda dikejar -- kejar oleh puluhan Pepatih yang menghunus sebilah keris. Tangan mereka mencengkeram keris itu kuat -- kuat. Sepenuh tenaga mereka kerahkan. Otot -- otot tangan mereka menyembul dari balik kulit. Dengan ekspresi marah, puluhan Pepatih itu mengejar Rangda yang seorang diri tanpa senjata tajam. Ia hanya membawa secarik kain putih dengan sebuah gambar rerajahan di tengahnya.Dalam beberapa menit, Pepatih itu berjatuhan satu persatu setelah Rangda mengibaskan kain putih yang dibawanya ke arah mereka.

Bunyi -- bunyian gamelan Bali mengalun lambat. Seruling ditiup dengan nada yang cukup panjang sebagai tanda berakhirnya acara. Para penari berkumpul ditengah halaman utama pura. Mereka mengatupkan tangan mereka didepan dada dan menunduk secara bersamaan. Kemudian berjalan memasuki pura.

Pementasan Tari Wali Barong dan Rangda di Pura Tanah Lot berjalan lancar. Tarian itu dijadikan sebagai tarian pembuka untuk upacara Piodalan di Pura Tanah Lot yang akan digelar selama satu pekan ke depan.

Para pengunjung membubarkan diri dengan tertib. Suasana di sekitar pura sangat ramai. Banyak masyarakat sekitar dan turis asing yang hadir. Dua orang pria paruh baya memasuki halaman utama pura dengan membawa bejana emas. Sambil berjalan mengelilingi halaman utama, mereka memercikkan tirta suci. Air suci yang mereka ambil dari dalam pura untuk menetralkan energi di sekitarnya. Bulan purnama nampak menggantung diatas langit.

"Wahai jiwa yang tersesat dan diratapi angin, kembalilah..."ucap mereka pelan sambil menunduk memberi hormat kepada Sang Hyang Widhi. Lalu mereka masuk kedalam pura setelah mematikan beberapa obor di sudut -- sudut halaman utama pura.

***

"Selamat ya..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun