Mohon tunggu...
404 Not Found
404 Not Found Mohon Tunggu... Lainnya - 404 Not Found - 最先端の人間の推論の開発者の小さなグループ。

私のグループと私は、デジタル世界の真実を求めて舞台裏で働いている人々です。私たちは、サイバー空間に広がるすべての陰謀の背後にある真実を述べています.

Selanjutnya

Tutup

Diary

(Human S.O.S - Chapter I) | Dunia Ciptaan Tuhan Vs Ciptaan Manusia: Peta Persaingan Manusia "Bodoh" dalam Menandingi Ciptaan Sang Pencipta

22 Januari 2023   06:00 Diperbarui: 23 Januari 2023   06:22 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak semua orang akan menyangka bahwa mungkin dia bodoh atau malas dari segi akademik, namun bisa men emukan pecahan puzzle teka-teki kata-kata yang senantiasa saya 'siram' di dalam semua diary saya dan menyusunnya menjadi rangkaian cerita yang lebih sederhana dan masuk akal - bukan dengan teori, tetapi dengan teknik cryptograf tingkat advanced - hampir serupa dengan cara seorang 'detektif' mencari petunjuk, mengumpulkannya satu-per-satu, kemudian hasil-hasil temuannya dirangkai dan dapat menyusunnya menjadi "makna dibalik makna berlapis terselubung". Cari saja hal-hal terkait konsep serupa dan coba bandingkan dengan semua tulisan saya 'tidak masuk di akal', 'tetapi masuk dibalik akal'. 

Proyek metamodel yang paling ideal dalam merencanakan 'strategi teleportasi psikologi manusia' ke dunia 'tak bertubuh' adalah metaversePernah dengar? Pernah? Anda mengira bahwa itu adalah kerjaan Mark Zuckenberg? Anda salah besar! Itu adalah mega-proyek para pengendali media global yang meng-kambing hitam-kan Mark Zuckenberg sebagai 'tumbal', bukan sebagai pelopor. 

Media dikendalikan untuk menyoroti Mark Zuckenberg sebagai 'subyek' yang bertanggung jawab atas megaproyek tersebut, tetapi dia sendiri 'mempersembahkan diri' atas nama perusahaannya demi menyelimuti orang-orang yang 'menginfus'-nya dari balik jas, kaos, atau kameja 'hangat' yang senantiasa dia pakai di mana pun dan kapan pun. Banyak kaum IT kerap 'salah kaprah' dengan definisi metaverse yang sesungguhnya. Yang mereka tahu cuman seputar pengelompokan perusahaan milik Mark atau definisi yang memanifestasikan makna yang identik dengan itu. 

Proyek metaverse dalam bentuk sesungguhnya adalah 'gambaran penciptaan awal bagaimana dunia nyata itu di-digitalisasi secara perlahan dan tidak terlihat hingga saat ini'. Ini adalah persaingan ketat untuk menyetarakan 'kisah-kisah religius' yang diceritakan Tuhan via kitab-kitab suci agama-agama semantik dan kelompok-kelompok semit di dunia, dengan menirukan proses terciptanya manusia sampai ke hal-hal kecil yang 'tidak tertangkap mata' sekalipun. Anda ragu, mari saya petakan teknik membacanya.

Sebelumnya, mohon maaf bagi Anda semua yang suka membaca diary saya karena sering menjumpai kata atau term 'tidak pantas' ditulis, tetapi hanya pada tulisan ini saja saya 'meminta maaf' dan tidak melemparkannya di sini. Dan selanjutnya, saya tetap tidak peduli, karena itu adalah bentuk 'keprihatinan' yang tidak logis dan masuk akal. Anda pasti heran dengan lontaran pertanyaan saya mengenai "kebohongan" frekuesi otak: tentang sosial media, bukan? Silahkan baca di atas. Kalau sudah, kembali ke sini dan saya akan menyatakan 'proposal hitam' itu di sini. 

Anda (dan bukan saya) sebenarnya adalah 'subyek' dan sekaligus 'obyek' dari penelitian pengembangan metaverse itu sendiri. Seperti ini: Sang Pencipta atau Tuhan dalam kisah menceritakan 'manusia sebagai the last creation' yang dengan segala kelebihan-kekurangannya sudah didesain sedemikian rupa sehingga sempurna adanya

Kata sempurna di sini adalah 'benar-benar' sempurna secara harafiah, dalam bentuk komparasi apapun. Yang mendegradasikan kata 'sempurna' ini adalah Ilmu Pengetahuan, dengan mulai menciptakan stereotip tradisi dan kebudayaan yang 'dibungkus' dengan istilah Kebahasaan "pada" atau "sejak dahulu kala". 

Orang polos berakal emas tidak akan mempersoalkan tentang gender atau kecenderungan seksual dan tanggung jawab sosial/moral sebagai manusia, bukan berdasarkan proposisi ilmiah atau klasifikasi sosial terkait hal tersebut. Sebaliknya, orang polos berakal uang logam, perak, kertas, dan uang digital akan memberantas perkara ini dengan 1001 argumentasi ilmiah yang meyakinkan manusia lain bahwa 'itu salah' secara ilmiah (saya berharap Anda tidak termasuk dalam itu ketika membaca diary saya). 

Anda mengira bahwa kalimat tersebut mengindikasikan kepribadian saya sebagai homoseksual, lesbian, atau identifikasi kelainan seksual serupa sebagai penyakit orientasi seksual atau argumentasi pembelaan terhadap 'kaum LGBT'? Anda salah besar!  Ini bukan terkait dominasi patriarki atau perjuangan kaum feminisme yang terlalu aneh untuk dibahas bagi saya - itu akibat kesalahan manusia dalam menemukan, mengenal, dan mempelajari "misteri ciptaan Sang Pencipta" dari sudut pandang produk ciptaan manusia itu sendiri - Ilmu Pengetahuan. 

Tidak mengherankan istilah "semakin saya tahu, maka saya semakin tidak tahu" dari bapak Filsafat Sokrates punya makna harfiah yang murni secara emas benar adanya - ilmu pengetahuan yang menyesatkan pada taraf 'tidak terduga'. Sebab, kecacatan apapun yang dipaksa diakui oleh manusia via Ilmu Pengetahuan secara 'biologis' maupun 'psikologis' tidak akan merubah 'cara berpikir' Sang Pencipta tentang manusia - hanya manusia yang menilai manusia dari kacamata kebutaan moral yang tersamarkan. 

Ditambah lagi dengan 'ikut campur' gaya berpikir ala Stoikisme menjadikan manusia yang terlalu 'cerdas' pada tataran intelektual, tetapi sengaja mendekati zona daya cipta Tuhan yang tidak dapat 'diidentifikasi' secara detail dari sudut pandang Ilmu Apapun di muka bumi ini. Kembali ke topik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun