Kriteria utama:
Latar Belakang Ideologis Kuat: Ulama atau aktivis ormas (NU/Muhammadiyah) atau mantan aktivis organisasi kampus dengan rekam jejak dakwah, paham ekonomi syariah, seperti pemimpin partai Islam lain yang sukses membangun citra inklusif, atau ulama muda berusia 40-an yang mewakili generasi baru.
Integritas dan Anti-Pragmatisme: Bersih dari isu integritas, menolak oportunisme; Tidak di pungkiri Plt. Ketum Mardiono masih punya dukungan kuat, tetapi resistensi Majelis Syariah menunjukkan kebutuhan reformasi radikal.
Figur seperti mantan menteri berlatar bisnis atau kader yang juga sebagai kepala daerah, progresif bisa membawa perspektif pemerintahan yang bersih.
Regenerasi Muda: Usia 40-50an, paham digital; mampu menarik Gen Z dengan narasi lingkungan halal atau fintech syariah, sekaligus merespons isu nasional seperti stabilitas ekonomi pasca-protes.
Kemampuan Koalisi Inklusif: Membangun aliansi tanpa kehilangan identitas, seperti PAN dengan Muhammadiyah. Di tengah memanasnya persaingan kader vs non-kader, pemimpin baru harus menyatukan faksi untuk menghindari stagnasi.
Kesimpulan: Waktu untuk Bangkit
Muktamar X bisa jadi babak baru PPP -- dari krisis parlemen menuju transformasi nasional, terutama di tengah gejolak politik seperti protes reformasi dan krisis kepercayaan yang melanda Indonesia.
 Dengan pemimpin tepat, PPP bisa merebut ceruk Islam modern, mendukung ekonomi umat, dan berperan dalam stabilitas nasional. Tanpa itu, partai ini berisiko lenyap. Momentum Jakarta: jangan terbuang.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI