Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Putus Dirundung Duka

29 Oktober 2020   21:03 Diperbarui: 29 Oktober 2020   21:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mang Udin hanya diam dan menunduk. Mulutnya seperti terkunci rapat. Ia tak kuasa untuk menyampaikan kabar yang sesungguhnya. Sesaat kemudian, ia memberi isyarat kepada Hasna untuk masuk ke dalam dan melihat sendiri apa yang sedang terjadi.

Sejurus kemudian, ia menerobos kerumuman orang dan masuk ke dalam rumah. Matanya terbelalak kaget ketika mendapati kedua orang tuanya telah tewas dengan banyak luka memar di tubuhnya.

Ia terduduk lemas. Ingin rasanya ia menjerit sekeras-kerasnya, tapi ia masih sadar sedang banyak orang. Ia terisak lirih. Tubuhnya terguncang hebat. Beberapa tetangga dekatnya menghampiri, memapahnya ke dalam kamar. Sesampainya di kamar, ia mencoba berbaring untuk menghilangkan lelah perjalanan dan menenangkan diri. Tiba-tiba saja, matanya terasa berkunang-kunang, kepala pusing, kamarnya seakan-akan berputar cepat seperti gasing. Ia kehilangan kesadaran. Pingsan.

***

Si Ustadzah telah selesai berceramah. Terdengar obrolan dua orang yang sedang duduk tak jauh dari mimbar.

"Tahukah antum[1], siapakah sebenarnya Ustadzah itu?" tanya seorang yang lebih tua berjenggot panjang kepada yang lebih muda.

"Memangnya siapa dia, Pak Kiai?" balasnya penasaran.

"Dia aku temukan di jalanan kota. Tubuhnya sangat kotor dan hampir telanjang. Rambut acak-acakan. Terkadang ia tertawa sendiri, berteriak histeris. Mulutnya terus menceracau tidak keruan", terang Pak Kiai dengan bola mata berkaca-kaca.

"Benarkah?" seru yang muda semakin heran.

"Alhamdulillah, atas izin Allah. Setelah saya terapi sekitar satu tahun, akhirnya dia bisa sembuh dan menjadi seperti yang antum lihat sekarang ini".

Boyolali, 27 April 2020  

(sumber gambar: id.pinterest.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun