Semarang – Desa Kalongan di Kabupaten Semarang memiliki potensi besar sebagai sentra kerajinan bambu. Hampir setiap rumah di desa ini memiliki keterampilan mengolah bambu, mulai dari peralatan rumah tangga sederhana hingga karya seni bernilai tinggi. Salah satunya adalah kelompok usaha Jazuli Bambu Art, yang sejak lama konsisten memproduksi berbagai kerajinan bambu. Namun, potensi besar itu belum diimbangi dengan kemampuan produksi modern, strategi pemasaran yang kuat, maupun akses permodalan yang memadai.
Melihat kondisi tersebut, tim dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi hadir melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Kemitraan tim dari Universitas Negeri Semarang dengan ketua Dr. Lyna Latifah, S.Pd, M.Si memiliki tujuan utama memperkuat kapasitas bisnis pengrajin bambu agar mampu menciptakan usaha yang berkelanjutan. Program ini dirancang tidak sekadar memberikan pelatihan, tetapi juga pendampingan menyeluruh mulai dari produksi, teknologi, hingga manajemen usaha.
Analisis Situasi dan Permasalahan Mitra
Hasil survei awal menunjukkan beberapa permasalahan yang dihadapi mitra. Dari sisi produksi, produk yang dihasilkan masih terbatas variasinya, sehingga kurang menarik bagi wisatawan yang datang ke Desa Kalongan. Dari sisi pemasaran, penjualan masih mengandalkan pasar lokal dengan sistem tradisional, tanpa sentuhan digital marketing atau akses ke marketplace. Dari sisi permodalan, mitra kesulitan mendapatkan tambahan modal karena belum memiliki pencatatan keuangan yang rapi untuk syarat pinjaman.
Selain itu, pasokan bahan baku bambu yang semakin sulit juga menjadi tantangan tersendiri. Hal ini menyebabkan pengrajin tidak bisa berproduksi dalam skala besar meskipun permintaan pasar ada. Kondisi tersebut membuat usaha kerajinan bambu sulit berkembang maksimal, padahal tren produk ramah lingkungan semakin meningkat dan menjadi peluang besar di pasar nasional maupun internasional.
Metode dan Pelaksanaan Kegiatan
Program pengabdian ini dilaksanakan melalui lima kali kunjungan lapangan yang terstruktur, masing-masing dengan fokus pada aspek produksi, teknologi, manajemen, hingga evaluasi.
- Kunjungan Pertama – Pelatihan Produksi dan Diversifikasi Produk
Pada tahap awal, tim memberikan pelatihan peningkatan kualitas produksi sekaligus diversifikasi produk agar sesuai dengan konsep desa wisata Kalongan. Para pengrajin diperkenalkan dengan contoh desain produk cinderamata seperti jam meja, gantungan kunci, magnet kulkas, cangkir, dan nampan bambu. Diversifikasi ini bertujuan agar produk lebih variatif dan dapat memenuhi kebutuhan pasar wisatawan. - Kunjungan Kedua – Pelatihan Penggunaan Mesin Produksi
Tahap berikutnya difokuskan pada penguasaan teknologi. Pengrajin dilatih menggunakan alat modern seperti mini grinder, mini bandsaw, dan scrollsaw, yang berfungsi mempercepat produksi dan meningkatkan kualitas hasil. Dengan alat ini, produk bambu dapat lebih presisi, rapi, dan memiliki nilai jual lebih tinggi. - Kunjungan Ketiga – Monitoring dan Finishing Produk
Pada tahap ini, dilakukan monitoring proses pembuatan produk. Fokus utama adalah teknik finishing dengan pengarahan penggunaan alat ukir dan plitur yang aman untuk peralatan makan. Standar finishing yang baik diharapkan dapat meningkatkan estetika sekaligus keamanan produk. - Kunjungan Keempat – Pelatihan Akuntansi dan Harga Pokok Produksi (HPP)
Tidak hanya produksi, aspek manajemen usaha juga diperhatikan. Tim memberikan pelatihan akuntansi sederhana dengan fokus pada perhitungan harga pokok produksi. Dengan demikian, pengrajin dapat menentukan harga jual yang tepat dan menjaga keberlanjutan usaha. - Kunjungan Kelima – Monitoring dan Evaluasi
Tahap akhir berupa monitoring hasil pelatihan, termasuk evaluasi penerapan teknik produksi, penggunaan mesin, dan pencatatan keuangan. Hasil monitoring menunjukkan adanya peningkatan keterampilan dan semangat baru dari mitra untuk mengembangkan usaha lebih profesional.
Dampak dan Target Luaran
Melalui serangkaian pendampingan ini, mitra diharapkan mampu:
- Menghasilkan minimal 5 produk cinderamata baru untuk mendukung Desa Kalongan sebagai desa wisata.
- Memiliki keterampilan mengoperasikan alat produksi modern yang meningkatkan kualitas hasil kerajinan.
- Menerapkan pencatatan keuangan sederhana dan menghitung harga pokok produksi secara mandiri.
- Menyusun proposal pembiayaan usaha untuk mengakses permodalan dari bank, fintech, atau program pemerintah.
- Memasarkan produk melalui media sosial dan marketplace online, sehingga penjualan tidak hanya bergantung pada pasar lokal.
Selain capaian teknis, pengabdian ini juga menumbuhkan rasa percaya diri dan motivasi baru bagi pengrajin. Menurut Bapak Jazuli, pengrajin sekaligus mitra program, “Pendampingan ini membuat kami lebih percaya diri. Kami jadi tahu cara membuat produk baru, menggunakan mesin dengan benar, sekaligus belajar bagaimana menghitung harga jual. Semoga dengan ini usaha kami semakin maju.”
Harapan ke Depan