Mohon tunggu...
Riski Situmorang
Riski Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa | Ilmu Komunikasi | Universitas Sumatera Utara

Mahasiwa S-1 Ilmu Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara dengan Keterampilan Desain Grafis dan Copywriting. Memiliki Hoby membaca, Membuat desain, Traveling. dan Sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Skip Kopi Bukan Hanya Soal Uang, Tapi Soal Merancang Masa Depan yang Lebih Manis

4 Oktober 2025   23:28 Diperbarui: 4 Oktober 2025   23:28 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Mahasiswa melewati Caffe (Sumber: DreaminaAI/Riski)

Nilai uang yang kecil dari segelas kopi, ketika dikumpulkan secara konsisten, bisa menjadi modal yang tidak ternilai untuk masa depan. Seperti yang disarankan dalam berbagai literatur keuangan, menyisihkan 20% dari penghasilan untuk tabungan dan investasi adalah langkah awal yang baik. Uang yang biasa kita habiskan untuk kopi bisa dialihkan untuk membangun dana darurat, memulai investasi kecil-kecilan, atau mengikuti kursus yang dapat meningkatkan keterampilan kita .  

Tindakan ini adalah perwujudan dari perencanaan masa depan yang matang. Ini adalah pengakuan bahwa kita memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar kesenangan sesaat. Dengan mulai berinvestasi sejak dini, kita memanfaatkan keajaiban bunga majemuk, di mana uang yang kecil namun disetor secara konsisten akan berkembang seiring waktu.

Merajut Masa Depan yang Lebih Manis dengan Kesadaran Penuh

Pada akhirnya, "Skip Kopi" adalah sebuah metafora dari hidup dengan kesadaran penuh. Ini adalah tentang mengambil kendali atas pilihan-pilihan kecil sehari-hari yang secara kolektif membentuk masa depan kita. Setiap kali kita memilih untuk tidak membeli kopi, kita tidak hanya menghemat uang, tetapi juga mengingatkan diri sendiri tentang tujuan yang lebih besar yang sedang kita perjuangkan.

Masa depan yang manis tidak dibangun dari hal-hal besar yang spektakuler, melainkan dari kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten. Disiplin dalam mengatur keuangan, komitmen untuk menjaga kesehatan, dan kebijaksanaan dalam mengelola prioritas adalah bahan bakarnya. Dengan memulai dari hal sederhana seperti mempertimbangkan ulang kebiasaan "ngopi", kita sedang melatih otot disiplin yang akan sangat berguna dalam menghadapi tantangan hidup yang lebih kompleks setelah kita lulus nanti. Kita bukan lagi mahasiswa yang hanya mengejar tren, tetapi calon pemimpin yang siap merancang hidupnya sendiri dengan sengaja dan penuh keyakinan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun