Riak-riak itu mungkin saja disadari, sebab sebagaimana seorang perokok yang hampir setiap saat membaca bahayanya, namun tetap menyalakan tembakau berbalut kertas itu tanpa ada rasa bahaya. Bahwa rokok bahaya dan dia konsisten akan bahaya itu karena menurut pendapatnya benar berdasarkan yang lain. Namun yang perlu dimengerti bahwa hakikat pada tindakan ada  keterlibatan perasaan dan nalar yang mempertimbangkan.
"Batu-batu" kecil Ade Armando itu tampaknya memiliki keterkaitan dengan agama mayoritas yang dianut oleh manusia di Republik ini. Mungkin lain pula dengan suatu kondisi yang penulis pahami dengan tujuan Ade Armando. Mungkin saja ada kelompok yang terkhususkan. Namun begitu, dibalik tujuan tentu menghasilkan respon. Terlebih dalam kondisi zaman tsunami informasi hasil cipta teknologi, orang lebih mudah mengingat dengan mencari kembali yang mungkin saja sudah lupa karena waktu. Sehingga "batu-batu" yang dilempar memicu kegelisahan.
Selayaknya kata Weber saat membicarakan etika protestan dan semangat kapitalisme yang kemudian dikenal dengan hukum kausalitas (sebab-akibat).Â
Dari berbagai sudut Weber berusaha menjinakkan konflik, seperti politik, agama, masyarakat, stratifikasi dan lain sebagainya yang membentuk hubungan-hubungan, sebagaimana dogma sekte kalvinis pada masa itu.
Adapun yang dimaksud Weber adalah suatu kejadian, peristiwa, kondisi semula akan disusul oleh peristiwa, kejadian dan kondisi yang lain sebagai suatu probabilitas.Â
Berkaitan dengan kejadian malang yang menimpa Ade Armando, mungkin "batu-batu kecil" itu yang dilemparkan kembali. Sebab yang lalu di zaman informasi tidak pernah tersisih, hadir dekat di sisi lingkar kehidupan.Â
Kadang kala sebutannya keadilan, kebencian, pembalasan, karma dan lain sebagainya. Karena dalam posisi itu bagi mereka pelaku, sebutan itu beralih makna menjadi perjuangan dengan berbagai dalih; seperti demi membela Tuhan!!!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI