Mohon tunggu...
lutvi yuni
lutvi yuni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kesibukan Si Lensa dan Si Ransel di Kota Udang

24 Mei 2018   23:12 Diperbarui: 24 Mei 2018   23:55 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan dalam sebuah perjalanan jauh yang sangat mengasikan dan sangat berkesan. Ayam berkokok dan hari mulai berganti, tidak terasa sudah tanggal 3 Mei 2018 yang jatuh pada hari Kamis. Pagi itu adalah pagi yang sangat sibuk karena tidak seperti hari-hari biasa yang seenaknya mandi dan bangkit dari lelapnya tidur.

Waktu pun tidak ingin kalah cepat, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 04.00 WIB sedangkan kereta akan berangkat pukul 07.00 dari Stasiun Gambir.

Perjalanan memakan waktu kurang lebih satu jam dari tempat yang sangat nyaman ini. Ransel yang begitu besar dengan peralatan kamera yang begitu banyak seakan berteriak tidak kuat mengangkut beban yang ada di dalamnya, tapi apa boleh buat tidak mungkin membawa dua ransel untuk bepergian selama empat hari kedepan, karena terlalu banyak barang yang akan di taruh di dalam bagasi.

Dengan nyali yang begitu besar ransel itupun berhasil masuk ke dalam bagasi yang begitu sempit dan begitu pengap karena harus berdempetan dengan ransel yang tidak kalah besar dan bau. Mungkin mereka lelah dan tertidur lelap di dalam bagasi yang terlalu dingin untuk sebuah ransel.

"Hhooaamm" terjatuh sebuah rensel coklat dari bagasi yang menimpa salah seorang mahasiswa yang sedang tertawa dan membuat semua mahasiswa yang sedang tertawa tersebut semakin keras dan sangat bising membuat ransel besar tersebut kesal dan terbangun dari tidurnya. "Ingin berteriak rasanya mendengar semua ocehan mahasiswa yang sangat berisik tapi asik itu" cakap ransel yang besar dan berat. Ransel yang jatuh tadi dikembalikan ke tempat semula dengan posisi yang sangat nyaman karena ditaruh jauh dari ransel yang lain. 

Terlihat semua mahasiswa tertidur di atas kursi yang sangat nyaman dan sangat empuk. Namun, terlihat kamera yang tidak mau kalah dengan segerombolan ransel yang memiliki posisi yang enak di atas kabin kereta, para kamera memiliki posisi yang sangat istimewa yaitu di pangkuan para mahasiswa karena posisi ini memudahkan semua mahasiswa untuk mengambil moment yang ada di sekitarnya.

Tak terasa tiga jam sudah berlalu dengan begitu cepat, sang mentari sudah terlihat begitu panas karena posisi saat itu bertepatan dengan pukul 11.00 di daerah Cirebon yang terkenal dengan kota gersang yang banyak sekali truk berlalu lalang melewati kota tersebut. "Ada apa kita dibawa ke kota ini ransel? "tanya kamera kepada salah satu ransel, "Kita akan wisata fotografi dari kampus ATVI yang di lakukan setahun sekali oleh anak semester 2" jelas ransel.

Panas, gersang, dan haus seperti jalan di Gurun Sahara. Tapi semua terbayar dengan fenomena wisata yang begitu asri dan begitu indah di dalamnya. Semua orang yang berkunjung ke kota ini di suguhkan dengan keramahan masyarakat yang membuat siapa saja betah berlama-lama di kota udang ini.

"Cekrek " suara kamera yang mengambil momen langka yang ada di Kota Cirebon membuat semua mahasiswa ikut mengabadikan momen ini. "Sekarang kita sudah berada di Taman Budaya Hati Tersuci "terdengar suara pemandu wisata dari toa yang dia pakai. Kamera tak mau kalah cepat dengan pengumuman ini, semua mata kamera tertuju kepada spot yang sedang dijelaskan oleh pemandu wisata di sana.

Dokpri
Dokpri
Terlihat patung yang besar berbentuk seperti malaikat bersayap yang besar menjadi daya tarik sendiri, mata kamera semua tertuju kepada spot foto itu. Maka tak heran jika banyak sekali foto yang sama tentang spot ini. Tak usah terlalu lama menjelaskan spot ini karena mungkin sudah banyak yang menjelaskan tentang foto ini.

Matahari semakin condong ke arah barat menunjukan bahwa waktu sudah lewat dari pukul 13.00, tidak terasa memang jika kita berjalan di tempat yang sangat mengasikan, membuat waktu serasa cepat sekali berlalu. Namun sayang, waktu memaksa lensa kamera untuk ditutup dan kembali ke dalam bis untuk perjalanan yang sangat melelahkan tapi sungguh mengasikan .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun