Mohon tunggu...
Lutvia NovianaPurboningtias
Lutvia NovianaPurboningtias Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Nutrition talk

Nutrition student

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hindari Obesitas dengan Aktif Bergerak

21 Januari 2020   13:21 Diperbarui: 21 Januari 2020   15:32 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Jumlah penderita obesitas di Indonesia terus bertambah. Prevalensi status gizi obesitas penduduk dewasa >18 tahun dari rata-rata provinsi di Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 14,8% dan pada tahun 2018 menjadi 21,8%.  Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab obesitas. 

Rata-rata kategori aktif beraktivitas fisik pada penduduk kelompok umur 10 tahun adalah 73,9 data RISKESDAS pada tahun 2013. Penting bagi dewasa melakukan aktivitas fisik untuk menghindari faktor risiko dari obesitas diantaranya penyakit kardiovaskuler, gagal jantung, hipertensi, diabetes, dan dislipidemia.

Aktivitas fisik akan mempengaruhi status gizi seseorang. Penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan aktivitas fisik yang rutin selama 6 bulan mampu menurunkan berat badan dengan rata-rata sebesar 1,6 kg dan pengurangan massa lemak 2,6 kg. Perlu pemahaman pentingnya aktivitas fisik bagi masyarakat dengan berbagai keadaan ekonomi dan sosial.

Aktivitas fisik yang berhubungan dengan kejadian obesitas dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi. Keadaan sosial ekonomi yang kurang, mengharuskan seseorang untuk melakukan aktifitas fisik yang lebih berat. Dibandingkan dengan keadaan ekonomi yang lebih, mereka kurang melakukan aktifitas fisik sehinga harus mempunyai kesadaran untuk melakukan aktivitas fisik diwaktu luang. 

Usia seseorang yang semakin tua akan kurang aktif bergerak sehingga mengakibatkan massa otot dalam tubuh menurun yang menyebabkan tingkat pembakaran kalori dalam tubuh mengalami perlambatan. 

Asupan kalori yang tetap seiring bertambahnya usia, menjadikan kejadian obesitas lebih tinggi karena tubuh lebih sulit untuk melakukan pembakaran kalori yang masuk sehingga energi akan menumpuk didalam tubuh.

Asupan energi tinggi yang tidak diiringi dengan aktivitas fisik tinggi tentu akan berisiko lebih besar terhadap kejadian obesitas. Kurang aktif dalam melakukan aktivitas fisik akan sangat sulit membakar lemak dalam tubuh. 

Semakin banyak waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas ringan dan aktivitas sedang dalam satu hari dapat mengurangi risiko obesitas bagi seseorang. Aktivitas fisik dapat ditingkatkan dengan cara olah raga berbagai macam seperti jalan, lari pagi, renang, senam, dan lain-lain. 

Olahraga menjadi sangat penting dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya obesitas. Memanfaatkan fasilitas olahraga (fitness center), melakukan pekerjaan rumah secara mandiri, berjalan kaki menuju tempat yang relatif dekat dan beberapa aktivitas fisik lainnya dapat menjadi kegiatan untuk menurunkan kejadian obesitas melalui gerak tubuh.

Intervensi kombinasi diet dan olahraga lebih efektif daripada intervensi diet saja untuk penurunan berat badan selama 6 bulan. Khususnya intervensi latihan aerobik intensitas sedang hingga tinggi tanpa diet yang ditentukan, dilakukan dengan frekuensi setidaknya 3-5 kali per minggu akan efektif dalam meningkatkan kehilangan sekitar 2-3% dari berat awal pada 6 bulan sebelumnya.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa latihan yoga teratur dikaitkan dengan porsi konsumsi buah dan sayur yang lebih banyak, porsi minuman manis dan makanan ringan yang lebih sedikit, konsumsi makanan cepat saji lebih sedikit, dan lebih banyak jam aktivitas fisik sedang sampai kuat. 

Yoga mendukung makan sehat melalui motivasi, perhatian yang lebih besar, manajemen emosional makan, mengidam makanan lebih sehat, dan pengaruh komunitas yoga. Yoga mendukung aktivitas fisik melalui aktivitas sebagai bagian dari latihan untuk kesehatan dan manajemen berat badan yang sehat.

Ketidakseimbangan energi yang dilihat dari lemak tubuh tinggi, dapat disebabkan karena seseorang mengalami depresi. Efek depresi menyebabkan perubahan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang yang dipengaruhi oleh emosional makan. 

Durasi tidur malam berhubungan dengan emosional makan, sementara usia berhubungan dengan kejadian depresi. Secara khusus, emosional makan memprediksi indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang yang lebih besar karena durasi tidur lebih pendek (7 jam atau kurang, tidak lebih dari 9 jam). 

Depresi memperkirakan menyebabkan indeks massa tubuh dan ligkar pinggang meningkat pada usia dewasa muda, tetapi tidak terjadi peningkatan pada usia tua. Emosional makan merupakan salah satu perilaku mekanisme antara depresi dan peningkatan obesitas dan obesitas perut, terutama pada dewasa muda dengan kombinasi durasi tidur malam yang lebih pendek. 

Wanita depresi dengan rata-rata skor tinggi mengonsumsi lebih banyak kalori dan cenderung mengurangi waktu dalam beraktivitas fisik. Aktivitas fisik cukup penting, karena manfaatnya tidak hanya untuk jangka pendek tetapi juga sebagai pencegahan berbagai penyakit kronis yang disebabkan dari obesitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun