Mohon tunggu...
Luthfi Zaennuri
Luthfi Zaennuri Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Swasta

Karyawan Swasta , Freelancer, Wirausahawan. Hobi nulis / ngetik cerita disela waktu

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pasutri Touring, Magelang - Jogja 2023 (Part 1)

12 Mei 2023   14:29 Diperbarui: 13 Mei 2023   09:20 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Didalam taksi itu, istriku ngambek padaku..setelah dengar bahwa aku tak ikut liburan keluarga, karena tak ada duit buat patungan. Maaf..bukannya pelit, karena saat itu keuangan ku juga terbatas untuk sesuatu yang lebih penting. Magelang dan Jogja, dia marah padaku karena dahulu, bisa ke Jogja sendirian dan dadakan, sedangkan saat dia ada perlu disana, aku tidak bersedia mengantarkan, alasanku juga karena, kami belum menikah, aku tidak berani bawa anak orang sejauh itu, agak beresiko. Sudah lama sekali impian itu ingin tercapai, Insyaallah aku atur waktu untuk kita bisa liburan, wahai istriku tersayang .... :p

Awal pernikahan kami, kegiatannya cukup padat dan sibuk, apalagi jelang bulan puasa, masih banyak waktu untuk mempersiapkan liburan kami, 2 penginapan sukses kami booking ditengah jadwal libur lebaran yang saling berebut. Kami tidak dapat tiket kereta api, karena sudah ludes diserbu calon pemudik, kami memutuskan memakai motor saja, menurutku kesan petualang nya lebih terasa. Aku meminta agar kami bisa berangkat di jam sahur, supaya lebih tepat waktu.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Bulan Ramadhan telah usai, gema takbir bersahutan penuh rasa haru, kami berkumpul di pelataran masjid untuk melihat perayaan takbir keliling dengan kreasi ogoh-ogoh, atau patung bambu yang diarak di jalanan, berbagai bentuk dari bentuk masjid, sampai hewan-hewan, beserta kembang api dan flare, menambah kemeriahan malam perayaan Idul Fitri. H-2 jelang keberangkatan kami, saling berkunjung dan Halal Bihalal setelah Sholat 'Id dan ziarah, doa kami panjatkan pada Tuhan, supaya diberi keselamatan dan sehat. 

Pukul setengah empat alarm berteriak membangunkan kami, sambil mengantuk kami bersiap dengan tas besar dan selendang kami, untuk diikat di badan istriku kalau dia mengantuk, sekalian aku bernyanyi dengan lantang di jalan raya, supaya tidak ngantuk, melewati hutan Sigar Bencah Tembalang yang cukup mencekam di subuh hari, dari Jalan Elang Raya langsung tembus kecamatan Tembalang, Kampus UNDIP, lebih cepat daripada harus lewat dua tanjakkan di Java Mall, dan bukit Gombel Jatingaleh.

Magelang, 26 April 2023

dok. pribadi
dok. pribadi

dok. pribadi
dok. pribadi

dok. pribadi
dok. pribadi

dok. pribadi
dok. pribadi

3 jam perjalanan akhirnya sampailah kami di kota Magelang, destinasi pertama kami adalah Silancur Highland, dibawah kaki gunung Sumbing, perbukitan telah gundul ditanami berbagai sawah dan kebun, namun terlihat corak dan motif bukit yang sangat indah. Tiket masuk 20 ribu per orang, spot foto dan tatanan tempat kumpul yang cukup 'modern', tidak ada pajangan spot foto cinta-cintaan...atau sayap-sayapan yang norak...taman bunga dan papan tepi jurang, adalah spot foto terbaik. Pukul 11 siang kami memutuskan beranjak dari Silancur, untuk segera cek in di hotel. Di sebuah hotel bintang 2 di Magelang, kamarnya agak ngepas, fasilitas cukup sepadan dengan harga, ada kolam renang di rooftop lantai 3. Jelang maghrib kami mencari tempat makan, soto di dekat taman golf yang cukup terjangkau, tak lupa kami parkir di toko Indomaret saja, untuk menghindari Pak Ogah, yang menyebalkan.

Maksudku..memang, aku paham selalu membawa atribut kesusahan dan kemiskinan...tapi lama kelamaan, diberi hati malah selalu ngelunjak, tarif parkir 2ribu mungkin terlihat sedikit, namun, bayangkan jika di setiap jengkal toko ada Pak Ogah nya, sangat merugikan, pikir saja uang 2ribu, apalagi untuk mobil dengan tarif 3-5 ribuan, dikali 100 kendaraan sudah melebihi gaji kami per hari. Duduk santai di atap ruko dan dibawah pohon, barang hilang bukan tanggung jawab, maunya uang gampangan, ada kejadian gak tanggung jawab, terlebih getok harga di momen tertentu, sungguh menyebalkan.

Lanjut segera main ke Alun-Alun Magelang, sekalian sholat magrib dan keliling kota. Ada satu cerita mencekam disini...saat istriku habis beli baju di salah satu toko, aku suruh dia mengecek kunci kamar yang dia bawa, dan...Inna Lillahi...kunci itu HILANG !! (T_T) (T_T)

Aku mengomeli dia, bisa bisanya menyimpan kunci beserta gantungannya di wadah kartu, tentu saja bisa selip dan jatuh, istriku sudah berniat untuk tanggung jawab, jika nanti ada denda, tapi tentu saja aku tidak ingin kena denda dan merugikan saku kami...ditengah kecemasan, diajak untuk menyusuri kembali, jalanan kota yang asing bagi kami..tentu saja mustahil..kataku, apalagi ditengah luar kota yang asing bagi kita.

Untungnya aku segera terpikir solusi untuk cari ahli kunci, untung saja kunci nya cukup simpel dan bisa diduplikat, setelah minta kunci cadangan, untuk info konsekuensi akan ditanyakan pada pimpinan, begitulah kata resepsionis. Kami menyusuri jalan yang tadi kami lewati, sial..hanya ada kelap kelip batu aspal dan potongan kertas terbuang, tengok kanan kiri, sudah malam, tentu saja tidak ada ahli kunci yang buka. Masih ada waktu esok hari sebelum cek out, jam 10 atau 11, biasanya pak tukang sudah buka.

Kami bukan pasangan berduit banyak, hanya es jus dan jajan kecil yang kami nikmati bersama, duduk menenangkan diri didepan kolam renang hotel dimalam hari, berbungkus-bungkus plastik kami simpan...sungguh terasa kampungan dan tidak estetik (x _ x), jelang malam aku sempat cemas, sampai berapa  kira-kira denda nya, Ah...sudahlah, tenangkan diri...ucapkan istighfar dan 'all is well'.

Keesokan harinya, jelang jam 10, ruko pertama masih lama buka, kecewa dan keliling lagi, untung saja ada bapak tukang yang baru buka, di lapaknya yang sederhana, di sudut jalan. Kunci kecil dengan bentuk serupa tapi mereknya berbeda...dicarikan pula gantungan name tag hitam dan kertas pink bertuliskan 302 semirip mungkin, setelah dicoba akhirnya berfungsi juga, Alhamdulillah (~ o ~).

Kami beranjak dari hotel dan menyerahkan kedua kunci, resepsionis yang ramah berterimakasih mengira kuncinya sudah ketemu, tak banyak basa basi, kami segera hengkang keluar

https://i.ytimg.com/vi/7lsdJDiJ0QE/maxresdefault.jpg
https://i.ytimg.com/vi/7lsdJDiJ0QE/maxresdefault.jpg

Sambil selebrasi di jalan raya aku teriak

"AAaall iiis weeell" seperti orang gila

Jogja, 27 April 2023

Beranjak dari kota Magelang, menuju Jogja, kami berencana mampir dulu ke Candi Borobudur, persawahan yang lengang di kanan - kiri, jalan aspal yang halus dan bersih, indah sekali...sesampainya di lokasi, kami sempat kebingungan mencari pintu masuk. Tetiba ada seorang calo berwajah sangar, berbicara bla bla bla...ingin mengantarkan...akhir kata "nanti kasih se ikhlasnya"...hadeeh...aku ngeles saja "mau cari masjid, mau sholat dulu bang"... Sesampainya di depan pintu masuk, titip motor seharga 5ribu rupiah, dan tiket masuk..seharga 50ribu rupiah per orang...(-_-) apa apaan, batinku...di tahun ini apa apa serba naik, tak jadi akhirnya...hengkang dari Borobudur, ke Jogja lewat jalur alternatif. Apa aku bilang soal jalan alternatif, istriku sering mengarahkan kesana, iya sih jalan nya sepi tidak macet, tapi, menanjak naik turun.

Perjalanan dari siang, akhirnya sampai di penginapan tepat jam 3 sore. Rebahan dan sholat ashar, selanjut nya kami bersiap ke pusat kota Jogja, yang menjanjikan sejumlah pemandangan romantis dari bangunan tua ala keraton. Sebelum itu, aku ingatkan untuk menitipkan kunci kamar saja, sebagai pelajaran...hehe, apalagi kunci kali ini, masih dengan bentuk yang sama, hanya saja, gantungan kunci nya cukup sulit dibuat. kami beranjak, dan sudah pasti, bertepatan dengan libur lebaran, pusat kota full, bergaris merah pekat di Google Maps, Aah..sumpek sekali, sangat banyak spot foto yang ingin kami kejar.

dok. pribadi
dok. pribadi

Tiba di Alun-alun Kidul, suasana nya sudah berubah sejak terakhir aku ke sini, sudah banyak pedagang lapak di tepian, cukup ramai, dan pedagang asongan di lapangan, tidak ada fasilitas tempat sampah yang cukup, sangat disayangkan, lapangan Alun-alun kidul jadi tercemar sampah plastik berceceran, kami menikmati jajanan wafel di lapangan itu di tengah rindangnya sepasang pohon besar ditengah lapangan, wafel seharga 15ribuan, menurutku prosinya cukup pas dan mengenyangkan, meski aku tau dan terbiasa jajan di kotaku sendiri tidak semahal itu dan cukup juga.

dok. pribadi
dok. pribadi

Ada satu lapak yang aku lirik, terlihat sepi sekali..penjual kue leker, kue tipis melingkar yang dilipat. Awalnya aku kasihan, dan sayangnya, memang pantas jualannya sepi...isian leker yang begitu pelit, seharga 14ribu cuma dapet 4 biji, hadeh..cukup tau saja..

Masih di Alun-alun Kidul, aku mengira, di tempat inilah terdapat keraton utama, dan masjid keraton yang cukup bersejarah, tapi ternyata, tempat nya ada di alun-alun utara, karena aku adalah orang yang aktif berkonten, keburu malam, segera aku ajak istriku menuju kesana, namun sayang, dia sudah keburu beli seblak..dengan berat hati, harus ditinggal sebentar, sesampainya disana, masih ada cukup waktu untuk berfoto pada sore hari yang mulai redup, istriku tak henti-hentinya cemberut, dan terlihat ogah-ogahan berkeliling jalan kaki. Di kota Jogja, konon Upah Minimum nya begitu rendah, banyak orang yang akhirnya jadi juru parkir yang pungli dan tersebar disetiap jengkal tempat, jadi akan sangat merugikan jika selalu berpindah-pindah motor.

Sayangnya istriku tak biasa jalan kaki, saat itu terkadang aku memarahi istriku, yang selalu rewel dan tak bisa bersabar dikit kenapa sih...setelah berfoto di sisi lapangan tepat diujung pemandangan sepasang pohon berjejer, dilapangan alun-alun yang tertutup pagar besi, lanjut jalan menuju masjid Kauman, segera mengambil foto disana, cahaya mulai meredup, dan sedikit aku edit saja sudah bisa.

dok. pribadi
dok. pribadi

Dok. pribadi
Dok. pribadi

dok. pribadi
dok. pribadi

dok. pribadi
dok. pribadi

Segera tergesa menuju Alun-alun kidul untuk mengambil seblak yang tadi, sudah maghrib, kami sholat di masjid Kauman. Setelah itu kami cari makan. Jalanan yang macet menambah kesal dihati kami, tidak kunjung mendapat warung makan yang cocok, wadah seblak istriku rusak, hampir saja ingin dibuangnya, penat kami mencari tempat sampah, namun, fasilitas sepenting itu ternyata tidak ada..sungguh menyedihkan. Akhirnya kami memutuskan untuk balik ke lapak abang seblak untuk meminta wadah, syukurlah abang itu sangat baik, diberi wadah baru secara cuma-cuma, dan akupun ikut memesan seblak sekalian. Seblak kali ini cukup murah, original tanpa toping seharga 8ribu saja, kalau tambah toping, hanya berkisar seribu duaribu per item. Untung-untungan memang, menemukan lapak makan yang murah seperti ini dengan citarasa yang cukup sedap, tidak mudah ditemukan. Kami duduk lesehan di belakang lapak, karena cuaca mulai mendung malam itu, menikmati seblak kami yang sempat terluka oleh rasa kesal dan ego..

dok. pribadi
dok. pribadi

Perut terisi, hati sudah tenang, akupun meraih tangan istriku, dengan lembut, aku meminta maaf padanya, atas sikapku yang tadi yang sempat emosi oleh keegoisanku, dan kami berdamai.

Langit sudah susah payah menahan hujannya, perlahan tapi pasti gerimis mengguyur pelan, tak ada atap teduh di alun-alun sini, kami duduk makan bersama sambil memakai jas hujan. Beranjak berjalan mengambil motor yang kami parkirkan di area mushola, melanjut kan eksplor kami di kota tua ini, menuju Malioboro. Sekilas kota Jogja juga, tak lebih sama dengan kota lain yang punya peninggalan, dikata SERBA MURAH, ya enggak juga, sekarang penataan dan modernisasi mulai dibangun, mungkin juga karena kawasan pariwisata, jadi banyak orang yang mematok harga lebih demi cuan, masih lebih murah di kota ku, yah..intinya, banyak yang berubah di kota Jogja, apalagi pasca pandemi, berusaha bangkit dari keterpurukan.

Kami parkir di sebuah minimarket, supaya gak digetok parkir terus..aku sudah muak, ada pungli parkir disetiap jengkal kami mangkal, semuanya rata 3ribuan. Memang harus bawa dompet tebal disini. Sekitar 500 meter, kami berjalan menuju Malioboro, melewati jalan gang yang kecil, di kanan kiri ada beberapa penginapan dan rumah penduduk yang menawarkan penitipan motor.

dok. pribadi
dok. pribadi

dok. pribadi
dok. pribadi

Tiba di kawasan Malioboro, tempat ini merupakan sentra kuliner dan oleh-oleh di kota Jogja, banyak orang yang meromantisasi tempat ini jadi begitu terkenal. Dengan santai dan sedikit penat kami berjalan-jalan, rupanya sudah ditata dengan rapi, kawasan kuliner disini dipindahkan didalam pasar, tidak dipinggir trotoar lagi. Tempat ini sangat padat oleh para pelancong yang berkerumun berjalan kaki, jadi kami hanya bisa selfie. 

Perasaan romantis dan bahagia kami rayakan, sudah tercapai impian istriku main ke Jogja. Dahulu aku kesini saat wisata sekolah, Malioboro masih dipadati oleh pedagang di depan ruko, pernak pernik baju batik dan makanan khas, yang kini sudah dipindahkan, tak lupa kami video call orangtua kami untuk sekedar mengabarkan, kami sampai dengan selamat dan baik saja. Karena keterbatasan waktu, kami segera beranjak kembali ke penginapan, apalagi sudah diguyur hujan, kami tak sempat mengunjungi Tugu Jogja, sudah larut malam, kami pulang saja.

Lanjut Part 2 ~~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun