Tulisan 5, Membangun Pinggiran. Oleh oleh dari perbatasanÂ
Kawasan perbatasan, yang secara historis seringkali dipandang sebagai wilayah terluar dan rentan, kini memiliki potensi transformatif yang luar biasa melalui pengembangan sektor pariwisata. Dalam observasi singkat pengembangan di daerah perbatasan dan terpencil, saya meyakini bahwa kawasan-kawasan ini, dengan kekayaan budaya, alam, dan keunikan sosialnya, dapat menjadi destinasi wisata yang menarik jika dikelola dengan model pengembangan yang tepat. Pemanfaatan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) sebagai pintu gerbang dan pusat destinasi wisata bukan hanya sebuah gagasan, melainkan sebuah strategi krusial untuk menjadikan kawasan perbatasan sebagai pusat pertemuan budaya dan sosial ekonomi antarnegara, yang pada akhirnya akan menggerakkan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan, serta memperkuat upaya menjadikannya pusat pertumbuhan lokal. Kajian teoritik dan praktis dari berbagai negara menunjukkan bahwa kawasan perbatasan yang dikembangkan secara terintegrasi dengan sektor pariwisata dapat menjadi lokomotif pembangunan yang efektif, bahkan mampu menyeimbangkan disparitas pembangunan nasional (Brotherton & Liu, 2004).
Potensi pariwisata di kawasan perbatasan Indonesia sangatlah besar dan beragam, mencakup keindahan alam yang unik, kekayaan budaya lokal yang otentik, serta pengalaman unik interaksi lintas budaya. Di perbatasan dengan Malaysia, misalnya, terdapat potensi ekowisata dan agrowisata yang didukung oleh lanskap alam yang memukau dan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya. Di perbatasan dengan Papua Nugini, kekayaan budaya masyarakat adat yang masih lestari menawarkan pengalaman wisata budaya yang mendalam. Begitu pula di perbatasan dengan Timor Leste, terdapat potensi wisata sejarah dan budaya yang mencerminkan perjalanan panjang kedua bangsa. Keberadaan PLBN yang modern, seperti di Entikong, Aruk, Wini, dan Skouw, secara inheren menempatkan kawasan ini sebagai titik temu strategis. PLBN dapat bertransformasi dari sekadar gerbang administratif menjadi gateway pariwisata yang ramah, informatif, dan atraktif, yang tidak hanya memfasilitasi pergerakan orang dan barang, tetapi juga memperkenalkan kekayaan Indonesia kepada pengunjung internasional dan domestik. Hal ini sejalan dengan konsep border tourism yang menggarisbawahi peran gerbang perbatasan sebagai titik awal pengalaman wisata lintas negara (Hassink & de Vries, 2010).
Namun, pengembangan pariwisata di kawasan perbatasan menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Pertama, keterbatasan infrastruktur pendukung pariwisata. Meskipun PLBN sudah modern, aksesibilitas ke destinasi wisata di luar area PLBN seringkali masih buruk, termasuk jalan yang rusak, minimnya transportasi publik yang memadai, serta ketersediaan akomodasi yang terbatas. Kedua, kualitas sumber daya manusia yang belum optimal. Masyarakat lokal seringkali belum memiliki keterampilan yang memadai dalam bidang pelayanan pariwisata, manajemen homestay, pemandu wisata, atau pengembangan produk pariwisata kreatif. Ketiga, promosi dan pemasaran yang belum terintegrasi. Promosi pariwisata perbatasan seringkali masih bersifat sporadis dan belum terintegrasi dengan strategi promosi pariwisata nasional maupun bilateral dengan negara tetangga. Keempat, isu keamanan dan stabilitas. Meskipun telah membaik, isu keamanan di beberapa titik perbatasan terkadang masih menjadi kekhawatiran bagi calon wisatawan. Terakhir, minimnya sinergi antar pemangku kepentingan. Koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha pariwisata, masyarakat lokal, dan negara tetangga seringkali belum berjalan optimal.
Untuk mengatasi tantangan tersebut dan menjadikan kawasan perbatasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi lokal melalui pariwisata, diperlukan model pengembangan yang terintegrasi dan berfokus pada pemanfaatan PLBN sebagai titik awal. Pertama, menjadikan PLBN sebagai pusat informasi dan promosi pariwisata terpadu. Di dalam dan sekitar PLBN, perlu disediakan tourist information center yang menyediakan informasi lengkap mengenai destinasi wisata di kawasan perbatasan, produk-produk lokal unggulan, serta paket wisata yang menarik. Pusat ini juga dapat difungsikan sebagai etalase produk kerajinan tangan, makanan khas, dan suvenir dari masyarakat lokal. Pemanfaatan teknologi digital, seperti aplikasi pariwisata perbatasan yang terintegrasi dengan PLBN, dapat menjadi alat promosi yang efektif. Kedua, mengembangkan border tourism packages yang menarik. Paket-paket wisata ini harus dirancang untuk memberikan pengalaman yang unik, menggabungkan kunjungan ke PLBN, eksplorasi destinasi alam dan budaya lokal, serta pengalaman interaksi dengan masyarakat perbatasan. Kerja sama dengan otoritas pariwisata negara tetangga sangat penting untuk menciptakan paket wisata lintas batas yang menarik bagi wisatawan mancanegara maupun domestik. Konsep transborder tourism yang memfasilitasi pergerakan wisatawan lintas negara dengan kemudahan prosedur menjadi kunci (Brotherton & Liu, 2004).
Ketiga, memberdayakan masyarakat lokal sebagai pelaku pariwisata. Program-program pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi masyarakat lokal, seperti pelatihan menjadi pemandu wisata yang menguasai bahasa asing, manajemen homestay yang berkualitas, dan pengembangan produk pariwisata kreatif, harus menjadi prioritas. Memberikan akses kepada masyarakat lokal untuk menjadi penyedia layanan pariwisata, baik melalui usaha mikro, kecil, maupun menengah (UMKM), akan memastikan bahwa manfaat ekonomi dari pariwisata dapat dinikmati secara merata. Keempat, memperkuat konektivitas dan infrastruktur pendukung. Pemerintah perlu terus meningkatkan kualitas infrastruktur transportasi yang menghubungkan PLBN dengan destinasi wisata di sekitarnya. Selain itu, pengembangan akomodasi yang beragam, mulai dari homestay yang dikelola masyarakat hingga hotel yang lebih representatif, harus didorong. Kelima, menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan. Upaya peningkatan keamanan di kawasan perbatasan dan peningkatan pelayanan di PLBN, termasuk kemudahan prosedur imigrasi dan bea cukai, sangat krusial untuk menciptakan citra positif bagi destinasi wisata perbatasan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI