Mohon tunggu...
Luthfi Kenoya
Luthfi Kenoya Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat Senja dan Kopi

S2 Ilmu Politik Universitas Indonesia | "A little Learning is dangerous thing" | find me at Instagram, Line, Twitter, Facebook, Linkedln by ID: @Luthfikenoya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nyinyir, Alternatif Melawan Propaganda

1 Oktober 2018   21:19 Diperbarui: 16 September 2020   13:47 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun yang krusial dari pada itu adalah pemerintah menghendaki kontrol pemikiran masyarakat (tanya: untuk apa?) yang memungkinkan pembuat suatu "persetujuan buatan" yang sebenarnya tidak dikehendaki publik. 

Pertanyaan yang sederhana, apakah kita benar-benar butuh prestasi pujian dari negara lain? Sedangkan secara nyata kita merasa tidak lebih baik dari masyarakat di luar sana. Negaralah yang punya kepentingan untuk mendapatkan investasi besar-besaran, dan syaratnya adalah prestasi, tapi sejak kapan prestasi mejadi jaminan kesejahteraan rakyat?

Nyinyir sebagai simbol perlawanan

Ketika data kerapkali disuguhkan dalam meja perdebatan akhir-akhir ini, adakah yang mengkroscek? Bisakah rakyat membaca data, tabel, diagram, dll? Pertanyaan yang lebih monohok lagi adalah, apakah pemerintah mengizinkandan mesupport pengawasan dari rakyat? 

Dengan nada kampanye jawaban politisi adalah "tentu, rakyat kita cerdas dan tahu mana yang benar dan salah",  tetapi di sisi lain ketakautan dengan kritik dan sindiran. 

Kenapa demikian? Pertama perlu dibedakan antara pernyataan propaganda dan analisa, karena syarat prestasi adalah stabilitas politik sedangkan stabilitas bertolak belakang dengan partisipasi warga negara. 

Kedua, dalam agenda propaganda, Lippman mentasbihkan istilah "kawanan pandir" untuk mengilustrasikan rakyat bodoh untuk memahami sesuatu, rakyat tidak boleh mengurusi urusannya sendiri, rakyat mesti tergantung dengan negara, dan rakyat tidak boleh pintar. Oleh sebab itu pemerintah haruslah menjinakkan kawanan pandir tersebut dengan media, sekolah, dan budaya populer.

Intelektual yang berselingkuh dengan kekuasaan adalah yang terburuk sepanjang sejarah, kenapa? Bayangkan sebuah rasionalisasi atas tindak tersebut muncul di ruang-ruang pendidikan atau muncul ke public atas nama riset ilmiah. 

Sebagai contoh, adalah Reinold Niebuhr yang sering disebut sebagai "Teolog Kaum Mapan" juga guru dari kaum intelektual George Keenan dan Kennedy mengatakan "rasionalitas adalah keahlian yang sanagat ketat, hanya sedikit orang yang memilikinya sedangkan kebanyakan orang dituntun oleh emosi dan gerak hati (impulse)."  

Lantas apa hubungannya dengan nyinyir? Dalam hal ini nyinyir adalah bentuk perlawanan atas dominasi politik dan intelektual, karena kepada siapa lagi rakyat berpegang ketika pemerintah memaksakan keinginannya dengan propaganda dan intelektual ikut terlibat dalam penyusunan teori serta paradigm, selain kepada dirinya sendiri? Nyinyir memang tidak ilmiah, tapi apakah ilmiah menjamin kemajuan? 

Nyinyir itu cerewet, dalam konten narasinya justru mengulang-ngulang permintaan, dan oleh karenanya rakyat mesti cerewet dan mengulang-ngulang permintaannya pada negara, bukan sebaliknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun