Kabupaten Tangerang, 18 Mei 2025 --Di tengah isu krisis lingkungan yang kian mendesak, segelintir masyarakat tetap berjuang dalam senyap demi bumi yang lebih bersih dan lestari. Salah satu contoh nyata adalah keberadaan Bank Sampah Faidah Cendekia, yang berada di daerah Kadu, Kabupaten Tangerang. Bank sampah ini bukan sekadar tempat menampung limbah anorganik, tetapi menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap kerusakan lingkungan melalui tindakan kolektif yang berkelanjutan.
Hari ini, Minggu (18/5), Bank Sampah Faidah Cendekia kembali menggelar kegiatan rutin pengumpulan sampah dari para warga. Sejak pagi, puluhan warga telah memadati titik pengumpulan yang berada tidak jauh dari pusat aktivitas RT setempat. Mereka datang membawa berbagai jenis sampah terpilah, mulai dari botol plastik, kardus, kaleng, hingga jenis limbah rumah tangga lainnya yang masih bernilai ekonomis.
Kegiatan ini bukan yang pertama, namun semangat yang ditunjukkan warga terasa seperti selalu baru. Dengan membawa kantong-kantong besar berisi sampah, para ibu rumah tangga, pemuda karang taruna, hingga anak-anak tampak antusias menimbang hasil pengumpulan mereka. Bagi sebagian besar dari mereka, kegiatan ini tidak hanya sekadar mengumpulkan rupiah dari sampah, tapi juga menanamkan nilai kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan bumi.
Peran Bank Sampah dalam Pelestarian Lingkungan
Lingkungan hidup, khususnya di kawasan permukiman padat seperti Kadu, kerap menghadapi permasalahan klasik seperti sampah yang menumpuk, saluran air tersumbat, hingga bau tidak sedap akibat pengelolaan limbah rumah tangga yang buruk. Namun, Bank Sampah Faidah Cendekia hadir sebagai solusi alternatif dari bawah  sebuah gerakan berbasis masyarakat yang mengedepankan kesadaran ekologis.
"Bank sampah ini bukan hanya soal ekonomi, tapi bagaimana kami bisa menjaga lingkungan kami sendiri. Kami tidak bisa menunggu bantuan datang dari luar. Semua harus dimulai dari kita," ujar Ibu Sumiyati, salah satu penggerak dan koordinator bank sampah.
Program bank sampah ini juga menjadi media edukasi yang sangat efektif bagi masyarakat. Anak-anak yang sebelumnya tidak memahami pentingnya memilah sampah kini terbiasa melakukannya di rumah. Sampah organik digunakan untuk kompos, sementara anorganik dikumpulkan dan ditukar melalui sistem pencatatan seperti halnya di bank konvensional.
Laporan Kegiatan Hari Ini: 18 Mei 2025
Kegiatan pengumpulan sampah hari ini mencatatkan hasil yang cukup signifikan. Berdasarkan laporan resmi yang didokumentasikan oleh tim pengelola Bank Sampah Faidah Cendekia, berikut adalah rincian pengumpulan sampah per nasabah:
Jumlah nasabah yang berpartisipasi: 30 orang
Total berat sampah yang dikumpulkan: 108,6 kg
Jenis sampah yang paling banyak dikumpulkan:
Botol plastik dan gelas air mineral
Kardus bekas
Kaleng dan logam bekas
Estimasi nilai ekonomi dari pengumpulan hari ini: Rp 225.000,- (dalam bentuk tabungan nasabah dan dana operasional)
Semua sampah yang terkumpul hari ini akan disortir kembali, ditimbang ulang, dan diproses untuk disalurkan ke mitra daur ulang yang telah bekerja sama dengan bank sampah. Dana dari hasil penjualan akan dibagi sesuai sistem tabungan dan juga disisihkan sebagian untuk operasional dan pengembangan kegiatan edukatif.
Dari Warga untuk Bumi
Gerakan kecil seperti ini mungkin tak terdengar gaungnya di skala nasional, namun dampaknya terasa langsung di lingkungan sekitar. Jalan-jalan di Kadu kini terlihat lebih bersih. Saluran air mengalir lancar, dan yang terpenting, kesadaran warga terhadap pentingnya pengelolaan sampah mulai tumbuh dan berkembang.
Beberapa rencana pengembangan sedang dirancang oleh tim pengelola. Mulai dari pelatihan pemilahan sampah untuk anak-anak sekolah dasar, pembuatan kompos kolektif dari sampah organik warga, hingga kerja sama dengan UMKM setempat untuk memproduksi barang daur ulang bernilai jual.
"Kami tidak muluk-muluk. Yang penting konsisten dan melibatkan semua warga. Kalau satu rumah saja bisa mengurangi satu kantong sampah per minggu, bayangkan dampaknya kalau seluruh kampung ikut," kata Pak Wahyudi, tokoh masyarakat setempat yang juga aktif dalam kegiatan bank sampah ini.
Harapan ke Depan
Pemerintah daerah Kabupaten Tangerang diharapkan bisa lebih memberi perhatian dan dukungan terhadap gerakan akar rumput seperti ini. Bantuan berupa pelatihan, fasilitas pengangkutan, hingga akses ke pasar daur ulang bisa menjadi katalisator bagi pertumbuhan bank sampah di daerah lain.
Bank Sampah Faidah Cendekia telah membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari satu kampung kecil. Dari tumpukan sampah, lahir kesadaran. Dari kepedulian bersama, tumbuh harapan. Dan dari harapan itu, bumi mungkin punya masa depan yang lebih bersih dan sehat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI