Mohon tunggu...
Lutfiyatul Khasanah
Lutfiyatul Khasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membagi tulisan untuk semua.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pandemi dan Pengabaian Krisis Iklim

26 Oktober 2021   21:13 Diperbarui: 27 Oktober 2021   04:23 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

"Kita berjuang keluar dari lubang krisis kesehatan akibat Covid-19 hanya untuk memasuki lubang krisis kesehatan yang lain akibat krisis iklim."

Saat ini pemerintah sibuk menggunakan anggaran negara untuk penanganan pandemi Covid-19. Saking sibuknya, mereka lupa memikirkan terkait krisis iklim yang juga sedang terjadi. Krisis iklim yang sedang terjadi kondisinya semakin hari semakin mengkhawatirkan. Apabila hal tersebut terus dibiarkan, dapat membahayakan kesehatan manusia.

Tahun ini banyak terjadi bencana alam mulai dari banjir, tanah longsor, hingga kebakaran hutan. Setidaknya terdapat 1.667 kasus bencana alam di Indonesia hingga awal Agustus. Menurut laporan terbaru dari The Lancet, secara tidak langsung bencana alam memberi dampak buruk bagi kesehatan manusia.

Bencana banjir menempati posisi pertama sebagai bencana paling sering terjadi, yakni 40,3% dari total kasus. Bencana ini diketahui meningkatkan permasalahan kesehatan mental dan berujung pada bunuh diri. Bencana banjir dapat merusak sistem sanitasi dan air bersih. Hal tersebut mengakibatkan penyakit menular melalui media air seperti penyakit kulit, diare, dan demam berdarah.

Sebanyak 328 kejadian merupakan tanah longsor. Tanah longsor dapat menimbulkan korban jiwa. Kerugian material seperti rusaknya lahan pertanian, pemukiman, hingga fasilitas umum juga diakibatkan oleh tanah longsor.

Tercatat kebakaran hutan sebanyak 174 kejadian. Asap dari kebakaran hutan dapat mengganggu pernapasan. Parahnya, asap dari kebakaraan hutan dapat tersebar ribuan mil jauhnya.

Sibuknya penanganan Covid-19 menyebabkan upaya pengurangan emisi global sedikit terabaikan. Terlihat dari rencana pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19 yang justru dapat memperburuk kondisi lingkungan. Selain itu, World Meteorology Organization (WMO) mengatakan bahwa target pengurangan emisi tidak terpenuhi. Kondisi ini sangat menyedihkan karena kita berjuang keluar dari lubang krisis kesehatan akibat Covid-19 hanya untuk memasuki lubang krisis kesehatan yang lain akibat krisis iklim.

Lebih dari 200 jurnal medis mengeluarkan pernyataan bersama pada awal tahun ini. Jurnal-jurnal tersebut menyebut perubahan iklim sebagai ancaman terbesar bagi kesehtan masyarakat dan mendesak ekonomi utama untuk berperan dalam meperlamabat krisis iklim. Targetnya adalah menjaga kenaikan suhu bumi kurang dari 1,5 derajat celcius.

Dampak yang diberikan oleh krisis iklim secara tidak langsung sudah mengerikan, apalagi dampak secara langsungnya. Tindakan perlu diambil untuk mengurangi krisis iklim. Peran negara sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat memberi kontribusi lebih untuk mengurangi dampak dari krisis iklim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun