Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah dalam Bayang-bayang Kasus Bullying, antara Harapan dan Kekhawatiran

23 November 2021   13:08 Diperbarui: 23 November 2021   20:02 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bullying terhadap anak di sekolah | Gambar: Thinkstock via Kompas.com

Perubahan sifat begitu nyata, dari yang semula berani, percaya diri dan mandiri berubah menjadi takut, minder dan ingin selalu ditemani.

Berdasarkan perkembangannya, kasus bullying saat ini telah merambah ke media sosial dan game. Mencela, memaki dengan sebutan yang tidak pantas semisal alat kelamin, binatang dan lainnya menjadi lumrah yang terbungkus dalam kata bercanda. 

Padahal korban sendiri tidak terima dengan sebutan tersebut, namun karena daya yang tidak berimbang maka lebih memilih untuk bungkam. 

Kasus bullying di medsos yang berujung pada perkelahian adalah kasus Audrey di tahun 2019 lalu. Kasus ini kemudian viral yang lagi-lagi menyeret siswa dari suatu sekolah.

Dari kasus yang telah disebutkan, ditambah dengan hasil riset PISA dan laporan yang diterima KPAI bahwa sekolah belum sepenuhnya aman. Hal inilah yang menciderai sekolah sebagai primadona dan taman yang mampu mengantarkan siswa pada kesuksesan. 

Hal ini pula yang menyebabkan sekolah memiliki dua sisi yang berbeda. Satu sisi memberikan harapan bagi orang tua dan anak terhadap masa depan. Satu sisi lainnya memunculkan kekhawatiran terhadap nasib anaknya akibat tindak kekerasan yang tidak kunjung selesai. 

Dampak terbesarnya adalah suatu saat tak ada lagi anak petani, anak tukang sayur, anak jendral dan anak-anak lainnya yang mampu menapaki kesuksesan karena perubahan pandangan tentang sekolah.

Jika melirik kembali pada beberapa kasus, hasil PISA dan laporan KPAI, maka keluarga, masyarakat, dan khususnya sekolah, tidak cukup hanya dengan mengelus dada karena iba dan prihatin terhadap kasus bullying yang telah terjadi. Perlu perhatian dan tindakan nyata agar anak dapat terjamin keamanan dan kenyamanannya saat di sekolah.

Peran tiga pilar pendidikan (orang tua, sekolah dan masyarakat) menjadi faktor penting pencegahan kasus bullying. 

Ketiga pilar ini dapat saling berkoordinasi tanpa adanya sikap saling merahasiakan, agar kasus bullying benar-benar dapat dihindari. 

Orang tua dan guru dapat menjadi teladan dalam bertutur dan bertindak bagi anak, supaya anak juga dapat bertutur dan berperilaku baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun