Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membandingkan Penyebaran Virus Corona dan Virus Membaca

8 Maret 2020   11:50 Diperbarui: 8 Maret 2020   11:59 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari keempat aspek tersebut, aspek dimensi akses dan dimensi budaya yang banyak memengaruhi rendahnya literasi membaca penduduk. Dimensi akses dapat kita lihat bersama dimana akses terhadap buku belum sepenuhnya merata. Di kota sudah terbantu dengan adanya toko buku, taman bacaan, perpustakaan sekolah, dan perpustakaan umum. Sementara itu, di desa atau di pelosok masih minim akses untuk membaca.

Dari uraian di atas kita dapat membandingkan dan menyimpulkan bahwa penyebaran virus corona dan virus membaca. Virus corona dalam waktu dua bulan lebih telah menjadi ancaman serius berbagai negara termasuk Indonesia. Terus bertambahnya jumlah korban telah membuat panik dan takut hingga penduduk Indonesia jauh-jauh hari telah memborong masker dan handsanitaizer. Dampaknya pun cukup meluas ke berbagai sektor, seperti pendidikan, ekonomi, bisnis, wisata dan lain-lain.

Virus membaca yang telah lama disebarkan -- mulai dari pemerintahan presiden pertama sampai sekarang - masih menemui tantangan besar. Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat masih perlu menjawab pernyataan UNESCO dan hasil survey PISA. Pernyataan UNESCO yang menunjukkan dari seribu penduduk Indonesia hanya satu yang rajin membaca dan survey PISA tahun 2018 tentang kemampuan membaca yang menunjukkan Indonesia berada pada urutan ke tujuh dari bawah dari tujuh puluh delapan negara tidaklah membuat panik atau takut banyak kalangan. 

Kita tidak buru-buru pergi ke toko, perpustakaan, dan taman bacaan untuk membeli masker yang berupa buku, majalah, koran dan sumber bacaan lainnya untuk menanggulangi kejadian ini. Seolah hal menjadi jamak di masyarakat Indonesia. Padahal virus corona dapat kita tanggulangi dengan literasi, mulai dari membaca, kemudian menganalisis, menyintesis, mengevaluasi sampai pada tahap pengambilan keputusan untuk menanggulangi virus corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun