Mohon tunggu...
Lutfillah Ulin Nuha
Lutfillah Ulin Nuha Mohon Tunggu... Founder Neptunus Kreativa Publishing

Tumbuh sehebat do'a ibu | Menjadi ruang bagi ide-ide yang dianggap terlalu idealis untuk dunia yang sibuk menghitung untung-rugi |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggugat Kultus Darah dan Agama yang Ditinggalkan Akalnya

16 Juli 2025   18:21 Diperbarui: 16 Juli 2025   18:21 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viral Seorang Jamaah Mencium Kaki Seorang Habib (Sumber : Istimewa)

Di negeri ini, kita sering menyaksikan pemandangan yang aneh tapi dianggap wajar seperti seseorang yang merasa lebih mulia, lebih benar, lebih suci, bahkan lebih pantas dipatuhi hanya karena mengaku berasal dari garis keturunan tertentu.

Tidak perlu logika, cukup sebutkan nasab. Tidak perlu akhlak, cukup pakai jubah panjang dan turban besar. Tidak perlu kontribusi, cukup duduk di mimbar dan beri isyarat agar tangan-tangan umat mencium lutut bahkan kakinya.

Itulah doktrin gila yang kini hidup subur di berbagai lapisan masyarakat, pengkultusan darah, sebuah kepercayaan bahwa kemuliaan diwariskan secara genetis, bukan dibentuk oleh ilmu, adab, dan perjuangan.

Darah Dijual, Nalar Dikubur

Salahsatu Cover Majalah yang Pernah Viral Karena Ilustrasi Kontroversinya (Sumber: Tempo)
Salahsatu Cover Majalah yang Pernah Viral Karena Ilustrasi Kontroversinya (Sumber: Tempo)
Sadar atau tidak, ini bukan sekadar fenomena sosial, melainkan sebuah industri kepercayaan. Di dalamnya ada jual beli karomah, perdagangan silsilah, pemalsuan sejarah, bahkan pengkultusan kuburan yang entah sejak kapan jadi tempat suci.

Tak jarang ditemukan kuburan baru yang tiba-tiba dijuluki "makam wali", lengkap dengan mitos-mitos menakjubkan yang lebih mirip cerita Marvel ketimbang kisah nyata. Ada pula orang-orang yang secara sadar memalsukan silsilah demi bisa naik pangkat spiritual. Semua demi satu tujuan: status, kehormatan, dan pengaruh.

Lucunya, di tengah semua kebohongan ini, masyarakat tetap menunduk, mencium tangan, dan membayar mahal demi "berkah" dari orang-orang yang bahkan tidak bisa membedakan mana dalil dan mana dongeng.

Agama Dijadikan Alat, Akal Ditanggalkan

Foto Seorang yang Seakan-akan Meminta Pada Kubur (Sumber : Istimewa)
Foto Seorang yang Seakan-akan Meminta Pada Kubur (Sumber : Istimewa)

Yang lebih menyedihkan, banyak dari mereka menggunakan agama sebagai tameng. Ayat-ayat dipelintir, hadis-hadis dijadikan senjata, semua demi mempertahankan tahta sosial. Kritik dianggap penghinaan. Pertanyaan dianggap pembangkangan. Yang tidak menjilat disebut durhaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun