Mohon tunggu...
Kelompok Budaya
Kelompok Budaya Mohon Tunggu... Desainer - grup mahasiswa DKV-A ISI Yogyakarta 2018

kuliah materi sosiologi desain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tren Merokok bagi Wanita dalam Perspektif Sosiologi Desain

27 November 2019   21:03 Diperbarui: 27 November 2019   21:14 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN

          Latar Belakang

Merokok sudah menjadi kebiasaan dikalangan masyarakat Indonesia. Mudahnya akses mendapatkan rokok menjadi salah satu faktor kelestarian dari kebiasaan tersebut. Rokok pertama kali ditemukan oleh petualang Eropa saat mendarat di benua Amerika pada abad 15. Di sana, tembakau biasa dimanfaatkan oleh suku asli setempat sebagai medium relaksasi dengan cara yang kita kenal sekarang.

Singkat cerita, budaya rokok pun dibawa oleh para petualang Eropa ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia melalui kedatangan Portugis. Berawal dari situlah kebiasaan merokok masyarakat di Indonesia berkembang hingga jaman sekarang.

Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Hampir seluruh lapisan masyarakat mengonsumsi rokok, baik kaya, miskin, tua, muda, hampir semuanya mengonsumsi rokok, bahkan dizaman modern ini, mulai bermunculan para perempuan yang mencoba gaya hidup merokok, mulai dari coba-coba, karena hubungan pertemanan, maupun ada makna tersendiri bagi perempuan tersebut (Pratikasari dan Handoya, 2014).

Walau begitu, merokok pastilah memiliki dampak, baik dalam segi positif maupun negatif. Baik dilihat dari persepsi individu perokok itu sendiri maupun dari masyarakat. Tak hanya itu, budaya merokok juga memiliki andil dalam perkembangan perekonomian negara hingga gaya hidup.

Dengan demikian, baik dan buruknya pandangan masyarakat tentang perempuan perokok dipengaruhi oleh media komunikasi itu sendiri, pada kenyataannya mereka memberikan persepsi-persepsi yang mencap pergaulan para perempuan perokok dengan penilaian buruk (daripada baiknya) yang 

distimuluskan kepada masyarakat, terutama golongan masyarakat yang terkenal religius. Sehingga secara tidak langsung, masyarakat tersebut termakan oleh asumsi tidak bermoralnya seorang perempuan perokok. Oleh karena itu, pentingnya menilai suatu fenomena sosial dalam berbagai sudut pandang demi menghindarkan kesenjangan dalam menilai pribadi, watak, dan sifat seseorang berdasarkan subjektif. Pada makalah ini, penulis akan membahas lebih lanjut tentang perempuan perokok dalam sudut pandang sosiologi desain. Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman baru mengenai perempuan perokok.

Landasan Teori

Triadik Sosiologi Desain Sumbo Tinarbuko

dok. pribadi
dok. pribadi
Secara mendasar, sosiologi desain terdiri atas tiga aspek yaitu Manusia-Benda(desain)-Sistem Nilai. Pada triadik sosiologi desain versi pak Agus Sachari terdapat interaksi antara manusia dengan benda (desain) yang nantinya akan menimbulkan sistem nilai. Ketiga aspek ini terkandung didalam sosiologi desain dimana sosiologi desain memiliki fungsi sebagai pemecah masalah dengan menggunakan desain.

Dalam sosiologi desain juga terjadi proses interaksi dimana manusia tersebut boleh menerima atau menolak sebuah karya desain. Jika para desainer telah memahami tujuan yang ingin dicapai, target audiensnya, serta desain itu sendiri maka akan menciptakan suatu budaya yang kreatif.

Budaya kreatif memiliki peranan sebagai proses yang akan membawa kita pada modernisasi yang diselesaikan dengan wacana desain sebagai solusi dari permasalahan sosial tersebut.

Teori Agenda Setting

Teori ini menekankan pada anggapan bahwa media memiliki pengaruh besar dalam membangun dan membentuk persepsi publik, wacana yang diedarkan akan menjadi sebuah opini publik yang merupakan sebuah agenda yang telah diatur oleh media.

Gaya Hidup

Menurut Plummer (1983:131), gaya hidup merupakan cara hidup individu yang diidentifikasikan dengan bagaimana orang tersebut menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.

Teori Persepsi

Menurut teori persepsi yang dikemukakan oleh Amirullah, persepsi merupakan proses di mana individu memilih mengelola dan menginterpretasikan stimulus ke dalam bentuk arti dan gambar (2004:42).

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data berdasarkan hasil survey yang dikutip dari beberapa data di internet serta survey menggunakan media online Google form yang disebarluaskan melalui media sosial.

Sumbangan untuk DKV

Memicu desainer untuk membuat iklan layanan masyarakat yang dapat mempersuasi khalayak untuk menghindari rokok.

PEMBAHASAN

Seiring berkembangnya teknologi komunikasi di era modernisasi masa kini, kehidupan masyarakat banyak dipengaruhi oleh media. Salah satunya gaya hidup orang luar yang merambah cepat ke Indonesia melalui suatu tontonan publik.

Gaya hidup inilah yang memengaruhi masyarakat Indonesia terutama kalangan anak muda yang menganggap hal itu sebagai sebuah trend, salah satunya adalah budaya perempuan merokok.

Selain itu, media iklan juga berperan penting dalam perindustrian budaya rokok di Indonesia. Menurut teori persepsi yang dikemukakan oleh Amirullah, persepsi merupakan proses di mana individu memilih mengelola dan menginterpretasikan stimulus ke dalam bentuk arti dan gambar (2004:42).

Contohnya seperti iklan rokok yang mampu membangun opini masyarakat bahwa rokok merupakan simbol maskulinitas yang dianggap keren, sehingga banyak yang tertarik untuk merokok. Maka dari itu, tidak heran jika kita melihat iklan-iklan rokok dipenuhi dengan visualisasi pria macho sambil berpetualang menggunakan mobil Jeep. Hal tersebut dikarenakan konsumen rokok itu sendiri didominasi oleh kaum pria.

Dari iklan ini terlihat bahwa teori persepsi tersebut benar adanya, di mana iklan tersebut mampu menampilkan sebuah citra berupa gambar yang dapat menstimulus masyarakat hingga mereka dapat menerima dan merasakan citra yang ingin disampaikan oleh pendesain iklan tersebut.

Selain itu, diketahui bahwa iklan tersebut juga sangat berpengaruh dalam membentuk persepsi masyarakat. Hal ini sesuai dengan Teori Agenda Setting yang menekankan pada anggapan bahwa media memiliki pengaruh besar dalam membangun dan membentuk persepsi publik, wacana yang diedarkan akan menjadi sebuah opini publik yang merupakan sebuah agenda yang telah diatur oleh media.

Jadi, dalam kasus iklan rokok media telah mengarahkan opini masyarakat untuk yakin bahwa produk tersebut merupakan hal yang keren sehingga dapat menarik perhatian publik untuk membeli produk tersebut.

Pada tahun 1970, industri rokok banyak menggunakan perempuan pada iklan rokok. Dalam iklan tersebut memperlihatkan perempuan perokok sebagai figur negatif dikarenakan memakai pakaian yang seksi sehingga menimbulkan persepsi dalam lingkungan sosial bahwa "perempuan perokok itu buruk".

Persepsi tersebut terbawa hingga zaman sekarang yang memicu adanya fenomena sosial. Fenomena sosial tidak akan terjadi jika tidak ada komunikasi serta interaksi. Misalnya seperti yang dikutip dari Kompas.com, seorang narasumber yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga mengatakan bahwa merokok adalah hal yang biasa dalam hidupnya. Ayahnya dan beberapa anggota keluarganya merupakan perokok.

Waktu kecil ia berpikir bahwa rokok sangat menjijikan, namun karena pengaruh lingkungan ia menjadi perokok pada usia 16 tahun. Pengaruh lingkungan itu merupakan bagian dari interaksi dan komunikasi, karena narasumber terbangun keinginan untuk melakukan tindakan yang sama.

Berdasarkan hasil survey online  melalui Google form rentang umur 17-22 tahun, 53,3% dari 45 responden menyatakan bahwa penyebab pertama kali mereka mencoba merokok adalah rasa penasaran dan 13,3% berasal dari ajakan teman, sisanya merupakan keinginan pribadi.

Fenomena sosial dari perempuan perokok tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif. Jika dilihat dari sisi negatifnya, perempuan perokok hanya menimbulkan persepsi buruk di mata masyarakat yang hanya melihat dari satu sudut pandang saja.

Dari sanalah desainer berperan agar tidak melihat fenomena sosial hanya dari satu perspektif. Desainer membangun persepsi bahwa rokok itu keren melalui sebuah iklan, kemudian iklan inilah yang membangun keinginan perempuan untuk membeli rokok. Sehingga, apabila konsumen rokok yang awalnya didominasi oleh laki-laki lalu ditambah dengan perempuan, maka omzet perusahaan rokok pun meningkat.

Tentunya dapat menyejahterakan pekerja pabrik rokok. Selain itu, para petani tembakau pun juga diuntungkan, karena tembakau merupakan bahan utama pembuatan rokok.

Sayangnya, dengan bertambahnya konsumen rokok, tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak pula individu yang terkena berbagai penyakit akibat merokok, diantaranya kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin yang kemudian akan menguntungkan dunia medis.

Walaupun secara medis merokok membawa penyakit, rokok itu sendiri tidak bisa dimusnahkan terutama untuk negara Indonesia. Dikutip dari Liputan6.com bahwa pendapatan negara dari setoran cukai Industri Hasil Tembakau (IHT) mencapai Rp170 trilyun dan kurang lebih bisa mencapai Rp200 triliun bila dijumlah dengan pajak daerah, PPN, dan sumbangan lainnya.

Jika melihat dari sisi perokok itu sendiri, tujuan mereka merokok agar lebih memudahkan mereka berbaur di dalam pergaulan, terutama saat bergaul dalam satu kelompok yang isinya dominan laki- laki.

Dampak positif dan negatif yang telah dipaparkan yang akan memunculkan budaya kreatif. Peran desainer dalam pembahasan ini sangat berpengaruh dalam menciptakan sebuah pemikiran bahwa merokok dapat meningkatkan kreatifitas. Pemikiran inilah yang memengaruhi perempuan untuk merokok, di mana merokok itu diyakini sebagai ajang pelampiasan stress, menjernihkan pikiran, dan lain-lain.

Dengan pemikiran yang diciptakan oleh desainer tersebut, memunculkan keinginan untuk mencoba produk rokok. Ketika individu telah memenuhi hasratnya hingga merasa puas dengan merokok, dia akan mengulanginya lagi hingga menciptakan suatu kebiasaan baru. Dari kebiasaan baru inilah timbul gaya hidup baru bagi individu tersebut.

Namun, tidak semua dari kebiasaan merokok menjadi gaya hidup sebab beberapa dari mereka menjadikan kebiasaan merokok sebagai gaya. Hidup untuk bergaya dan gaya hidup merupakan dua hal yang berbeda.

Menurut Plummer (1983:131), gaya hidup merupakan cara hidup individu yang diidentifikasikan dengan bagaimana orang tersebut menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.

Dari sini diketahui bahwa gaya hidup merupakan sebuah kegiatan yang individu tersebut nyaman untuk melakukannya secara terus-menerus, sedangkan hidup untuk bergaya merupakan aktivitas yang secara tidak langsung merugikan mereka yang melakukannya, karena mereka melakukan tersebut bukan berdasarkan ketertarikan dan keinginan sendiri melainkan hanya untuk memamerkan dan meningkatkan citra serta pandangan orang lain terhadap mereka.

KESIMPULAN

Interaksi antara perempuan dengan rokok menimbulkan banyak persepsi mengenai image perempuan yang merokok. Dipercaya bahwa perempuan yang merokok merupakan individu yang nakal, tidak dapat menjaga dirinya, serta tidak bermoral.

Namun, selain itu interaksi antara perempuan dengan rokok juga menimbulkan persepsi positif seperti dalam bidang perekonomian juga kesehatan, mereka secara tidak langsung meningkatkan pendapatan industri rokok dan rumah sakit dengan mengonsumsi rokok tersebut serta menambah relasi.

Pergaulan itu merupakan interaksi dan komunikasi yang merupakan cikal-bakal perempuan dalam menentukan apa mereka ingin merokok atau tidak. Sebab pergaulan yang berada di sekeliling mereka dapat memengaruhi mereka baik itu secara lambat atau cepat melalui sebuah pendapat, pemikiran, atau pun mitos.

Pemikiran-pemikiran tersebut akan memengaruhi seseorang untuk merokok dan hal itu adalah budaya kreatif di mana orang akan terstimulasi. Ketika perindividunya telah mulai untuk merokok dan merasa bahwa kegiatan tersebut sangat memuaskan dirinya, maka akan timbul rasa untuk terus melanjutkannya. Dari sini mulai timbul kebiasaan baru dan kebiasaan baru tersebut menjadi sebuah gaya hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kencana, Maulandy Rizky Bayu. 2019. Industri Rokok Setor Ratusan Triliun ke Negara Tiap Tahun https://www.liputan6.com/bisnis/read/4077427/industri-rokok-setor-ratusan-triliun-ke-negara-tiap-tahun diakses 27 November pada 02.14 WIB

Unila.Pendahuluan[Pdf].Dalam

http://digilib.unila.ac.id/10346/14/BAB%201.pdf diakses 24 November pada 13.50 WIB

2013. Pangkuan Seorang Perempuan Hamil Perokok https://lifestyle.kompas.com/read/2013/10/02/1631512/Pengakuan.Seorang.Perempuan.Hamil.Perokok diakses 27 November pada 01.42 WIB

dok. pribadi
dok. pribadi
Kelompok Budaya :

Elsa Nurlatifa Putri Purwadi (1812479024)

 Silviana Huda (1812480024)

Eline Kusuma Sumantri (1812484024) 

Nurazizah Qurrota A. (1812488024) 

Lutfi Ariska Dewi (1812493024)

Nina Ester Marjan (1812497024) 

Ami Indri Yani (1812498024)

Kristiana Melanie Setiawan (1812501024) 

Katarinita W.P. (1812551024)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun