Karya-karya Friedrich Nietzsche (1844-1900) bisamenjadi objek beragam tafsiran, mulai dari ekstrem-kanan, Kristiani dananarkis. Kelompok ekstrem kanan cenderung melakukan pembacaan secara harfiahyang berujung pada kedangkalan makna. Mengingat karya-karya Nietzsche yangmenggunakan tokoh ‘tuan’, ‘aristokrat’, ‘budak’, ‘kehendak untuk berkuasa’ dan ‘adimanusia(menegaskan adanya manusia kawanan)’.Terlebih ia mengatakan bahwa “Perlukiranya untuk melindungi yang kuat dari yang lemah” yang begitu provokatif.Namun pembacaan secara harfiah membutuhkan kerja ekstra berupa pemalsuan dan penyensorandalam naskah aslinya.
Kemudian kemungkinan yang lain ialah pembacaan Kristianiyang mencoba menggabungkan pemikiran Nietzsche dengan mistisme Kristianitertentu. Lalu ada pembacaan yang secara tidak langsung bersifat anarkis,individualis, dan libertarian. Penulis Deleuze, Foucault dan Sarah Kofman atauMichel Haar lah yang menawarkan tafsiran Nietzsche mengenai dimensiindividualis sekaligus dimensi kolektif.
Namun kaum libertarian tidak menyadari dimensikolektif dan sosial dari pemikiran Nietzsche,tidak hanya melihat padaindividualisnya saja. Setidaknya hal ini disebabkan karena 2 hal. Pertama, karenasejarah anarkisme. Pemikir utama anarkis (Max Stiner, Prodound, dan Bakunin)sama sekali tidak tahu tentang Nietzsche, mengingat saat itu Hegelianisme merupakanpemikiran dominan. Namun para pemikir anarkis gelombang setelahnya (Kropotkin& Reclus-ahli bumi, Gullaume-ahli pendidikan) bukanlah seorang filsuf,meskipun saat itu sangat mungkin mengetahui tulisan-tulisan Nietzsche.
Kemudianpada pergantian abad pemikir anarkis lebih cenderung pada jurnal dan suratkabar. Alasan lain adalah keterlambatan karya-karya Nietzsche ditafsirkansecara filosofis. Selain itu, majas, kosa kata (yang kuat, tuan, yang lemah,budak) dan rujukan ilmiah yang ia gunakan tidak memungkinkan kaum anarkis, sindikalisdan revolusioner mengenali diri mereka pada tulisan Nietzsche.
Menurut Nietzsche ‘tuan’ adalah daya afirmatif danaktif yang menciptakan nilai-nilainya sendiri, yang otonom. ‘Tuan’ dapatditemukan dalam ‘barbarian’ Arya, Vandal atau Goth dalam histografi dan parafilsuf serta seniman kreatif. Sedangkan ‘budak’ adalah daya negatif danreaktif, yang tunduk pada yang lain atas dasar iri dan benci. Rakyat,demokrasi, kesetaraan para pemilih, kerumunan dan massa, yang selalumemasrahkan diri pada seorang denganjanji adalah ‘budak’. Apabila massa yangmenghamba pada politisi atau terpukau oleh pemimpin karismatik (mulai Mussolinisampai Mao Tse-Tung) digolongkan Nietzsche sebagai ‘budak’. Maka gerakan buruhyang dikenal sebagai anarko-sindikalisme, sindikalisme revolusioner atau aksilangsung tergolong dalam jenis ‘tuan’. Maka ada tiga aspek yang mampu menguatkantesis ini : separatisme, federalisme dan aksi langsung.
Separatisme. Nietzsche sangat menganjurkan untuk menganutsudut pandang ‘tuan’ guna memahami yang memisahkan mereka dari ‘budak’ adalahsebuah separasi, diferensiasi. Antagonisme antara tuan dan budak mengandaikanrelasi diferensiasi pada pihak tuan, bukan sebagai pergulatan yangmenghubungkan dan mengikat mereka, tapi sebagai separasi yang menjauhkan danmemisahkan. Disinilah gerakan buruh libertarian bersimpangan jalan denganMarxisme (sebuah varian hegelianisme).
Pada konsepsi anarko –sindikalis kelasburuh harus membangun dirinya dengan kekuatan independen yang otonom dan mestilepas secara radikal, sehingga tidak bersangkutan dengan masyarakat selebihnya.Mereka tidak meminta apapun dari siapa pun; segalanya dari mereka sendiri, darikemampuan mereka untuk mengekspresikan dan mengembangkan kekuatan yang merekausung sendiri.
Federalisme. Kehendak untuk kuasa tidak menandaikekuatan yang satu tapi pada kemajemukan kekuatan yang hendak saling menyatuatau menolak, menggabungkan ataumemisahkan diri satu dengan yang lain. Konsepini perlu dihadapkan dengan ide otonomi Proudhon. Ia satu-satunya yang berpikirtentang pluralitas kekuatan yang membentuk kelas pekerja, dan memahami kelasini sebagai sebuah realitas yang majemuk. Berbeda dengan Marx, Proudhonberbicara tentang ‘kelas-kelas’ pekerja bukan ‘sang kelas pekerja atau ‘sang’ proletariat.Perbedaan dan benturan antara beragam kekuatan dalam masyarakat tidak harusdituntaskan, mereka semua diperlukandalam kehidupan. Federalisme kelas buruhselalu dicirikan dengan bersatunya kekuatan-kekuatan yang amat sangat beragamdalam perbenturan-perbenturan.
Aksi langsung. Berkiblat pada ‘gagasan lahir dariaksi, bukan aksi dari refleksi’ yang dicetuskan Proudhon, militan anarkosindikalis dan sindikalis revolusioner cenderung menolak ilmu atau formasiteoritis yang nerusaha merumuskan apakah mereka dan apa yang mereka cari. Identikdengan Nietzsche, baginya ilmu pengetahuan dan politik adalah daya reaktif yangbertujuan untuk memisahkan daya-daya aktif dari apa yang sanggup dilakukannya,mengingkari kekuatannya dengan mencaploknya demi tujuan lain.
‘Aksi’yangberbeda dengan berbagai bentuk yang-mutlak dapat ditemui pada tulisan tokohsindikalisme revolusioner.Salah satunya adalah Victor Griffuelhes (sekertarisConfederationGenerale du Travail/CGT), menurutnya sindikalisme adalah gerakan,aksi kelas pekerja,bukan kelas pekerja itu sendiri. Aksi langsung merupakanmanifestasi dari kekuata dan kehendak kelas buruh, aksi lamgsung tidak memilikibentuk spesifik, wujudnya hanyalah tindakan-tindakan yang berubah-ubah sesuaisituasi dan konteks.
Seperti yang diindikasikan dari ciri-ciri aksilangsung, kedekatan Nietzsche dan gerakan libertarian tidak sebatas padabentuk-bentuk sindikalis gerakan saja. Analisis Nietzsche menawarkankemungkinan untuk menjelaskan apa yang terjadi dan apa yang dipertaruhkan dalamkerangka libertarian.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!