Menghadapi remaja itu ibarat bermain layang-layang, harus selalu ada tarik ulur agar layang-layang tidak putus ditengah ketinggian. Â Semakin dia ditarik maka dia akan semakin menguat dan akhirnya putus diterpa angin. Tapi terlalu diulur pun, berpotensi terbangnya tak tentu arah. Â
Kesalahan-kesalahan kecil selama tidak keluar dari syariat agama, orangtua dan pendidik bisa mentolelirnya. Â Dengan seperti ini akan memperkecil konflik di keluarga. Pada kondisi seperti ini, orangtua hendaknya banyak mengapresiasi dan memberikan bantuan-bantuan yang dia perlukan.Â
Dalam buku parenting Cahaya Dunia hal.128 karya penulis, terlepas dari ciri-ciri secara umum tadi, sebetulnya banyak para remaja yang mampu beradaptasi dan mengatasi ketidak percayaan dirinya dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orangtua dan masyarakatnya.Â
Pada umumnya remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).Â
Dalam salah sebuah seminar tentang remaja, Dr.Muhammad Iqbal,Ph.D memberikan tips mendidik anak di era digital ini :Â
1.Bangun dan didik dengan pemahaman agama, nilai-nilai social serta budaya bangsa serta bangun kemandirianÂ
2.Bangun kelekatan (bonding) dan komunikasi yang supportif, jangan banding-bandingkan anak dengan orang lain serta sering mengapresiasiÂ
3.Pandanglah mereka sebagai orang yang memiliki potensi berkembang, jangan focus kepada salah dan kelemahannya saja tapi focus juga pada kelebihannyaÂ
4.Batasi penggunaan gadget, damping bila bermain, alihkan waktu ke mereka kegiatan positif dan penyaluran hobi dan pengembangan potensiÂ
Cikarang, 30 Nopember 2020Â
Referensi, Buku Parenting "Cahaya Dunia" karya Syasha Lusiana