Mohon tunggu...
Lusiana Roamer
Lusiana Roamer Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hidup harus bermanfaat dan berguna untuk orang banyak. Berbuat ikhlas tanpa alasan..

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Semua yang Dijalani adalah yang Terbaik

29 Juli 2022   00:11 Diperbarui: 29 Juli 2022   00:19 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar. Sumber: Doc. Pribadi

Salam sehat dan sejahtera,

Saat membuka akun saya ini, para pembaca akan mengenal saya dengan nama Lusiana Roamer. Inilah saya, ibu dua anak yang akan memasuki usia setengah abad. Menuliskan ini semua bukan maksud untuk menyombongkan diri ataupun yang lainnya. Saya hanya ingin menuliskan, mencurahkan, apa yang sudah dan sedang saya alami. 

Karena apa yang akan saya sombongkan? Saya tidak memiliki apa-apa. Saya hanya memiliki hati dan perasaan yang selalu berusaha tulus dan ikhlas. Yang selalu berusaha berbuat baik, meskipun sering mendapatkan perlakuan tidak baik. Karena yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Allah SWT.

Dalam berprofesi, dua tahun saya memiliki pengalaman kerja di dunia perbankan. Pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan. 

Cita-cita saya saat SMA adalah menjadi hakim...hheeee.. tapi nasib berkata lain. Saya gagal memasuki perguruan tinggi negeri yang saya inginkan, karena faktor ekonomi. 

Akhirnya saya berpikir untuk mengambil kuliah yang bisa langsung mendapatkan pekerjaan. Perawat, menjadi pilihan saya. Tapi sekali lg, waktu dan kesempatan belum berpihak pada hidup saya. Saya kembali gagal memasuki akademi perawat yang diinginkan, karena ada masalah keluarga saat itu. Pada akhirnya, saya memilih untuk bekerja selepas SMA. 

Dengan berbekal keahlian dari salah satu lembaga kursus akuntansi di kota saya saat itu, saya diterima di salah satu perbankan swasta, tentunya dengan referensi seseorang yang membantu saya saat itu, karena beliau menghargai niat saya untuk membahagiakan ibu saya saat itu.

Dua tahun saya di dunia perbankan. Alhamdulillah, saat kita selalu berbuat baik, ternyata saat itu saya juga dikelilingi oleh orang-orang baik. Selepas dari lembaga perbankan, saya langsung ditawarkan untuk membantu usaha rekan kerja yang bergerak di bidang telekomunikasi. 

Tidak ada kata menganggur, karena saya langsung diajak bergabung bekerja saat itu. Kami merintis usaha dari nol, dan dengan ketekunan tim, akhirnya usaha kami berkembang pesat. 

Dari yang tadinya berkantor di tempat kecil, sampai bisa memiliki lahan yang luas untuk operasional kantor. Namun, kegiatan usaha kami menurun drastis, saat terjadinya krisis moneter. Usaha yang saya jalani bersama rekan-rekan, harus terkena imbasnya. 

Dengan segala daya dan upaya, kami maksimalkan agar usaha tetap berjalan. Di saat inilah saya berpikir dan berniat untuk meningkatkan kualitas diri. 

Saya mengambil kuliah sarjana, dengan tekad bahwa usia jangan menghalangi niat untuk terus belajar. Saya berkomitmen untuk memperbaiki hidup dengan cara menambah ilmu pengetahuan. Sampai pada akhirnya, di tahun ke sepuluh saya bekerja dengan rekan-rekan, saya harus mundur karena ada hal yang harus saya hindari dari tempat kerja.

Dengan berbekal ijasah sarjana saya berusaha mencari pekerjaan lain lagi. Saat itu saya berpikir, jika dunia kerja yang  tidak akan pernah hilang adalah dunia pendidikan. Karena saya dari sarjana umum, saya tambah ilmu saya untuk terjun di dunia pendidikan dengan mengikuti kuliah akta mengajar. Alhamdulillah, saya diterima di salah satu sekolah swasta di kota saya.

Ilustrasi Gambar. Sumber: Doc. Pribadi
Ilustrasi Gambar. Sumber: Doc. Pribadi

Berperan sebagai pendidik ternyata sungguh luar biasa. Ada kenikmatan tersendiri yang saya rasakan. Bergaul dengan anak-ana adalah hal yang menggembirakan. 

Dengan segala persoalan, permasalahan di sekolah, menjadikan pikiran kita menjadi lebih terbuka. Banyak hal yang saya pelajari saat di dunia pendidikan. 

Ada kepuasan tersendiri saat kita berhasil mendidik dan mengajarkan mereka dengan output di akhir kegiatan pembelajaran, hasilnya maksimal. Ada banyak rona-rona kehidupan yang bisa kita pelajari sebagai pendidik. Sekolah dimana saya bekerja, kami berupaya semaksimal mungkin demi keberhasilan dan kebaikan anak-anak peserta didik.

Ilustrasi Gambar. Sumber: Doc. Pribadi
Ilustrasi Gambar. Sumber: Doc. Pribadi

Alhamdulillah, saya selalu berusaha semaksimal mungkin untuk anak berprestasi. Dengan tim yang solid, kami bisa menciptakan anak-anak yang juara di beberapa kompetensi baik tingkat daerah maupun nasional. 

Begitu menikmati saya dengan pekerjaan ini. Untuk lebih meningkatkan kualitas diri, kembali saya mengambil jenjang selanjutnya, magister. Semua saya jalani dengan ikhlas, termasuk dengan pergaulan diantara kami sesama pendidik.

Namun ternyata, dunia pendidikan di tempat saya bekerja, semakin berkembangnya jaman, semakin berkembang juga pemikiran para penghuninya. Seperti ada  intrik-intrik yang menurut pribadi saya, tidak seharusnya berkembang di sebuah lembaga pendidikan. Permainan politik sudah masuk ke dalamnya. 

Beberapa pihak bahkan sangat suka menciptakan manajemen konflik diantara kami. Wallahu a'lam bishawab... entah apa yang ada di benak orang-orang seperti itu. 

Saya mencoba menghadapi dan melalui semua itu dengan baik. Namun, hanya sampai tahun ke empat belas saya bertahan. Ketika saya harus memilih apakah masih harus bertahan di sekolah atau berbakti terhadap orang tua, dikarenakan kondisi kesehatan beliau. Saya lebih memilih yang kedua, fokus untuk menjaga orang tua di rumah. 

Pada akhirnya memang saya harus melakukan itu. Di satu sisi ketidaknyaman juga jika masih harus bertahan di lembaga tersebut. Terlalu banyak hal yang saya alami, dan itu membuat ketidaknyaman. 

Masya Alloh.. sejak pertama kali saya memasuki lembaga pendidikan, saya berpikir di dunia yang notabene penghuninya adalah pendidik, lingkungan akan lebih nyaman dan menenangkan. Ternyata... Mohon ma'af, saya tidak menyamakan dengan lembaga pendidikan lainnya. 

Mungkin ini terjadi bukan karena lembaganya, tapi karena personalnya. Semakin besar, semakin maju, dan semakin jaya seseorang atau lembaga, ujian yang menerpanya akan semakin kencang. 

Masing-masing orang punya rencana dan cerita yang pada akhirnya bermuara di ujung cerita tersebut. Mungkin saat ini saya sedang berada di ujung ceritanya. Keputusan yang saya ambil, berbakti pada orang tua dan mengurus anak-anak, meskipun dengan keputusan ini saya harus kehilangan pekerjaan dan penghasilan. 

Keyakinan saya bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan hamba-Nya lemah dan menderita karena harta/materi. Saya berkeyakinan bahwa rezeki setiap orang sudah diatur oleh Sang Pemberi Rezeki.

Besarnya sebuah lembaga terkadang tidak menjadikan para penghuninya berjiwa besar juga. Profesionalisme sangat dibutuhkan di sini. Saya hanya manusia biasa yang harus selalu berusaha ikhlas dan tawakal. Semoga Allah SWT meridho kita semua.. Aamiin

Mohon ma'af, ini hanya sekedar cerita dan rasa. Bahwa hidup tidak lagi biasa, namun asa harus tetap ada. Semua adalah jalan terbaik dari Allah SWT... Sabar, ikhlas, tawakal

Salam semangat buat pembaca, semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun