Mohon tunggu...
Lusia Dafa Ardiani
Lusia Dafa Ardiani Mohon Tunggu... Mahasiswa PGSD Universitas Ngudi Waluyo

Fakultas Komputer dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter Membentuk Perilaku Siswa

15 Oktober 2025   21:31 Diperbarui: 15 Oktober 2025   21:31 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah cepatnya arus modernisasi dan globalisasi, sektor pendidikan menghadapi rintangan yang semakin rumit. Tidak hanya diharapkan untuk menghasilkan generasi yang pintar secara intelektual, tetapi juga generasi yang memiliki karakter yang kokoh, tangguh, dan berakhlak mulia. Dalam beberapa tahun belakangan, banyak orang mulai memahami bahwa kecerdasan intelektual saja tidak memadai. Dunia nyata memerlukan lebih dari sekadar keterampilan menghitung atau mengingat teori, ia menuntut karakter yang utuh, kuat, dan mampu bertahan dalam tekanan serta rayuan zaman. Peristiwa yang berlangsung saat ini sangat mengkhawatirkan. Banyak pelajar yang mulai memperlihatkan perilaku menyimpang mulai dari kurangnya sopan santun, sampai terlibat dalam tindakan kekerasan, perundungan (bullying), bahkan penyalahgunaan teknologi dan obat terlarang. Situasi ini menimbulkan pertanyaan penting seperti "Di mana letak kesalahan kita dalam mengajar generasi muda?" , "Apakah kita terlalu terdistraksi oleh pencapaian ujian, namun melupakan nilai-nilai kehidupan?".  Inilah yang menjadi alasan utama mengapa pendidikan karakter sangat penting. Pendidikan karakter adalah proses yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai positif dalam diri individu, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, empati, kerja keras, dan sikap saling menghargai. Nilai-nilai ini tidak hanya diajarkan secara teori, tetapi juga ditanamkan melalui pengalaman langsung, pembiasaan, dan contoh teladan. Pembentukan karakter tidak dapat dilakukan dengan cepat, terutama secara instan. Ini adalah proses yang panjang yang dimulai di usia muda dan terus diperbaiki sepanjang hidup. Menanamkan karakter bukan soal paksaan atau memberikan sanksi atas kesalahan. Pendidikan karakter perlu dilaksanakan dengan cara yang berorientasi pada kemanusiaan. 

Siswa bukan entitas yang tak aktif yang dapat dibentuk semata-mata oleh arahan dan peraturan. Mereka merupakan orang-orang yang berpikir, merasakan, dan memiliki pengalaman hidup yang unik. Karena itu, proses pengembangan karakter perlu berjalan secara dialogis, memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencerna nilai-nilai melalui refleksi, pengalaman, dan teladan yang mereka saksikan setiap hari. Keterkaitan antara pendidikan karakter dan sikap siswa sangat kuat, karena karakter yang tertanam dalam individu akan sangat memengaruhi cara ia bersikap dan bertindak dalam aktivitas sehari-hari. Siswa dengan karakter yang kokoh akan lebih sanggup menghadapi rintangan tanpa tersesat. Mereka akan memperlihatkan sikap yang baik, seperti kejujuran dalam ujian, tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, serta dapat berkolaborasi dengan teman dan menghargai keberagaman.

Sebaliknya, jika tidak adanya pendidikan karakter akan membuat siswa mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif. Mereka mudah terpicu emosi, kurang memiliki ketahanan pribadi, dan cenderung memilih jalan cepat untuk mendapatkan sesuatu. Bahkan, dalam situasi stres atau tekanan.

Dalam kondisi stres atau tekanan, siswa yang tidak memiliki karakter yang kuat dapat membuat keputusan yang keliru. Contohnya, memilih untuk mencontek karena takut mendapatkan nilai buruk, atau mengintimidasi teman karena ingin diterima oleh kelompok tertentu. Mereka menjadi impulsif, reaktif, dan kehilangan petunjuk karena tidak memiliki pedoman moral yang mengarahkan perilaku mereka. Inilah alasan mengapa pendidikan karakter menjadi elemen yang tidak bisa diabaikan dalam sistem pendidikan. Ia merupakan dasar dari segala jenis perilaku positif yang berlangsung lama. Tanpa karakter, pengetahuan hanya akan menjadi sarana yang hampa, bahkan dapat disalahgunakan. Seorang siswa yang cerdas, tetapi tidak jujur, kurang disiplin, serta acuh terhadap orang lain, akan berkembang menjadi individu yang sukar memberikan sumbangan positif dalam masyarakat. Lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat penting dalam pembentukan karakter siswa. Suasana sekolah yang baik  ditandai oleh interaksi yang positif antara pendidik dan murid, adanya rasa saling menghargai di antara teman sebaya, serta penerapan aturan yang adil sangat mempengaruhi perkembangan perilaku siswa.

Guru memiliki peran kunci dalam hal ini. Lebih dari sekadar pengajar, guru adalah sosok yang diperhatikan, diteladani, dan dicontoh oleh siswa setiap harinya. Saat pengajar menampilkan integritas, kesabaran, dan keadilan, nilai-nilai tersebut akan diserap secara alami oleh siswa melalui proses pemodelan (contoh). Sebaliknya, bila guru cepat marah, memihak, atau tidak konsisten dalam ketentuan, maka siswa pun dapat meniru perilaku serupa. Di samping itu, aktivitas ekstrakurikuler di sekolah juga dapat menjadi sarana efektif untuk membentuk karakter.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun