Menjadi orang pendiam itu ada enak dan tidaknya. Enaknya adalah bisa lebih produktif dan fokus dalam bekerja karena tidak mudah terdistraksi atau tergoda untuk bergosip.
Menjadi orang pendiam membuat saya lebih bisa jadi pendengar yang baik. Mungkin itu sebabnya saya sering dijadikan diary berjalan oleh teman-teman saya.
Namun, tidak enaknya adalah kadang dianggap sombong dan sering dipaksa untuk "ngomong". Padahal yang bersangkutan tidak suka dipaksa-paksa begitu.
Itu menurut pengalaman saya, selaku manusia irit kata. Sayangnya, hal itu tidak berlaku dalam tulisan. Jadi, bisa dibilang saya ini cenderung hening dalam percakapan, tapi berisik dalam tulisan.
Baiklah, itu hanya pembuka.Â
"Diam itu emas". Anda pasti familiar dengan peribahasa ini bukan?
Dalam banyak hal, diam itu baik bahkan menyelamatkan seseorang dan orang lain dari keburukan yang lebih besar. Agama pun banyak menganjurkan umatnya untuk mengendalikan lisannya.
Ada banyak teks keagamaan Islam yang membahas tentang keutamaan diam, baik itu dalam Al-Quran, hadis maupun kitab-kitab klasik. Misalnya, yang terdapat dalam salah satu hadis Nabi Muhammad Saw berikut.
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya." (HR Bukhari Muslim).
Pertanyaannya, diam yang bernilai kebaikan itu yang seperti apa?