Mohon tunggu...
lunakamelia
lunakamelia Mohon Tunggu... pelajar

Seorang siswi MAN 1 Kota Malang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tokoh-Tokoh Pembaharuan Islam

6 April 2025   14:10 Diperbarui: 6 April 2025   14:08 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://images.app.goo.gl/ss5GE77XCAhw1mbz8

Tokoh-tokoh pembaruan dalam Islam muncul di beberapa negara pada peradaban Islam modern. Mereka adalah orang-orang berpengaruh yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam zaman yang berkembang semakin maju. Peradaban Islam terbagi menjadi beberapa periode, mulai dari periode klasik, pertengahan, hingga periode modern. Pembaruan Islam sendiri adalah periode modern yang dimulai dari abad 19 atau tahun 1800 hingga sekarang. Pembaruan Islam dapat diartikan sebagai upaya untuk menyesuaikan paham agama Islam dengan perkembangan zaman akibat adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Sebelum terjadi pembaruan, Islam sempat mengalami kemunduran pada abad 18, baik dari segi politik maupun intelektual. Di sisi lain, bangsa Barat justru mengalami kemajuan di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, politik, sains, hingga teknologi. Hal inilah yang mendorong umat Islam untuk melakukan kontak dengan modernitas dari bangsa Barat. Kontak inilah yang kemudian memunculkan gerakan pembaruan yang dapat merevitalisasi kekuatan umat Islam.

Ada beberapa tokoh yang sangat berpengaruh dalam gerakan pembaruan dalam Islam. Mereka memiliki ide pemikiran pembaruan tanpa meninggalkan prinsip dasar agama serta tetap berpegang teguh pada Al-Qur'an dan hadis sebagai sumber/pedoman hidup yang utama. Dilansir buku Sejarah Kebudayaan Islam, berikut beberapa tokoh pembaruan dalam Islam beserta biografi singkatnya:

1. Muhammad Ali Pasha

Sumber : https://images.app.goo.gl/hkx2LzTMVYk8owZM6
Sumber : https://images.app.goo.gl/hkx2LzTMVYk8owZM6

Muhammad Ali Pasha adalah seorang Gubernur Mesir yang bertugas pada masa Ottoman, yakni antara 1805-1848. Selama menjabat sebagai gubernur itu, ia berhasil membuat sejumlah perubahan yang membawa Mesir menjadi negara kaya dengan masyarakat yang makmur. Tidak hanya itu, kebijakan perluasan wilayahnya bahkan mengancam Kesultanan Utsmaniyah. Meski berasal dari Albania, Muhammad Ali Pasha dikenal sebagai tokoh berpengaruh yang banyak melakukan pembaruan di Mesir.

Awal Kehidupan

Muhammad Ali Pasha lahir di Kavala, Yunani, pada 4 Maret 1769. Ia merupakan putra kedua dari Ibrahim Agha. Ibrahim Agha adalah seorang pedagang tembakau dari Albania yang juga menjabat sebagai komandan dalam unit kecil pasukan Ottoman di Kavala. Muhammad Ali Pasha dibesarkan oleh ibu dan paman-pamannya, karena ayahnya meninggal saat ia masih kecil.

Pada awalnya, ia bekerja sebagai pemungut pajak di Kavala. Atas kerja kerasnya, ia ditunjuk menjadi komandan kedua di bawah sepupunya, Sarechesme Halil Agha, di Kontingen Relawan Kavala yang dikirim untuk menduduki Mesir setelah penarikan Jenderal Napoleon Bonaparte. Pada 1801, pasukan Muhammad Ali Pasha kembali ke Mesir untuk melawan serangan Prancis. Ia pun berhasil mengusir pasukan Napoleon dari Mesir di tahun yang sama.

Dalam masa kekosongan kekuasaan itu, terjadi pertikaian antara Ottoman dan Mamluk, yang bertempur untuk berebut kekuasaan. Selama pertempuran berlangsung, Muhammad Ali memilih berhati-hati dalam bertindak guna mendapat dukungan dari masyarakat Mesir. Sampai akhirnya, pada 1805, Muhammad Ali diangkat sebagai Gubernur Mesir oleh rakyat Mesir. Setelah itu, ia terus memerangi pasukan Mamluk, hingga berhasil menghabisi para pemimpinnya dan mengusir sisa-sisa pasukan Mamluk dari Mesir.

Pembaharuan Muhammad Ali Pasha

Selama menjabat sebagai gubernur, Muhammad Ali Pasha ingin Mesir terlepas dari Kesultanan Utsmaniyah dan dipimpin oleh keturunannya. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, maka ia menata kembali masyarakat Mesir dan membangun militer yang lebih modern. Berikut ini berbagai kebijakan dan pembaruan dari Muhammad Ali Pasha di Mesir:

1. Menaikkan Pajak

Langkah pertama yang dilakukan Muhammad Ali adalah mengamankan aliran pendapatan dengan menasionalisasi semua tanah Mesir. Dengan begitu, ia akan memegang semua hasil produksi tanah di sana. Muhammad Ali juga menaikkan pajak untuk petani, yang sebelumnya memiliki tanah di seluruh Mesir. Hal itu sengaja dilakukan, karena jika para petani tidak mampu membayarnya, ia bisa menyita sawah mereka. Sumber pendapatan lain yang dipunya Muhammad Ali juga berasal dari pajak baru atas wakaf.

2. Menciptakan Undang-Undang

Pada 1829, Muhammad Ali mengesahkan undang-undang pidana pertamanya dengan tujuan untuk bisa mendapat kekuasaan yang lebih kuat lagi. Secara perlahan, ia memang mengubah sistem hukum di Mesir agar lebih bisa memegang kendali atas rakyatnya. Muhammad Ali memperbaiki peraturan alat bukti di pengadilan yang sebelumnya tidak pernah dipakai. Selain itu, ia juga menetapkan bahwa laporan autopsi dapat digunakan sebagai bukti penting dalam kasus hukum pidana di Mesir. Kebijakan barunya ini terus digunakan bahkan setelah Muhammad Ali tidak lagi menjabat sebagai Gubernur Mesir.

3. Mendirikan Sekolah-Sekolah

Selama memerintah mesir, Muhammad Ali Pasha banyak mendirikan sekolah. Salah satunya sekolah kedokteran untuk perempuan. Sekolah yang didirikan oleh Muhammad Ali Pasha pada 1832, digunakan untuk menghasilkan dokter-dokter perempuan, yang nantinya dapat merawat perempuan dan anak-anak. Bagi para perempuan yang mengikuti sekolah ini, mereka akan mendapat pelatihan selama dua tahun pertama. Pelatihan yang didapat berupa kebidanan, perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, membalut luka, kauterisasi, vaksinasi, skarifikasi, bekam dan obat-obatan. Selama menjalani proses pelatihan, para siswa disediakan tempat tinggal, makanan, dan tunjangan bulanan dari negara. Selain sekolah kedokteran untuk perempuan, Muhammad Ali Pasha juga mendirikan sekolah militer, sekolah teknik, sekolah ketabiban, dan sekolah penerjemahan. Ia juga diketahui mengirimkan sekitar 300 pelajar Mesir ke Eropa, terutama Paris, untuk menempuh pendidikan.

4. Kampanye Militer

Sejak menjabat sebagai gubernur, pemikiran Muhammad Ali Pasha adalah untuk mendirikan militer bergaya Eropa. Ia pun menggunakan beberapa strategi baru untuk memastikan keberhasilan angkatan militernya. Salah satunya dengan mengisolasi tentara baru dari lingkungannya ke barak-barak militer. Di tempat itulah, para calon tentara diawasi dengan ketat dan diberi hukuman untuk mendisiplinkan mereka. Bahkan para prajurit akan diberi nomor untuk memastikan mereka melakukan tugasnya. Setelah itu, pasukan Muhammad Ali dikerahkan untuk melakukan kampanye militer ke Arab, Sudan, Yunani, bertempur melawan pasukan Ottoman, dan menaklukkan Suriah.

Wafat

Memasuki tahun 1843, kondisi kesehatan Muhammad Ali Pasha sudah tidak prima seperti sedia kala. Ia diketahui memiliki kecenderungan paranoia dan menjadi pelupa. Kesehatannya pun semakin menurun setelah putranya, Ibrahim, juga jatuh sakit dan kondisinya terus memburuk. Setelah Ibrahim meninggal, kondisi Muhammad Ali semakin parah dan akhirnya meninggal pada 2 Agustus 1849. Jenazahnya dikebumikan di sebuah masjid megah di Benteng Kairo.

Peninggalan

Muhammad Ali Pasha dianggap sebagai Bapak Mesir Modern karena telah berhasil mengubah Mesir menjadi negara yang jauh lebih modern. Selain berupaya menetapkan keturunannya sebagai penguasa Mesir dan Sudan selama hampir 150 tahun, ia juga menjadikan Mesir sebagai negara merdeka secara de facto. Salah satu peninggalan spektakuler Muhammad Ali Pasha yang berpengaruh terhadap perekonomian di Mesir adalah pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan Alexandria dengan sungai Nil. Meskipun dalam pembangunan tersebut, ia harus melakukan penggalian yang mengarahkan kurang lebih 100.000 petani Mesir.

2. Jamaluddin al-Afghani

Sumber : https://images.app.goo.gl/8Bz91SGBkfpoLhE9A
Sumber : https://images.app.goo.gl/8Bz91SGBkfpoLhE9A

Biografi Jamaluddin al-Afghani

Nama asli Jamaludin al-Afghani adalah Sayyid Muhammad bin Safdar al-Husain. Ia adalah putra dari Sayyid Safdar yang lahir pada 1838 dan wafat pada 1897. Jamaluddin al-Afghani masih keturunan Rasulullah SAW, melalui Husein bin Ali bin Abi Thalib. Tanah kelahiran Jamaludin al-Afghani adalah Asadabad, Afghanistan, tetapi sebagian peneliti sejarah meyakini bahwa ia lahir di Asadabad, Iran.

Terlepas dari perbedaan asal-usulnya, yang pasti ia memegang peranan penting dalam gerakan politik Islam modern. Ia dikenal luas di dunia Islam Sunni dan Syiah serta memiliki pengaruh yang besar karena perhatiannya terhadap kolonialisme bangsa-bangsa Barat dan absolutisme penguasa-penguasa muslim.

Sejak kecil, Jamaluddin telah menekuni berbagai cabang ilmu keislaman, seperti tafsir, hadis, tasawuf, dan filsafat Islam, serta belajar bahasa Arab dan Persia. Ketika remaja, ia mulai belajar filsafat dan ilmu eksakta menurut sistem pelajaran Eropa modern dari tokoh-tokoh ulama, seperti Syekh Murtadha Anshari, Mulla Husein al-Hamadi, Sayyid Ahmad Teherani, dan Sayyid Habbubi. Kemudian ketika beranjak 18 tahun, ia mulai bertolak ke India lalu ke Mekkah dan kembali ke Afghanistan.

Pada masa pemerintahan Muhammad Azham Khan, Jamaluddin diangkat menjadi perdana menteri. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena campur tangan Inggris dalam urusan politik di Afghanistan. Jamaluddin memilih bertolak kembali ke India dan Mekkah pada 1869 demi menghindari pengaruh buruk yang mungkin menimpanya. Perjalanannya ke Mekkah untuk kedua kalinya ini menjadi awal dari keterlibatannya dalam kegiatan politik Islam internasional.

Pemikiran Jamaluddin al-Afghani

Menurut Al-Afghani, ilmu pengetahuan modern dapat diperlukan untuk memperkuat umat Islam. Ketika ia pindah ke Mesir, ia semakin aktif dalam berdialog dan menyebarkan ide pembaruan Islam.

Ide-idenya berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan, filsafat, dan kritik terhadap imperialisme. Selama di Mesir, ia juga berkenalan dengan tokoh-tokoh reformis lainnya yang berbagi semangat untuk kebangkitan Islam melalui pendidikan dan reformasi sosial.

Pemikiran Jamaludin Al-Afghani sangat berpengaruh dalam mendorong pembaruan Islam. Pemikirannya juga memperkuat umat Islam menghadapi kolonialisme Barat.
Ia melihat sains dan Islam sebagai sesuatu yang kompatibel. Ia juga berpendapat bahwa umat Islam harus menguasai ilmu pengetahuan modern agar mampu bersaing dengan kekuatan Barat dan memperoleh kemandirian politik serta sosial.

Ide Pembaharuan Jamaluddin al-Afghani

1. Menggerakkan rakyat supaya mengadakan revolusi

Dalam pengalamannya melakukan kunjungan ke berbagai negara Islam, Jamaluddin melihat kenyataan bahwa dunia Islam didominasi oleh pemerintahan yang otokrasi dan absolut. Para penguasa dunia Islam menjalankan kekuasaannya sebagaimana kehendak mereka tanpa terikat pada konstitusi. Untuk membangun pemerintahan yang bersih, maka rakyat harus mengadakan revolusi guna menentang kesewenang-wenangan penguasa mereka.

2. Memperbaiki akidah umat Islam Jamaluddin berusaha memperbaiki akidah umat yang telah terkontaminasi dengan mengembalikan mereka ke sistem kepercayaan (akidah) Islam yang benar. Menurutnya, penyimpangan dari akidah Islam membuat umat tidak mampu menjadi manusia yang terhormat. Untuk mencapai pembaharuan ini, umat Islam harus dibersihkan dari kepercayaan takhayul, rukun iman harus menjadi pandangan hidup, memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan disiplin.

3. Pan Islamisme

Salah satu ide pembaharuan Jamaluddin yang paling populer adalah Pan Islamisme. Yang dimaksud Pan Islamisme yang digagas Jamaluddin adalah sebuah gerakan untuk menyatukan umat muslim dan membangun dunia Islam di bawah satu pemerintahan untuk melawan kekuatan asing (bangsa Barat). Menurutnya, sumber kelemahan dunia Islam adalah lemahnya solidaritas. Apabila umat Islam mau bersatu dan menghadapinya, bangsa Barat tidak lebih kuat dari mereka.

Di dalam wadah Pan Islamisme, tidak berarti bahwa negara-negara Islam harus melebur ke dalam satu pemerintahan tunggal seperti khalifah. Pan Islamisme lebih berbentuk solidaritas seluruh dunia Islam untuk merasakan senasib sepenanggungan melawan penjajah. Dari aktivitas dan gagasannya, Jamaluddin dapat dikatakan sebagai orang pertama dalam era modern Islam yang menyadari bahaya penetrasi Barat dan perpecahan dunia Islam.

3. Muhammad Abduh

Sumber : https://images.app.goo.gl/sejQ3hTXGj1ReSSY6
Sumber : https://images.app.goo.gl/sejQ3hTXGj1ReSSY6

Biografi Muhammad Abduh

Muhammad Abduh lahir pada 1266 H/ 1850 M di Mahallat Nashr, Bukhaira, Mesir. Nama lengkapnya Muhammad Abduh bin Hasan Khairullah. Muhammad Abduh berasal dari keluarga kebanyakan, tidak kaya ataupun keturunan bangsawan.

Ayahnya adalah seorang petani. Ketika saudara-saudaranya dititahkan menggeluti usaha pertanian, Abduh justru ditugaskan untuk terus menuntut ilmu. Mungkin pilihan itu sekadar kebetulan. Namun, bisa jadi hal itu karena Muhammad Abduh sangat dicintai orang tuanya.

Muhammad Abduh adalah seorang pemikir, teolog, dan pembaru dalam Islam di Mesir yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kapan dan di mana Muhammad Abduh lahir tidak diketahui secara pasti, karena ibu bapaknya adalah orang desa biasa yang tidak mementingkan tanggal dan tempat lahir anak-anaknya.

Muhammad Abduh disuruh belajar menulis dan membaca, setelah mahir Muhammad Abduh diserahkan kepada satu guru untuk dilatih menghafal Al-Qur'an. Hanya dalam masa dua tahun, Muhammad Abduh dapat menghafal Al-Qur'an secara keseluruhan.

Riwayat Pendidikan Muhammad Abduh

Muhammad Abduh memulai pendidikannya dengan belajar menulis dan membaca di rumahnya sendiri. Pada usia 12 tahun, Muhammad Abduh sudah menghafal Al-Qur'an. Pada tahun 1863, Muhammad Abduh dikirim oleh orang tuanya ke Thanta untuk belajar agama. Setelah satu tahun berjalan, Abduh merasa bahwa tidak mendapat sesuatu. Kegelisahan itu mendorongnya untuk menikah pada tahun 1986.

Namun, empat puluh hari setelahnya, Muhammad Abduh dipaksa ayahnya untuk kembali belajar ke Thanta. Abduh pun menaatinya. Dalam perjalanannya yang panas dengan terik matahari itu, Muhammad Abduh memutuskan mampir ke Desa Kanisah Kurin, tempat tinggal kaum kerabat dari pihak ayahnya.

Salah satunya seorang tokoh, yakni Syeikh Darwisy Khadr, seorang alim yang melakukan banyak perjalanan ke luar Mesir untuk belajar berbagai ilmu agama Islam. Muhammad Abduh mempunyai perhatian besar terhadap bidang ilmu Tafsir Al-Qur'an, dan hafal beberapa kitab penting seperti al-Muwatta dan kitab-kitab hadis lainnya. Selama hampir dua minggu inilah, perubahan besar terjadi dalam diri Abduh. Berkat pemahaman, inspirasi dan motivasi Darwisy Khadr, Abduh kembali tertarik membaca buku.

Pada bulan Syawal 1282 H, bertepatan dengan bulan Februari 1866 M, Muhammad Abduh pindah ke Al-Azhar. Keadaan al-Azhar saat pertama kali dikunjungi Abduh masih dalam kondisi terbelakang dan Jumud. Selama sebelas tahun belajar di Al-Azhar, pada tahun 1877 Abduh harus menempuh ujian untuk mencapai gelar al-alim (syahadat al-alimiyah). Dengan predikat al-alim itu, maka Abduh berwenang untuk mengajar di Al- Azhar.

Selain di sana, Muhammad Abduh juga mengajar di Dar al-Ulum dan dirumahnya sendiri. Majelis yang diajarkannya bisa dikatakan selalu dibanjiri mahasiswa dan ilmu- ilmu yang diajarkan antara lain meliputi bidang teologi, filsafat, dan logika.

Pemikiran Muhammad Abduh

Melihat masalah-masalah yang ada saat itu, Muhammad Abduh berdedikasi untuk mereformasi semua aspek masyarakat Mesir lewat pendidikan. Ia berpendapat masalah-masalah itu muncul karena kurangnya pengetahuan umat Muslim pada saat itu mengenai ajaran Islam yang sesungguhnya. Oleh karena itu, Muhammad Abduh mendukung pendidikan agama yang baik, yang dipercaya dapat memperkuat moral anak, dan pendidikan ilmiah. Selain itu, Muhammad Abduh juga ingin membangkitkan semangat nasionalisme yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Ia juga menulis beberapa artikel yang mengulas tentang korupsi. Berikut ini beberapa gerakan pembaruan yang dilakukan oleh Muhammad Abduh:

1. Mendirikan majalah Ar-Urwatul Wusqa bersama rekannya

2. Jamaluddin al-Afghani Mengajak umat Islam untuk kembali pada ajaran Islam sejati

3. Ajaran kemasyarakatan dalam Islam disesuaikan dengan zaman

4. Menghapus taklid dan menumbuhkan ijtihad (sumber hukum setelah Al Quran dan hadis)

5. Menghendaki akal dan waktu

Pokok-pokok gagasan pembaruan Muhammad Abduh juga bisa dilihat dari karya-karyanya, seperti:

- Risalah al-Waridat

- Hasyiyah Ala Syarh Al-Dawwani Lil Aqaid Al-Adhudiyah

- Nahj Balaghah

- Risalah Tauhid

- Tafsir Al-Manar

- Al-Islam Baina al-Ilm wa al-Madaniyah

Maka dari itu, Muhammad Abduh dipandang sebagai salah satu pelopor gerakan modernisasi Islam di Mesir.

Akhir Hidup Muhammad Abduh

Muhammad Abduh wafat pada tanggal 11 Juli 1905 ketika kariernya berada dipuncak. Muhammad Abduh diangkat sebagai mufti kerajaan Mesir. Abduh meninggal pada usia yang relatif belum terlalu tua.

Seluruh dunia meratapi akan kepergian ulama besar ini, bukan saja karena ikatan emosional sebagai sesama muslim, tetapi orang-orang yang non-muslim pun ikut meratapi kepergian Muhammad Abduh. Pembaharuan Abduh tidak hanya sekadar dalam masalah yang berhubungan langsung dengan pendidikan saja.

Bahkan prasarana untuk mencapai ke arah itu juga disempurnakan. Berbagai macam ilmu pengetahuan yang selama ini dianak tirikan dimasukkan ke dalam kurikulum di Al-Azhar.

4. Muhammad Rasyid Ridha

Sumber : https://images.app.goo.gl/g6QKYGeFCdSTe1eK7
Sumber : https://images.app.goo.gl/g6QKYGeFCdSTe1eK7

Rasyid Ridha memiliki nama lengkap yakni Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al-Qalmuni Al-Husaini. Gelarnya adalah Sayyid, sehingga Rasyid Ridha biasa dipanggil Sayyid Muhammad Rasyid Ridha.

Rasyid Ridha dilahirkan di sebuah daerah bernama Qalamun yang terletak tidak jauh dari Kota Tripoli, Lebanon. Kelahirannya bertepatan dengan 27 Jumadil Awal 1282 H, yang dalam kalender Masehi bertepatan dengan tanggal 23 September 1865M.

Di tempat kelahirannya Qalamu, Rasyid Ridha mulai belajar membaca dan menulis serta selanjutnya menuntut ilmu di Tripoli pada al-Syaikh Mahmud Nasyabat. Ia berhenti sebagai pelajar sebelum memperoleh ijazah keguruan, karena orang tuanya berkeinginan keras agar Rasyid Ridha bekerja di kantor pemerintahan dan membantunya dalam penyelesaian berbagai pekerjaan yang berkaitan dengan pemerintahan dan orang banyak.

Riwayat Pendidikan Muhammad Rasyid Ridha

Semasa kecil, Rasyid Ridha dimasukkan ke madrasah tradisional di Al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung, dan membaca Al-Qur'an. Di tahun 1882, ia meneruskan pejaran di Al-Madrasah A-Wataniah Al-Islamiah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Di madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki dan Perancis dan disamping pengetahuan-pengetahuan agama juga ada pengetahuan-pengetahuan modern. Rasyid Ridha meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agaram yang ada di Tripoli. Tetapi dalam pada itu hubungan dengan al-Syaikh Husain al-Jisr berjalan terus dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa muda.

Selanjutnya ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh melalui majalah Al-Urwah al-Wustqa. Pemikiran-pemikiran pembaruan yang ia peroleh dari al-Syaikh Husain al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide al-Afghani dan Muhammad Abduh amat memengaruhi jiwanya.

Rasyid Ridha mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaruan itu ketika masih berada di Suria, tetapi usahanya mendapat tantangan dari pihak Kerajaan Usmani. Ia merasa terikat dan tidak bebas dan oleh karena itu memutuskan pindah ke Mesir, Muhammad Abduh. Pada bulan Januari 1898 ia sampai di negeri gurunya ini.

Beberapa bulan kemudian ia mulai menerbitkan majalah yang termasyhur, yang diberi judul Al-Manar. Di dalam nomor pertama dijelaskan bahwa tujuan Al-Manar sama dengan tujuan Al-Urwah Al-Wustqa, antara lain, mengadakan pembaruan dalam bidang agama, sosial dan ekonomi, memberantas takhayul dan bid'ah-bid'ah yang masuk ke dalam tubuh Islam, menghilang kan paham fatalisme yang terdapat dalam kalangan umat Islam, serta pahan-paham salah yang dibawa tarekat-tarekat tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik negara-negara barat. Tetapi, selain dari ide-ide, Al-Manar juga mengandung artikel-artikel yang dikarang Muhammad Abduh sendiri. Demikian juga tulisan pengarang-pengarang lain.

Ide-Ide Pemikiran Muhammad Rasyid Ridha

Adapun beberapa ide-ide pemikiran dari Rasyid Ridha tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut ini:

1. Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.

2. Umat Islam harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum Jabariyah.

3. Umat Islam menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.

4. Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan prinsip umum.

5. Kemunduran umat Islam disebabkan banyaknya unsur bid'ahdan khurafat yang masuk ke dalam ajaran Islam.

6. Kebahagiaan dunia dan akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah Swt.

7. Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.

8. Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam menerapkan prinsip hukum Islam sesuai dengan tuntutan zaman.

9. Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik.

Karya-Karya Muhammad Rasyid Ridha

1. Majalah Al-Manar

Majalah ini merupakan sebuah jurnal yang diterbitkan di Kairo, Mesir dan pernah dipimpin Syekh Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935), murid dan kolega Syekh Muhammad Ridha (1849-1905). Jurnal al-Manar terbit secara teratur antara 1898-1935, yang berisi corong bagi seruan kepada umat Islam untuk melakukan pembaruan dalam rangka menggapai kembali kebangkitan Islam.

2. Tafsir Al-Qur'an Al-Hakim (Tafsir Al-Manar)

Tafsir ini merupakan kumpulan dari majalah Al-Manar yang dibukukan. Tafsir ini berisi tentang pemikiran-pemikiran Rasyid Ridha tentang pembaruan dalam Islam. Maksud dari penulisan tafsir ini adalah untuk mengembalikan kejayaan Islam yang telah diraih oleh generasi terdahulu, serta untuk membersihkan Al-Qur'an dari hal-hal bid'ah.

3. Al-Fatawa sebanyak 6 jilid

4. Tarikh Al-Ustadz Al-Imama Asy-Syaikh 'Ridha

Buku ini berisi tentang sejarah hidup Imam Syaikh Muhammad Ridha.mulai dari beliau lahir, pendidikanya, penulisan Al-Manar sampai beliau wafat.

5. Muhammad Iqbal

Sumber : https://images.app.goo.gl/rDZ2X2YkFQPWDPbQA
Sumber : https://images.app.goo.gl/rDZ2X2YkFQPWDPbQA

Biografi Muhammad Iqbal

Muhammad Iqbal adalah seorang penyair, politisi, dan filsuf besar abad ke-20 yang lahir di Sialkot, Punjab, India (sekarang Pakistan) pada 9 November 1877. Ia dikenal juga sebagai Allama Iqbal, yang berarti "sarjana besar" dalam bahasa Urdu. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sejarah sastra Urdu dan Persia, dengan karya-karya sastra yang ditulis baik dalam bahasa Urdu maupun Persia. Ia juga dihormati sebagai "penyair nasional" Pakistan dan "pemikir filosofis Muslim pada masa modern".

Iqbal berasal dari keluarga sederhana yang taat beragama. Ayahnya adalah seorang pedagang kecil yang mendorong anaknya untuk menghafal Al-Quran dan belajar ilmu agama. Iqbal menempuh pendidikan dasar dan menengah di Sialkot, kemudian melanjutkan studi di Lahore, di mana ia mendapatkan gelar sarjana dalam bidang filsafat, bahasa Inggris, dan sastra Arab pada tahun 1899. Ia juga aktif dalam kegiatan sastra dan menjadi anggota Anjuman-e-Himayat-e-Islam, sebuah organisasi sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan umat Islam.

Pada tahun 1905, Iqbal mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi ke Eropa. Ia belajar hukum di Trinity College, Cambridge, dan mendapatkan gelar Bachelor of Arts pada tahun 1906. Ia juga belajar filsafat di Universitas Munich, Jerman, dan mendapatkan gelar doktor pada tahun 1908 dengan disertasi berjudul The Development of Metaphysics in Persia. Selama di Eropa, Iqbal terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran filsuf Barat seperti Aristoteles, Goethe, dan Nietzsche, serta penyair-penyair Persia seperti Rumi dan Hafiz.

Setelah kembali ke India pada tahun 1908, Iqbal bekerja sebagai pengacara di Lahore selama beberapa tahun. Ia juga mengajar filsafat di Government College Lahore dan menjadi profesor tamu di Universitas Punjab. Selain itu, ia terus menulis puisi-puisi dalam bahasa Urdu dan Persia yang mengungkapkan pandangan-pandangannya tentang Islam, budaya, politik, dan nasionalisme. Beberapa karya sastranya yang terkenal antara lain Asrar-e-Khudi (Rahasia Diri), Rumuz-e-Bekhudi (Simbol-simbol Kehilangan Diri), Payam-e-Mashriq (Pesan dari Timur), Zabur-e-Ajam (Mazmur Persia), Bang-e-Dara (Seruan Drum), Bal-e-Jibril (Sayap Jibril), Zarb-e-Kalim (Pukulan Kalim), dan Armughan-e-Hijaz (Hadiah dari Hijaz).

Iqbal tidak hanya seorang penyair dan filsuf, tetapi juga seorang politisi yang berperan penting dalam gerakan kemerdekaan India dari penjajahan Inggris. Ia menjadi anggota Liga Muslim India cabang London pada tahun 1906 dan cabang Lahore pada tahun 1926. Ia juga menjadi anggota Majelis Legislatif Punjab dari tahun 1926 hingga 1929. Pada tahun 1930, ia menyampaikan pidato kepresidenannya di sesi Liga Muslim India di Allahabad, di mana ia mengusulkan gagasan pembentukan sebuah negara Muslim terpisah di India Barat Laut. Gagasan ini kemudian dikenal sebagai Teori Dua Negara yang menjadi dasar bagi berdirinya Pakistan pada tahun 1947.

Iqbal meninggal dunia pada 21 April 1938 di Lahore akibat penyakit jantung. Ia dimakamkan di dekat Masjid Badshahi dengan upacara kenegaraan. Ia meninggalkan warisan berupa pemikiran-pemikiran yang menginspirasi banyak generasi Muslim di seluruh dunia. Ia dikenang sebagai Shair-e-Mashriq (Penyair dari Timur), Mufakkir-e-Pakistan (Pemikir Pakistan), dan Hakeem-ul-Ummat (Bijaksana Umat).

Ide-Ide Pemikiran Muhammad Iqbal

Berikut ini yang termasuk pemikiran Muhammad Iqbal tentang Pembaruan Islam :

1. Pandangan tentang Hadits, dalam memandang suatu hadits perlu dilihat secara kontekstual tidak hanya berdasarkan tekstual saja.

2. Pandangan dalam Ijtihad, dia menganggap kemunduruan umat islam disebabkan dalam cara berpikirnya yang terlalu jumud dan memaknai secara mentah-mentah nash yang mana harus ada pembaharuan yaitu dengan memahami nash kemudian membenturkannya dengan permasalahan modern saat ini sehingga dapat memunculkan solusi yang lebih relevan dijaman modern ini.

3. Menurutnya Hukum islam tidak bersifat statis, sangat mungkin untuk diubah dengan mengikuti perkembangan zaman.

4. Pola pikir tentang hidup zuhud menurutnya dapat menurunkan perhatian terhadap masalah sosial kemasyarakat yang menyangkut kehidupan masyarakat luas atau banyak umat harusnya ini masalah sosial yang lebih didahulukan.

5. Menggabungkan ilmu kalam, tasawuf, falsafah, ilmu sosial dan sastra dalam memahami ajaran islam.

6. Dinamisme islam, yaitu dorongannya terhadap umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun