Mohon tunggu...
Luqman Aryowidi
Luqman Aryowidi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Just a passionate geek

Video Game, Comics, Movie, Football and Pro Wrestling Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola dan Komunitas, Arena Gladiator Modern

7 September 2018   18:57 Diperbarui: 7 September 2018   19:13 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

-Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mencari tahu mengapa Sepak Bola Eropa, terutama para komunitas dan fansnya, menjadi satu kesatuan akibat faktor historis.Juga ingin mengeksplorasi mengapa pertandingan besar atau Derby Day mengandung isu kebencian antar fans dengan fans lainnya.

Sebagai salah satu pecinta dan memiliki semangat tinggi dengan dunia sepak bola, memang saya sadari ketika memasuki stadion dan permainan dimulai, sisi liar saya seakan tidak bisa dibendung, dikontrol, pokoknya saya menjadi orang yang berbeda karena terbawa semangat dan atmosfir stadion yang sungguh membara. 

Namun saya sendiri masih bisa tahu diri, mana aksi yang masih diterima oleh masyarakat umum dan mana tidak. Terkadang banyak berita yang menyebarkan aksi fanatik fans sepak bola akhirnya terkadang membuat citra semua fans menjadi buruk, kampungan, tidak ada moral atau beradab, tapi saya akui ada beberapa atau sekelompok yang sangatlah fanatik sampai berurusan dengan pihak keamanan seperti polisi, tapi sekali lagi saya tidak ingin menulis tentang aksi-aksi mereka semata, saya ingin mengapa ?? 

Langsung saja... Mengapa saya kasih judul sepak bola dan komunitas :arena gladiator baru ?? alasan pertanyaan yang saya selalu pikirkan karena.. jika melihat para aksi fansnya... mereka seakan menjadi "tentara mental", bernyanyi, yel-yel dukungan atau hujatan untuk musuh, koreografi, banner dan flare menjadi senjata utamanya. Bagi para fans dan komunitasnya, ini adalah tugas mereka sebagai pendukung dan sifatnya sangatlah wajib.Akan tetapi, terkadang banyak hujata, banner atau koreografi mengandung unsur kebencian, dan itu bisa dilihat di kiblatnya pecinta Sepak Bola, yaitu Eropa. Disini saya akan mengambil beberapa contoh, yang dimana unsur kebencian itu mengandung kelas sosial, politik hingga agama atau kepercayaan.

Yang pertama saya akan bahas isu kebencian akibat faktor kelas sosial, dengan contoh klub AC Milan dan Internazionale, atau dikenal Inter dengan istilah Derby Della Madoninna. Istilah pertandingan antar kedua tim tersebut bukan hanya sekedar pertandingan antar klub di kota yang sama dengan mempertaruhkan kebanggaan klub masing-masing, namun menjadi simbol representatif kelas sosial. Pada awal pembentukan klub AC Milan, memiliki kebijakan ketat terkait pemain, yaitu para pemainnya adalah asli warga Italia, meskipun salah satu tokoh yang membentuk klub tersebut berasal dari Inggris. 

Seiring berjalannya waktu, beberapa petinggi dalam klub tersebut merasa tidak suka dengan kebijakan pemain yang mengharuskan pemain asli Italia, bukan pemain asing. Para petinggi yang keluar dan memisahkan dari Ac Milan akhirnya membentuk Internazionale Milan, dan sesuai namanya, ingin menjadi klub elit dengan beberapa talenta asing. Hal tersebut memunculkan identitas masing klub-klub, dimana Inter menjadi simbol kelompok atau golongan elit Milan, sedangkan AC Milan menjadi simbol kelas pekerja Milan. 

Hal tersebut disebabkan karena efek masing-masing kebijakan klub terkait pemain, yang dimana Inter ingin menjadi salah satu klub elit dengan mendatangkan pemain Internasional, yang berarti butuh usaha dan dana yang cukup besar untuk menarik talenta asing, sedangkan Ac Milan yang mengandalkan Homegrown Player dan tidak butuh dana besar untuk menarik pemain.  Hal ini bisa disimpulkan jika kedua klub bertanding, bukan hanya sekedar "siapa yang menguasai Milan ?", tetapi kelompok atau golongan mana yang mempresentasikan karakter kota Milan atau golongan mana yang membentuk kota Milan.

Yang kedua adalah politik, dengan contoh salah satu pertandingan yang banyak ditonton oleh banyak masyarakat di dunia ini,El Classico.  El Classico, yang mempertemukan dua klub eropa raksasa, Real Madrid dan FC Barcelona. Isu kebencian yang berbau politik sangatlah jelas jika bermain di kandang FC Barcelona, Camp Nou. Warna merah dan oranye saat menjadi mozaik bukan hanya sekedar warna klub, namun itu warna dari identitas masyarakat Katalan, Senyera. Konflik kedua klub pada umumnya sudah diketahui oleh banyak pecinta bola, namun saya ingin mencoba memperdalam tentang sejarah-hingga era modern. 

Faktor sejarah akibat dari peraturan ketat dari diktator Spanyol, yaitu Jendral Fransico Franco. Identitas masyarakat Katalonia sangatlah kuat dan bangga menjadi masyarakat Katalan, dan saat era Jendral Franco, demi menyatukan bangsa Spanyol menjadi satu kesatuan, harus ada beberapa nilai-nilai yang harus diganti, dan masyarakat Katalonia tidak suka dengan sikap Jendral Franco. 

Salah satu sikap agresif Jendral Franco yang memberikan dampak trauma terhadap Katalonia adalah melarang hal-hal yang mengandung nilai dan budaya yang bersangkutan dengan kebudayaan Katalonia. Meskipun sekarang wilayah Katalonia memperoleh wilayah otonomi, kebijakan pemerintah Spanyol masih memberatkan wilayah tersebut, salah satunya dari faktor ekonomi, yang dimana salah satu pendapatan negara tetinggi negara tersebut berasal dari Katalonia. 

Kebencian masyarakat Katalonia terhadap pemerintah Spanyol sampai sekarang masih intens, bisa dilihat para aksi fans Fc Barcelona saat final Copa Del Rey beberapa tahun belakang, selalu menghasut atau memaki saat lagu kebangsaan Spanyol dimainkan, atau saat pertandingan El Classico bukan hanya mengibarkan bendera Senyara, spanduk atau banner Catalan is not Spain dipajang sepanjang permainan tersebut.

Contoh yang terakhir faktor kebencian berbasi agama atau kepercayaan melihat dari pertandingan di liga Skotlandia, Old Firm Derby. Pertandingan yang mempertemukan rival satu kota Celtic Fc dan Rangers Fc di kota Glasgow. Pertandingan ini sangatlah mencolok dengan identitas masing-masing klub dan hampir mustahil menjelaskan pengaruh komunitas atau fansnya terhadap awal terbentuk dan kebijakan klubnya hanya melihat dari satu faktor ini karena sudah bergerak bukan hanya lagi tentang agama atau kepercayaan, sudah merambat ke faktor sosial dan politik, namun tetap saja awal mula rivalitas ini terbentuk dari agama atau kepercayaan. 

Celtic Fc dibentuk oleh Brother Walfrid yang pada awalnya untuk membantu perekonomian yang digunakan oleh komunitas Irish Katolik dan Rangers Fc dibentuk oleh sekelompok pemuda lokal, namun tokoh yang sangat berpengaruh besar adalah John Ure Primrose, seorang elit politik yang anti Irish dan anti Katolik, sehingga menjadi penyokong klub tersebut, membuat Rangers Fc sebagai salah satu pusat komunitas Protestan.  Identitas masing-masing klub sempat membuat kebijakan terkait transfer pemain, Celtic Fc hanya membeli pemain keturunan Irish dan Katolik, sedangkan Rangers Fc kebalikannya, protestan dan warga Britania Raya seperti Skotlandia atau Inggris. 

Salah satu peristiwa yang menyebabkan kekacauan besar adalah Hampden Park Riot tahun 1980, pertandingan final piala FA Skotlandia yang mempertemukan kedua klub tersebut berakhir dengan bentrokan antar fans,yang menyebabkan Asosiasi Sepak Bola Skotlandia dan pemerintah Skotland membuat aturan yang sangat ketat untuk semua klub profesional. 

Identitas yang mewakili kedua klub tersebut selalu diperlihatkan sampai mengandung konten sensitif, fans Celtic Fc mengibarkan bendera Irlandia dan simbol Irish-Catholic dan menghasut fans Rangers Fc dengan ejekan yang berbau politik dan monarki, fans Rangers Fc sebaliknya mengibarkan bendera dengan warna khas Britania Raya atau Union Jack dan juga menghasut fans Celtic Fc sebagai kumpulan simpatisan militan IRA, Irish Republican Army.

Tidak semua klub sepak bola dibentuk karena beberapa faktor tersebut, namun tiga contoh tersebut sepertinya sudah membawa level persaingan, kebanggan, ego klub sepak bola ke sesuatu yang berbeda. Pertandingan bukan hanya lagi sekedar kebanggaan suatu kota atau klub mana yang menjadi ciri khas kota tersebut, melainkan sudah seperti pertandingan hidup dan mati, menjadikan stadion sebagai arena pembantaian secara mental. Slogan, banner, spanduk dan mosaik menjadi senjata mereka selama 90 menit, suara fans menjadi amunisi yang tidak ada habisnya bagi tuan rumah sedangkan siulan dan ejekan bagaikan ranjau bagi tim tamu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun