Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rupiahku Sayang, Tempeku Malang

8 September 2018   21:37 Diperbarui: 8 September 2018   21:59 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok : ratuorganik.com

" Lihatlah harga kebutuhan pokok, makin mahal " teriak mereka

" hhoohh...hhoohh " sambung ibu yang lain

" Sampai - sampai ukuran tempe setipis kartu ATM " curhat si Bapak

" Semua karena merosotnya nilai Rupiah terhadap Dollar " celoteh si Tante branded

Aku si Rupiah, rupaku tak semenarik si Dollar. Aku lecek, aku kusam. Namun satu hal yang kutahu aku selalu bisa menyesuaikan diri. Saat mereka mengatakan aku melemah, nyatanya aku tetap bisa mengepulkan dapur si kuli bangunan. Aku memang kurang bergengsi, ketika mereka ingin berlibur di Maldives. Namun yang terpenting keberadaanku masih bisa untuk mengganjal perut kosong si pemulung. Aku mungkin cuma bisa memberi mereka makan tempe dan bukan steak. Aku cuma bisa membeli pakaian di Tanah Abang dan bukan di Plaza Indonesia. Aku hadir untuk selalu mencukupi bukan untuk melebihkan. 

Mereka berteriak karena si Dollar menguat atas aku, sehingga harga kebutuhan hidup semakin mahal. Ingin aku jelaskan pada mereka bahwa yang mahal adalah gaya hidup dan gengsi mereka. Lihatlah mereka lebih senang minum kopi di kafe dibanding kopi hitam buatan emak di dapur yang mengepul, ubi rebus yang kalah keren terhadap roti isi untuk sarapan mereka, tas - tas dan pakaian mereka harus bermerek ternama, liburan ke luar negeri padahal orang dari luar negeri mengagumi negeri kita, dan satu hal lagi yang paling bikin heran, untuk beli paket data hingga seratus ribu mereka tak pikir panjang yang penting tetap bisa eksis di media sosial. 

Tetapi ketika harga kebutuhan pokok naik mereka berteriak seakan - akan dunia mau kiamat. Padahal nyatanya harga tempe masih tetap di lima ribu rupiah per dua papan/bungkus. Dan ukurannya masih tetap tebal tidak setipis kartu ATM. " Kalau tempenya tipis itu sih namanya tempe goreng Pak, Itu loh yang dijual tukang gorengan itu". " Lagian, sesekali boleh dong kami para petani menikmati harga yang sesuai, agar hidup kami ngak melulu miskin". 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun