Membandingkan diri anak dalam urusan akhirat maka mutlak diperbolehkan, karena hal ini dapat membuat semangat ibadah terpacu. Seperti membandingkan diri dengan orang lain yang lebih rajin menjalankan shalat berjamaah.
Tetapi ketika  membandingkan diri dalam urusan duniawi, maka harus dicermati terlebih dulu. Jika sikap tersebut membuat kita semangat untuk meningkatkan kualitas diri maka boleh, bahkan dianjurkan. Seperti membandingkan diri dengan semangat belajar orang lain. Namun sebaliknya, jika hal demikian justru membuat kita kurang bersyukur atau timbul hasud, maka tidak boleh.
Adapun nilai negatif yang terjadi pada anak ketika dirinya dibanding-bandingkan adalah sebagai berikut :
Pertama terjadi keterhambatan dalam komunikasi dalam keluarga. Anak akan semakin menjauh dari orang tuanya. Karena orang tua suka membanding-bandingkan dalam satu keluarga seperti dengan kakak maupun adik, perbandingan ini dapat membuat anak berhenti melangkah dan takut untuk mencoba pada hal-hal yang baru. Â
Lebih jauh lagi, pertemuan dengan keluarga semakin canggung dan tidak harmonis, yang nantinya akan bisa menyebabkan gangguan perilaku dan tahapan perkembangan saat anak tumbuh dewasa.
Anak akan jauh dari orang tua, sehingga anak akan memiliki pemikiran  tidak mau  untuk menyenangkan hati orang tuanya. Karena kedua orang tuanya lebih suka dengan saudaranya  yang menjadi "tolok ukurnya."
Membanding-bandingkan dalam keluarga juga, akan memiliki dampak, menjadikan komunikasi dengan keluarga yang kurang sehat, muncul persaingan antar saudara.
Oleh karena itu, Psikologi membandingkan anak ini tentu harus dihindari agar keharmonisan antarsaudara tetap terjaga dan mereka tidak saling menjatuhkan ketika berkompetisi.
Kedua, yang terjadi pada anak sendiri akan menghambat talenta anak, dan dampaknya anak dapat kehilangan potensinya. Selanjutnya anak akan mudah marah dan mengalami  gangguan kecemasan. Untuk bersosialisasi dan komunikasi dengan lingkungan dan sekolah pun akan terganggu. Yang jelas ketika anak dibanding-bandingkan akan menurunkan harga diri anak sendiri.
Prinsip dasar orang tua membanding-bandingkan dengan yang lain adalah memiliki maksud tidak menjelekkan atau menjatuhkan anak, akan tetapi agar anak memiliki contoh yang baik, mau intropeksi diri sehingga ada keniatan untuk berubah dan menjadi anak yang lebih baik.
Setiap perilaku atau nasehat yang disampaikan orang pasti ada alasannya. Begitu pula dengan orang tua membanding-bandingkan anaknya dengan suadara maupun orang lain, juga memiliki alasan yang kuat. Bisa jadi karena sangat sayang pada anaknya, agar menjadi anak yang shalih maupun shalihah, berbakti sama orang tua, agama dan bangsa.