Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis salah satu usaha untuk mengikat ilmu. Aktifitas saya sebagai jurnalis warga menjadikan selalu untuk menulis berita. Begitu juga sebagai kontributor TVMU untuk wilayah Brebes, mesti menulis Naskah narasi berita. Jadi Menulislah...menulis...dan menulis...Salam Literasi

Kontributor TVMu untuk Kabupaten Brebes

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Muhammadiyah, Jalan Pilihan Gerakanku

29 Juli 2020   17:33 Diperbarui: 29 Juli 2020   17:30 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : suara muhammadiyah

Aku dilahirkan dari keluarga besar Nahdlatul Ulama, sejak kecil sudah rajin mengikuti pengajian Diba' ( satu paket dengan kiab Al Barzanji ), amaliyah ibadah sesuai dengan Ahlus sunnah wal Jama'ah  Nahdlatul Ulama. Sebelum dilanjutkan, tulisan ini tujuannya bukan untuk menjustify salah satu ormas tertentu, justru untuk melihat lebih luas keberagaman dan keindahan dalam perbedaan.

Ibu saya bernama Kholifah (Alm ), beliau lulusan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dan menempuh Aliyah di MMA Al Manaar Prambon Nganjuk, Bapakku Samsudin (Alm ) juga pengurus NU di Desa dan menjadi pimpinan Qosidah yang sudah malang melintang tampil dimana-mana setelah kemudian menjadi Lebe Desa. Mbah saya Muhadi ( Alm ) juga seorang lebe di desa lalu juru kunci makam yang rutin tiap hari menjadi imam tahlil, mbah putri saya Khomisah ( Alm ) juga aktif sejak menjadi fatayat sampai Muslimat NU dan keluarga Besar di Desa tempat tinggalnya 100% warga NU, kakaknya menjadi sesepuh NU dan kakaknya lagi menjadi salah satu pengasuh di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri sampai akhir hayatnya ( Mbah K.H. Khalimi Rohimahullahu Ta'ala ).

Nah..Penulis juga pernah mengikuti Makesta IPNU/IPPNU tahun 2000, lalu sering menjadi imam tahlil pada kegiatan jamiyah tahlil, rutin tiap pekan menghadiri pengajian IPNU/IPPNU. 

Penulis tidak sedang membanding-bandingkan dan membanggakan diri, namun merasakan ternyata pengalaman keberagaman dan silaturahmi tetap terjaga mesti beda pilihan. Keaktifan di berbagai kegiatan lain, mengenal berbagai perbendaharaan pemahaman dan analisa qoidah syariah membuka cakrawala memahami keragaman dan pemahaman Islam.

Dialog demi dialog sudah dijalani dan tentu dengan pilihan tanpa intimidasi atau paksaan, mencoba menimbang satu persatu berbagai pemahaman dan terus berkomunikasi dengan para ustadz yang siap membimbing dan memberikan asumsinya berdasarkan dalil - dalil yang ada.

Mungkin, tanpa sengaja akan aktif di Pengajian Pemuda Muhammadiyah, setelah bekerja di sebuah minimarket yang beberapa karyawannya aktif di kegiatan pengajian Muhammadiyah. Sebelumnya penulis mengalami aktif di berbagai kajian dari kajian Pelajar Islam Indonesia ( PII ), Majelis Mujahidin dan Salafi. Namun, kemudian menjatuhkan pilihannya kepada Muhammadiyah untuk menjadikannya sebuah gerakan atau jalan dakwah.

Sejak kecil sebelumnya sudah tidak asing dengan nama Muhammadiyah, namun dulu yang penulis tahu dari Muhammadiyah adalah, kalau ada keluarga yang meninggal tidak ditahlili, " kaya kucing saja, setelah dikubur ya sudah..." begitu kira-kira ucapan sinis yang keluar dari mulut penulis saat itu.  Padahal setelah ditelusuri dan dipahami, mereka juga punya dasar dan landasan sendiri dalam mengambil istimbath ( keputusan ) hukumnya. 

Apalagi ketika ada salah satu ustadz Muhammadiyah yang menyampaikan bahayanya syirik terkait menjadikan keris sebagai jimat. Dalam hati saya bergumam," Kamu ngerti apa...!!! Kalau niatnya baik dan yakin bahwa tidak ada daya dan kekuatan hanya milik Allah, ya tidak mengapa...." Gak usaha kebanyakan omong lu..."...Gumamku.

Perlahan penulis mencoba mengambil kesimpulan dan dengan hati yang jernih menyimpulkan, "Sudahlah..perbedaan itu indah, mereka punya pendapat seperti itu pasti ada dasarnya, termasuk kita juga pendapat lain. Yang terpenting silaturahmi tetap terjaga dan jangan lupa rajin beribadah".

Keaktifan penulis di Pemuda Muhammadiyah tingkat ranting sebagai koordinator bidang Dakwah, kemudian di tingkat Kabupaten sebagai anggota Bidang Dakwah Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah, berlanjut di tingkat Muhammadiyah sebagai anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik yang akhirnya aktif di Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah.

Dengan bekal jurnalistik yang berawal dilatih dan ditempa oleh senior di komunitas Celoteh Brebes Membangun mengantarkan Penulis suka menulis di media online, termasuk media milik Muhammadiyah seperti Suara Muhammadiyah, Sang Pencerah, PWM Jateng dan lainnya.  Qodarullah, penulis juga berkesempatan menjadi jurnalis Televisi di TVMU ( TV Muhammadiyah ) sebagai kontributor untuk wilayah Kabupaten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun