Kepikiran untuk mulai menulis lagi namun dipikir-pikir tampaknya bakal malas dan susah bangkitnya. Tidak terbiasa lagi karena tergantikan dengan habit lain yang pada akhirnya habit menulis ini tidak lagi muncul dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan bisa dihitung dengan jari atau menandai tanggal dalam kalender tentang berapa kali saya telah menulis utuh untuk satu artikel. Rasanya hambar sekali dan memalukan karena hanya sedikit. Sedangkan punya keinginan kuat untuk menjadi penulis yang baik. Menjadi penulis adalah salah satu cara yang saya pilih untuk menjadi orang yang bermanfaat dan abadi karyanya untuk khalayak masyarakat kini dan nanti.
Sudah menjadi sebuah alasan jika terus terulang kembali tanpa ada perubahan jika terus untuk ber-ALASAN. Memiliki alasan sebenarnya menjadi penghambat kita untuk memulai, memulai lagi. Menulis bersumber dari seberapa banyak seseorang itu membaca buku. Tetapi jika seseorang itu jarang membaca buku, mana ada ceritanya seseorang itu akan menjadi penulis. 'Kan jarang membaca gimana mau menjadi penulis. Karena membaca dan menulis adalah modal utama untuk menjadi penulis.
Permasalahan yang dihadapi untuk menulis adalah ada tidaknya rasa kemauan untuk menulis. Kemudian, hal yang terberat adalah melawan rasa malas. Malas bisa menyergap siapa saja sesuai jenis profesinya. Misalnya profesi pelajar maka malasnya adalah malas mengerjakan tugas, bikin laporan, presentasi dan lain-lain. Sedangkan profesi penulis tantangannya adalah malas untuk menulis, malas mencari ide, malas membuat outline, malas meluangkan waktu dan lain-lain. Terkadang suka menunggu waktu yang perfect  padahal sudah tahu bahwa menunggu dan mencari waktu yang pas justru akan menghambat dan terulang kembali terus-menerus.
Kebanyakan mikir pun tidak baik, seperti harus mempersiapkan ini dan itu, kalau ininya tidak ada maka tidak jalan. Akhirnya tidak mulai-mulai.
Melihat orang lain sudah mulai dan bahkan konsisten hingga sekarang, jika direnungkan maka sudah tertinggal sangat dari mereka. Kalah start. Bukan berarti tidak mampu, tetapi siapa yang kuat bertahan diatas gempuran-gempuran yang tadi. Seperti melawan rasa malas, memulai dengan tools seadanya, menulis ketika luang waktunya.
Solusi yang bisa dilakukan adalah meningkatkan rasa kemauan dan murni berkeinginan menulis untuk menyebarkan manfaat dan berkarya dalam menulis. Bukan karena ada pendapatan atau perlombaan. Yang harus kita lakukan adalah semangat dalam proses. Proses untuk menulis, bukan melihat bagaimana hasil akhirnya. Hasil akhir bisa didapatkan berkat kemampuan proses yang dimaksialk dengan baik.
Solusi yang kedua adalah membuat writing planning. Per harinya mau berapa halaman atau per minggu mau berapa artikel yang dibaut. Harus ada yang ditargetkan dan dipaksakan. Kalau tidak dipaksakan, yaa bagaimana mau untuk menulis. Maka harus dipaksakan dan dilaksanakan. Berambisi pun tidak salah dan justru membuat kita menjadi positif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI