Mohon tunggu...
Lucky Nugroho
Lucky Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Mercu Buana

Graduated Advanced Master in Microfinance from Solvay Brussels School of Economics and Management, Master Islamic Accounting from Padjajaran University, Master in Finance from Trisakti University and Bachelor of Economics in accounting from Islamic University of Indonesia. Beside as Practitioner in Islamic Bank as Business and Financial Senior Analyst, I also as a lecture in private university and guest lecture in public university.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekosistem Wisata Halal dan Daya Saing Pariwisata Indonesia

16 Januari 2017   09:20 Diperbarui: 16 Januari 2017   09:32 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terbakarnya kapal wisata Zahro Express di Muara Angke Jakarta yang menelan korban tewas sejumlah 23 orang wisatawan lokal dan pilot yang mengkonsumsi rokok tembakau gorila (ganja sintetis) sebelum terbang pada maskapai penerbangan lokal diawal tahun 2017 sudah seharusnya menjadi catatan penting bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) di sektor pariwisata untuk terus melakukan perbaikan dan revitalisasi pada seluruh sektor pendukung pariwisata di tahun 2017.

Peningkatan kualitas layanan di sektor pariwisata seharusnya sejalan dengan promosi yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata. Promises Branding “Wonderful Indonesia” secara besar-besaran di London di akhir tahun. 2016 yang ditempelkan di Black Cab Taxi sudah seharusnya menjadi komitmen bersama dari seluruh elemen dari ekosistem bisnis pada sektor pariwisata untuk menyediakan pelayanan yang berkualitas sehingga kejadian terbakarnya kapal wisata Zahro Express yang menyebabkan tewasnya sejumlah wisatawan tersebut dapat dihindari.

Potensi demografis dan geografis sangat mendukung Indonesia sebagai negara di ASEAN sebagai tujuan utama bagi wisatawan lokal dan internasional. Dari sisi demografis Indonesia merupakan negara peringkat ke empat di dunia dari sisi jumlah penduduk yang didukung dengan meningkatnya jumlah kalangan kelas menengah yang menyebabkan tumbuhnya wisatawan lokal serta Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia memiliki daya tarik sendiri bagi wisatawan manca negara pada umumnya dan wisatawan muslim manca negara pada khususnya untuk datang ke Indonesia.

Di sisi geografis Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 13.466 pulau yang menyebabkan bermacam-macam suku bangsa, budaya, dan tersebarnya pulau-pulau menjadi banyaknya variasi tujuan wisata.   Dengan meningkatnya tingkat persaingan pada saat ini, maka perlu adanya perubahan strategi untuk dapat meraih pasar dengan yang sebelumnya fokus pada product-oriented dan consumer-orientedmenjadi business ecosytem-oriented. Perlu diketahui berdasarkan The Travel & Tourism Competitiveness Index 2015 (The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015) saat ini Indonesia baru menduduki posisi ke 50, jauh di bawah negara ASEAN seperti Singapura (11), Malaysia (25) dan Thailand (35).

Untuk mengejar ketertinggalan tersebut tentu saja memerlukan kerja keras dan fokus dari seluruh pemangku kepentingan pariwisata yang meliputi Pemerintah, Pelaku Bisnis dan Masyarakat. Pemerintahan Jokowi-JK telah menetapkan beberapa sektor unggulan pembangunan yang salah satunya adalah sektor pariwisata dan pada akhir tahun 2016, seiring dengan itu pada akhir tahun 2016 pada acara “Satu Windu Surat Berharga Syariah Bernegara” (SBSN) Presiden Jokowi mencanangkan Indonesia sebagai pusat keuangan syariah internasional. Sejalan dengan rencana pemerintah dalam meningkatkan daya saing sektor pariwisata di Indonesia, maka harus terdapat sektor unggulan pariwisata yang memiliki daya saing yang salah satunya adalah sektor unggulan wisata yang berbasis syariah atau yang populer dengan wisata halal.

Daya Saing dan Ekosistem Bisnis Wisata Halal

Ecosystem-oriented adalah suatu strategi suatu perusahaan untuk meningkatkan daya saing melalui kepedulian atas lingkungan, komunitas, masyarakat, pemerintah, pelaku bisnis tekait wisata dan seluruh pihak terkait untuk bersama-sama menciptakan kesan (image) yang baik. Islam di Indonesia memiliki kesan yang baik dan dikenal di dunia internasional dengan Islam yang damai,  Islam yang majemuk dan tentunya jauh dari kesan Islam yang radikal. Kesan ini seharusnya bisa menjadi gateway wisata halal di Indonesia untuk mengembangkan ecosystem-oriented (Ekosistem Bisnis) wisata halal. Indonesia sebagai pusat fashion syariah juga dapat dijadikan daya tarik wisatawan muslim datang ke Indonesia.

Namun demikian, posisi Indonesia menurut data dari Global Muslim Travel Index 2016 menduduki peringkat ke-empat setelah Malaysia, United Arab Emirates, Turki. Negara tedekat kita, Malaysia menduduki ranking pertama tujuan bagi wisata muslim karena memenuhi kriteria penilaian: (1) Merupakan lokasi wisata yang layak bagi liburan keluarga yang ramah dan aman, (2) Memiliki layanan bagi muslim yang ramah yang ditunjang dengan fasilitas ibadah yang memadai, (3) Memiliki kesadaran akan kebutuhan wisatawan muslim seperti halal produk dan ditunjang dengan promosi obyek wisata yang menarik bagi wisatawan muslim.

Potensi wisatawan lokal Indonesia dengan jumlah penduduk muslim 235 juta jiwa dapat dijadikan sebagai kekuatan permintaan pariwisata lokal ditambah dengan potensi wisatawan asing muslim yang mencapai lebih dari 1 miliar pelancong tentunya akan menambah pendapatan negara dari sektor wisata apabila mereka datang ke Indonesia. Indikator lain yang menunjukkan Indonesia harus meningkatkan layanan pendukung wisata halal adalah Global Islamic Economic Indicator (GIEI) tahun 2015-2016 yang menempatkan Indonesia di posisi 10, sedangkan Negara tetangga kita Malaysia berada pada posisi pertama.

Ecosytem-oriented atau ekosistem bisnis wisata halal yang mencakup seluruh elemen-elemen sepertipemerintah, masyarakat, pelaku bisnis dan seluruh industri terkait yangmendukung bisnis wisata halal tersebut untuk bersinergi dalam rangka memberikanlayanan terbaik kepada para wisatawan yang datang berkunjung ke Indonesia. Olehkarenanya untuk meningkatkan daya saing wisata halal di Indonesia, pemerintahtidak cukup melakukan promosi dan pemasaran secara besar-besaran tanpa adanyaperan pemangku kepentingan di sektor wisata untuk berkomitmen meningkatkankualitas layanan kepada para wisatawan. 

Untuk meningkatkan daya saing melalui ekosistem bisnis wisata halal tidak hanya memperbaiki obyek wisata halal saja tetapi harus seluruh elemen yang mendukung wisata halal tersebut seperti: (1) Penyedia akomodasi yang dapat memberikan kenyamanan kepada para wisatawan yang menginap ditunjang dengan fasilitas perlengkapan dan fasilitas ibadah, menyediakan layanan kepada pengunjung ketika sedan berpuasa dan di bulan ramadhan (saur dan berbuka), dan fasilitas lainnya yang membuat wisatawan muslim dapat menjalankan liburan dengan tetap melaksanakan ibadahnya; (2) Fasilitas transportasi yang aman dan nyaman serta disediakannya tempat untuk melaksanakan ibadah di dalam perjalanan menuju tempat tujuan. Selain itu transportasi juga harus ditunjang dengan keberadaan infrastruktur jalan raya, jembatan dan lainnya sehingga menjamain keselamatan dan kenyamanan para wisatawan.

Selain itu terdapat fasiltas pemisahan antara pria dan wanita pada transportasi publik; (3) Media, tempat hiburan dan tempat perbelanjaan juga menjadi ekosistem bisnis wisata halal yang harus dapat memberikan promosi dan pemasaran yang menarik wisatawan yang dilengkapi dengan fasilitas ibadah serta kemanan dan kenyamanan. Icon Indonesia sebagai fashion center untuk pakaian muslim juga harus terus diperkuat dengan berbagai internasional event. Selanjutnya dapat diperkuat dengan pembuktian seperti testimoni para pengunjung yang puas dapat juga dijadikan strategy promosi serta pemasaran yang efektif (experienced marketing-customer); (4) Untuk mempermudah para wisatawan untuk memilih obyek wisata yang beragam, maka perlu adanya jasa agen perjalanan, penyelenggara tour yang profesional.

Informasi obyek wisata juga harus tersedia di pusat informasi wisata yang terletak di lokasi-lokasi strategis masuknya wisatawan ke setiap daerah di Indonesia (seperti di Bandara, Pelabuhan, Stasiun Kereta Api dan Terminal Bis); (5) Pergi wisata tidak lengkap tanpa adanya kuliner, oleh karenanya pelaku industri makanan dan minuman sebagai pendukung utama mampu memberikan layanan bukan hanya rasa makanan dan minumanya akan tetapi memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi telah memenuhi aspek halal. Namun demikian ekosistem bisnis wisata halal bukan hanya terbatas pada 5 (llima) aspek tersebut, akan tetapi juga dapat meliputi ketersediaan lembaga keuangan syariah yang dapat mendukung transaksi para wisatawan dan hal lainnya yang dapat mendukung program wisata halal di Indonesia serta aspek lainnya yang dapat meningkatkan daya tarik wisatawan datang.

Selain itu juga terdapat beberapa kelemahan sektor pariwisata yang perlu diperbaiki yang antara lain: (1) Belum adanya sinergi strategis dan kurangnya komitmen dari pemerintah, Tanggung jawab meningkatkan kualitas pariwisata bukan pada kementerian pariwisata tetapi kementerian lain yang terkait untuk memperbaiki kondisi seperti masalah keamanan di daerah (bebas dari copet dan preman), membenahi akses transportasi seperti para wisatawan asing akan enggan ke Jakarta yang terkenal dengan macetnya, kecelakaan dan keamanaan penggunaan transportasi (seperti kejadian terbakarnya kapal wisata di Muara Angke dan Pilot pesawat yang mabuk) dan hal lainnya; (2) Terbatasnya sistem informasi sehingga informasi obyek wisata di Indonesia masih sangat terbatas untuk dapat diakses oleh wisatawan mancanegara terutama yang menggunakan bahasa internasional (Inggris);

(3) Lemahnya keberadaan pelaku ekonomi kreatif untuk mendukung industri Islamic fashion, halal food and drink, dan lain sebagainya yang dapat menarik wisatawan datang berbelanja produk sandang dan pangan buatan Indonesia; (4) Selain itu sektor pariwisata di Indonesia yang tergantung pada alam dan iklim sudah seharusnya didukung dengan lingkungan yang bersih dari sampah dan tingkat polusi dikota-kota besar Indonesia yang telah disesaki oleh kendaraan roda dua menyebabkan para wisatawan menjadi tidak nyaman dan menyebabkan mereka tidak betah untuk tinggal lebih lama.

Berdasarkan hal tersebut, maka untuk meningkatkan daya saing pariwisata di Indonesia terutama ekosistem bisnis wisata halal bukan hanya usaha keras dari salah satu pihak misal kementerian pariwisata, akan tetapi harus bersinergi antar kementerian terkait dan juga seluruh pemangku kepentingan. Sangat disayangkan Indonesia sebagai negara dengan banyaknya tujuan wisata dan potensi muslim terbesar di dunia tidak dapat bersaing dengan negara lainnya pada sektor pariwisata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun