Mohon tunggu...
Lukas Budi
Lukas Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Biografometrik Nusantara

Biografometrik Nusantara (grafonomi,deteksi kebohogan, tes integritas, )

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Polygraph/Lie Detector untuk Memecahkan Kasus Kasus Pelik

9 Agustus 2022   08:01 Diperbarui: 9 Agustus 2022   08:04 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sejak jaman dahulu kala seseorang kalau bersalah cenderung berbohong, ini adalah bentuk pertahanan diri (defend menchanism), oleh karena itu untuk mengatasi ini, orang mencari berbagai macam cara guna mencari jawaban yang benar. 

Alkisah pada jaman Kaisar China kuno, bila seorang hakim menghadapi kasus yang pelik karena minim alat bukti dan semua yang dicurigai tidak ada yang berkata jujur, hakim  tidak tahu siapa pelakunya, maka hakim akan melakukan uji kebohongan.

 Satu persatu yang dicurigai akan dipanggil oleh hakim dan  diberikan tepung kering untuk dimasukkan kemulutnya tetapi  tidak boleh ditelan, setelah itu mereka akan  ditanya pertanyaan sehubungan dengan kejahatan yang disangkakan, selesai pertanyaan, hakim memerintahkan satu persatu orang yang dicurigai tadi disuruh menyemburkan tepung  yang ada dimulutnya,  dan hakim dengan cermat  mengamati semburan tepung dari masing masing orang.

 Kemudian hakim dapat memastikan siapa pelaku dari kejahatan tadi, yaitu hanya dengan mengamati siapa yang semburan tepungnya tetap kering dianggap yang bersalah. Pendekatan ini ternyata  pendekatan ilmiah ,  karena saat seseorang takut terdeteksi, mulut akan kering, mengalami hambatan  untuk menghasilkan air liur sehingga tepung tetap kering pada saat disemburkan keluar dari mulut.

Sekarang untuk mendeteksi kebohongan , menggunakan pendekatan ilmiah/scientific  yaitu dengan instrument  Polygraph atau Lie detector adalah  instrument yang dapat  merekam  perubahan  reaksi tubuh akibat takut terdeteksi / fear of detection, Polygraph dilengkapi juga  dengan sensor -sensor untuk mendeteksi perubahan phisik dari tubuh yang diuji. 

Seseorang Pada saat takut terdeteksi, secara otomatis  system saraf Autonomic akan bekerja tanpa pertimbangan dari otak untuk menyiapkan tubuh  bersiap sedia mengantisipasi bahaya (mekanisme Fight and Flight), peristiwa ini secara otomatis menyebabkan   perubahan tekanan darah, pernafasan dan timbul keringat. Perubahan perubahan phisik  ini yang dideteksi oleh sensor dari instrument polygraph, kemudian oleh sensor  ditransfer  ke Data Acquisition System (DAS) dan  dirubah ke bentuk  grafik (Polygraph). Grafik  Polygraph yang muncul pada layar komputer, dan grafik ini  oleh examiner/ pengujinya yang akan  dianalisis untuk menentukan seseorang jujur atau bohong .  

Proses pemeriksaan dilakukan di ruang yang tenang  sehingga tidak ada gangguan suara ataupun kebisingan dan pertanyaan pertanyaan yang disusun  untuk pemeriksaan  merupakan pertanyaan yang sudah standart baik susunan pertanyaan dan jenis pertanyaannya.

 Instrumen Polygraph ini sudah banyak digunakan oleh  negara Amerika , Canada , Jepang  Israel, Mexico dan lain lain,  malah secara luas digunakan oleh   pemerintah ataupun pihak swasta . seperti  sudah digunakan oleh NSA, FBI dan kepolisian di Amerika dan untuk kasus kasus Kriminal dan inteljen. Polygraph dapat digunakan juga untuk screening serta mengukur Integritas  didalam penerimaan pegawai. Menurut hasil penelitian akurasi instrument Polygraph diatas 90 % . Di Indonesia sudah ratusan pengujian dilaksanakan untuk membantu memecahkan kasus kasus pelik serta sudah digunakan pada proses persidangan di pengadilan. Semoga bermanfaat .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun