Mohon tunggu...
Luhur Satya Pambudi
Luhur Satya Pambudi Mohon Tunggu... profesional -

Seorang lelaki sederhana yang suka menulis cerpen, soal sepak bola, dan bisa pula perihal lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dua Pekan Kemudian (Cerpen)

22 Juli 2010   07:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:41 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tampil di acara berita kriminal televisi, menjadi orang yang kena gerebek aparat, sungguh ini sesuatu yang di luar bayangan Jojo sama sekali. Dadanya terasa sesak dan mungkin sudah sepucat air susu warna raut mukanya, saat sejumlah sorot lampu kamera televisi mengarah kepadanya, yang bersama para wanita serta beberapa pria lainnya digelandang ke atas truk, lantas dibawa ke kantor polisi. Entah apa kata keluarga dan teman-teman kuliahnya melihatnya begini. Padahal Jojo mahasiswa yang lumayan kondang karena kecerdasannya. Belum lagi kalau Netta, tunangannya yang tinggal berbeda kota dengannya juga melihat acara tersebut, meski yang dia tahu kekasihnya itu jarang sekali nonton televisi. Dia hanya bisa mengutuk diri sekeras-kerasnya dalam hati. Jika saja tabrakan dua pekan lalu tidak terjadi, pasti mustahil dia keluar dalam acara seperti itu. Barangkali mendingan tampil di televisi dikerjain Deddy Corbuzier atau Rommy Rafael, ketimbang jadi pesakitan yang sudah divonis bersalah sebagai pria bermoral bejat oleh publik seperti ini. Alternatif lainnya, jika pun dia ditangkap polisi, tapi sebagai tersangka kasus korupsi, mungkin Jojo santai dan tak semalu ini, karena para koruptor biasanya sudah kehilangan rasa malunya.
***

Berawal dari sebuah Jumat sore dua pekan lalu, Jojo mesti menjemput ibunya yang arisan di sebuah kompleks perumahan di pinggir kota. Menjelang mobilnya keluar dari jalan kompleks, tiba-tiba saja dari arah kanan sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Si pengendara motor mencoba menyetop laju kendaraannya, tapi telat. Motornya malah zigzag dan gubrak.... motor pun menghantam mobil Jojo, sementara si pengendara motor terlempar beberapa meter dari motornya. Jojo mencoba tetap tenang, meski tentu saja cemas sekali hatinya. Diparkirnya mobil ke pinggir jalan, sementara dari arah belakang ada beberapa orang berlarian dan mendobrak-dobrak mobilnya. Keluar dari mobil, Jojo langsung menghampiri si pengendara motor yang sudah dirubung orang-orang.

Seorang polisi -dari pos jaga terdekat- mendatangi Jojo, lantas meminta SIM dan STNK-nya. Sesaat kemudian Jojo telah membawa si pengendara motor ke rumah sakit dengan pengawalan polisi tadi. Si polisi meminta Jojo datang ke pos jaga tempatnya bertugas malam harinya. Rencananya, keluarga si pengendara motor akan diundang pula untuk menyelesaikan masalah yang timbul akibat tabrakan itu.

Malamnya Jojo mengajak Ridwan, kakak iparnya untuk menemaninya dan menjadi juru bicaranya dalam pertemuan dengan keluarga pengendara motor yang menabrak mobilnya. Pertemuan di pos jaga jadi terlaksana, keluarga pengendara motor diwakili Pak Jarno, pria berusia 50-an berkumis tebal berpenampilan sangar, dan seorang wanita cantik yang entah siapanya pria itu. Si wanita tampak akrab dengan beberapa polisi yang sedang berjaga, termasuk yang mengurus kasus tabrakan itu. Pihak Jojo meminta masing-masing pihak yang terlibat dalam tabrakan menanggung kerugiannya sendiri. Tapi mereka ingin Jojo membantu biaya rumah sakit si pengendara motor. Malam itu belum tercapai kesepakatan, karena mereka ingin tahu dulu kondisi terakhir si pengendara motor, setelah semalam menginap di rumah sakit. Malam berikutnya Jojo dan Ridwan kembali ke pos jaga, ternyata Pak Jarno dan polisi yang mengurus kasus tabrakan tak hadir. Malah mereka diminta datang ke sebuah salon oleh Pak Jarno yang menghubungi Ridwan via telepon.
***

Maka pada Minggu pagi, sekitar jam sepuluh Jojo dan Ridwan telah menyusuri sepanjang jalan tempat salon yang ditunjuk berada. Letaknya masih di seputar lokasi tabrakan. Mesti berputar-putar beberapa kali, hingga sejam kemudian baru ketemulah salon itu. Tidak terlalu terbuka, kesannya tempat itu sangat sempit dari luar. Ada beberapa wanita berpenampilan mencolok mata di ruang depan salon. Jojo dan Ridwan saling memandang sejenak, mereka bisa menduga tempat itu bukan salon biasa.
Ternyata Pak Jarno tak ada di situ, yang ada wanita cantik berusia 30-an yang mendampinginya malam itu. Rupanya dialah sang pemilik salon. Ternyata wanita bernama April itu tidak tahu masalah sesungguhnya. Dia tahunya cuma dititipi Pak Jarno STNK dan SIM Jojo dengan kuitansi biaya perawatan rumah sakit saudaranya, yaitu si pengendara motor yang menabrak mobil Jojo. April menyerahkan kuitansi dari rumah sakit pada Ridwan. Dia lalu mencoba menghubungi Pak Jarno lewat ponselnya. Ketika terhubung, mereka berdua malah terdengar berdebat. Sementara itu Jojo dan Ridwan duduk saja menunggunya.
“Sambil nunggu kalo mau creambath boleh lho, Mas,” kata wanita yang mengenakan tanktop pink dengan rada mendesah pada mereka.
“Atau sama yang lain juga silakan,” bisik temannya yang tanktop-nya bermotif kembang-kembang sambil tertawa kecil. Mereka lagi digoda rupanya.
“Nggak Mbak, makasih,” sahut Jojo sambil menoleh pada Ridwan yang hanya tersenyum.
Ketika April keluar dari dalam, matanya terlihat agak sembab. Sepertinya ada perdebatan serius yang telah terjadi antara dia dengan Pak Jarno. Sambil membuka laci, dikeluarkannya STNK dan SIM Jojo.
“Pak Jarno minta surat-suratnya Mas dikembalikan. Terus biaya rumah sakitnya gimana?” tanya April.
“Kami hanya bisa bantu separo biayanya saja, Mbak. Ini ya,” sahut Ridwan sambil menyerahkan uang di dalam amplop. STNK dan SIM Jojo balas diserahkan oleh April. Semua pihak telah sepakat, Jojo dan Ridwan pun beranjak pergi dari tempat itu.
***

Dua pekan kemudian Jojo kembali ke salon itu. Setelah merasa suntuk berat di kampus karena ada kuliah sampai sore, dia ingin mendapatkan sesuatu yang mampu menyegarkan dirinya kembali. Entah kenapa, tiba-tiba saja terpikir olehnya tempat yang pernah dikunjunginya bersama Ridwan tempo hari. Dia penasaran ingin mencoba pengalaman baru. Sampai di salon, Jojo dipersilakan duduk di sebuah kursi.
“Selain potong rambut dan creambath, di salon ini bisa apa saja?” tanya Jojo.
“Masih banyak lainnya, Mas. Tapi kalau mau lainnya, ntar ndak di sini lho, tapi di kamar itu. Kamu mau apa, Mas?” goda wanita yang melayaninya. Berdebar-debar hati Jojo. Dia minta dipotong rambutnya dan ingin mencoba lainnya sehabis itu.
Sementara itu, di samping Jojo ada seorang pria yang sedang dipotong rambutnya. Sekejab dia menoleh, eh... pria itu balas menatapnya! Mereka berdua sama-sama terkejut dan merasa pernah bertemu.
“Lho, kamu? Kayaknya saya pernah lihat kamu!” seru pria itu sambil menunjuknya. Pria itu lalu berdiri menghampiri Jojo yang setengah bergidik dan takut, karena badannya besar juga. Ternyata dialah pengendara motor yang menabrak mobilnya dua pekan lalu.
“Kamu yang mobilnya saya tabrak kan?” lanjut pria itu.
“Eh, apa ya? Tabrakan apa ya, Mas?” tanya Jojo keder.
“Anu Mas, saya cuma mau minta maaf kok. Dasar saya yang ngawur naik motornya waktu itu. Saya juga mau bilang terima kasih, karena waktu itu langsung dibawa ke rumah sakit. Mas nggak minta diganti apa-apa, eh... malah bantuin biaya rumah sakit saya. Terus mobilmu gimana, udah dibetulin? Pasti mahal ya?” ujarnya.
“Sudah kok, Mas. Ya, mungkin sama dengan biaya rumah sakit Anda. Oya, Mas itu apanya Pak Jarno dan Mbak April sih?” tanya Jojo.
“Aku sebetulnya ya langganan salon Mbak April ini. Tapi kebetulan Pak Jarno itu sering minta tolong sama aku, jadi seperti sudah dianggap saudara.”
Di sela-sela pembicaraan mereka, seorang pria keluar dari kamar. Ternyata dia dikenal oleh Jojo dan pria tadi.
“Lho, pak polisi? Anda juga sering ke sini to?” sapa Jojo.
“Eh, halo Mas. Iya, saya memang langganan di sini. Teman-teman saya juga kok. Sama dengan yang nabrak mobil Mas itu. Sudah damai beneran ini?” ujar si polisi.
Tak lama kemudian polisi itu pergi meninggalkan mereka. Pria di samping Jojo lebih dulu masuk kamar. Lantas dia dan wanita yang melayaninya masuk pula ke salah satu kamar yang tersedia. Jojo sempat ragu untuk melakukan itu. Sejenak dia ingat Netta, tunangannya yang bekerja di Jakarta. Tapi segera dilupakannya wajah wanita cantik yang sangat dicintainya itu. Ada perasaan takut berdosa juga di dalam hatinya. Dia pikir, apa yang akan dilakukannya toh sekadar bersenang-senang, tanpa melibatkan perasaan apa pun. Jojo mencoba santai ketika menjamah tubuh molek wanita itu.
Sedang mulai berasyik masyuk kedua insan, tiba-tiba terdengar suara gaduh sejumlah orang. Pintu kamar tempat Jojo berada pun digedor keras. Ternyata ada razia untuk tempat-tempat maksiat berkedok salon malam itu.
“Ayo keluar! Ini ada razia dari POLDA!” seru seorang petugas. Jojo dan wanita itu segera keluar dari kamar dengan muka pucat. Yang terjadi selanjutnya adalah apa yang menjadi awal cerita ini.
***

Untunglah, malam itu Jojo tidak perlu menginap di kantor polisi. Dia hanya sempat diinterogasi untuk dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan. Ada kemungkinan dia akan diajukan ke pengadilan dan mendapat dakwaan melakukan tindak pidana ringan, yaitu melanggar pasal kesusilaan. Ridwan yang menjemputnya dari kantor polisi.
“Kamu sudah siap kalau mesti diadili? Mungkin hukumannya cuma denda kok,” ujar Ridwan.
“Iya, kalau itu aku siap, Mas. Denda sih nggak berat buatku, tapi malunya itu lho. Mas Ridwan tahu kan, tadi pas digerebek ada banyak kamera? Pasti tampangku bakal nongol di berita kriminal! Tapi ada yang bikin aku heran banget. Di salon itu kan ada polisi yang jadi pelanggan setia, dan pemilik salon itu juga dekat sama mereka, tapi kok bisa kena razia juga ya?” tanya Jojo retorik, karena Ridwan mustahil tahu jawabannya.
Ternyata hal itu tak lepas dari renggangnya hubungan April dengan Pak Jarno kekasihnya. Selama ini keberadaan Pak Jarno membuat salon plus itu lolos dari razia karena hubungan baiknya dengan polisi setempat. Ketika petugas POLDA akan melakukan penggerebekan, ada seorang polisi kenalan Pak Jarno yang sempat mengabarinya. Karena dia masih marahan dengan kekasih gelapnya, maka justru dipersilakannya polisi menggerebek tempat yang sempat sering dikunjunginya itu. Dasar sial nasib Jojo, yang baru pertama kalinya menjadi konsumen dan akan menjalani sebuah pengalaman sensasional dalam hidupnya, kena dia ikut digerebek. Lebih sial lagi karena Netta ternyata mendapat info dari orang tuanya yang melihat Jojo tampil dalam acara berita kriminal. Tak ayal lagi wanita itu langsung meminta pertunangan mereka dibatalkan dan pupuslah asa Jojo menikahi kekasihnya.

TAMAT

# Cerpen ini pernah dimuat di salah satu koran terbitan Sumatra di tahun 2009.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun