Mohon tunggu...
Luhur Pambudi
Luhur Pambudi Mohon Tunggu... Staff Pengajar SOBAR Institute of Phylosphia -

Perut Kenyang Hatipun Senang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bila Senja Tak Berani Menghalau Malam

30 Juli 2018   16:52 Diperbarui: 31 Juli 2018   00:38 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lukisan affandi: hariansejarah.id

Suaranya cukup menghunus telingaku, dan sepertinya cukup membuyarkan konsentrasiku menyimak percakapan tentang Agama Islam dari 3 orang disebrang tadi. Ah sayang padahal begitu seru loh. Tapi....

"Takutnya aku lagi ngisi, gimana? Anaknya mau kamu kasih nama siapa kalau laki-laki hayo?" Kata perempuan itu agak lirih tapi tetap terdengar jelas isi percakapannya. Masih tetap belum terdengar siapa pria yang sedang ia ajak bicara. 

Apakah pacarnya atau sudah menjadi suaminya. Agak tabu dan sudah dipastikan saru, sih? Kalau masih pacaran sudah ada percakapan bertema begituan. Aduh dipastikan  kawin lari, sepertinya ini, tak lama lagi. 

Tapi ya ngapain kawin lari. Oh iya mungkin masih sekolah barang kali takut, semerawut segala sesuatunya, tentang ibuknya, bapaknya, sanak-saudaranya, tetangga samping rumahnya. Maklum apalagi perempuan. Tapi masih penasaran juga siapa laki-laki yang sedang ia ajak bicara, aku yakin pasti itu laki-laki, tidak mungkin tidak.

Semilir angin mengejawantah, aktifitas mengupingku sudah terlampau lama 2 jam kira-kira. Hidup ini begitu rumit. Sepertinya kucoba dengarkan mereka yang kuanggap mungkin lebih rumit hidupnya daripada aku. Yang cuma biasanya ngopi, mesen susu soda sirup kelapa merah, dan membaca buku-buku yang macam-macam temanya, tapi tak pernah habis satu buahpun tandas.

Nikmatnya cinta tak seperti yang kubayangkan ternyata. Terkadang nafsu turut meracuni kepala yang menghantarkan tangan menggerayang tak karuan dari pipi, mulut (lalu ku kecup), leher (lalu ku jilat), sampai ketempat tujuan pertama, yakni payudara, kalau memang cukup sesak dipegangnya mungkin cukup lama pula berlabuhnya kedua tangan, bahkan mulut yang tadi sudah dieksploitisir dengan mengecup kening dan mulut merahnya, bakal ikut-ikutan menggerayangi licin hingga berliur basin. 

Ah, halaman buku ini sepertinya harus kubalik cepat-cepat, biar orang yang tak sengaja melihat tak mencurigaiku sedang menguping diam-diam. Srek-srek.  Dua halaman cukuplah? Untuk tak membuat orang lain curiga.

Suara 3 orang pria yang tadi kuperkirakan duduk dibalik punggungku arah barat, kini terdengar tak cuma suara mereka, sial, percakapannya sudah panjang lebar, kesana kemari, jadi ngelantur dengarnya. Ah, masih banyak orang-orang yang saling bertukar pandang dengan cara demikian nikmatnya. Sambil ngerokok, mesen kopi hitam pekat agak pahit, lalu bicara soal hadist, syariat, Quran, iman, dan sembayang. Tema yang seringkali kudengar lazim di majelis yang berlangsung di ruang masjid, ruang-ruang suci pokoknya. 

Minimal harus ada wudhu-lah? Bagi orang-orang di dalamnya. Tapi ini enggak, mereka yang terdengar saling bertentangan saling bertukar pandang, tanpa harus menghiraukan, sedang berhadast tidak ya diri mereka? 

Kuperhatikan dari lamanya mereka ngopi berkerumun di cafe ini, mereka juga tak sholat seperti saya, dhuhur sudah kelewat 30 menit yang lalu, sekarang sudah ashar. Ah, mungkin aku saja yang tak tau kalau mereka sudah sholat, apa pentingnya juga, lagi pula aku kan tak tahu wajah-wajah mereka, karena ku punggungi dari awal setibanya mereka memesan makanan dan minuman.

Ku dengar suara orang berbicara, tepat dari arah barat, mungkin kerumunan para pria awal tadi kudengar sedang melanjutkan percakapannya, yang telah dimlai dari awal. Pria ketiga kali ini berbicara. "Yang jelas syariat itu sudah pasti gak boleh di ganggung gugat, bener itu bener, dosanya jelas larangannya gamblang, mau baca atau tidak dilanggar ya tetap dosa kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun